"Sudahlah, percuma saja," ujar Vian.
"Percuma apanya?" tanyaku.
"Aku gabisa main gitar." Ia pun mengambil ponselnya. Lalu memberikannya padaku. Nampak sebuah foto lelaki yang sama sekali tidak kukenal. "Ini, gebetannya sekarang. Namanya Kevin. Anak basket plus gitaris. Dian, kan, suka sama cowok yang bisa main gitar," tambahnya
Sejenak kuperhatikan foto itu. Mencermati bentuk wajahnya dari kepala hingga kaki. Kuakui lelaki bernama Kevin itu tampan. Tetapi, feeling-ku berkata bahwa Kevin sepertinya adalah satu dari sekian banyak buaya darat yang bertebaran di seluruh bumi.
Aku pun mengembalikkan ponsel Vian seraya berucap, "Ya, terus? Minder?"
"Aduh, gini, ya," ia kembali mengutak-atik ponselnya. Kemudian menunjukkan profil Instagram milik Kevin. "Ini foto mereka berdua lima tahun yang lalu. Mana di situ banyak yang komen, lagi!"
"Baper!" Ucapku sambil memukul kepalanya, "Ya, Tuhan, adikku baperan!"
"Males, ah!"
"Perang belum mulai udah bunuh diri duluan." Aku menggelengkan kepalaku. "Eh, tadi nggak ada yang datang bawa kiriman?"
Vian menggeleng. "Sudahlah, Mbak, Ryan-mu itu udah lupa sama kamu."
"Aku cuma nanya."
"Dan aku cuma kasih tahu," tukas Vian. Ia pun kembali berujar, "Memangnya move on dari dia sesusah itu, ya? Katanya 'umur 25 nanti aku bakal punya pacar'. Mana?"
"Ini tahun ketiga kamu, Mbak. Tahun ketiga kamu gagal move on."
Aku menghela napas panjang. "Tujuh tahun aku sama dia ...."
Aku benci harus mengatakannya. Namun siapa pun tahu, tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat. Tidak mudah harus menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru. Seperti meyakinkan diri sendiri bahwa kami memang telah benar-benar berakhir. Dan untuk semua itu, kurasa aku masih memerlukan banyak waktu tambahan.
"Nggak mudah, Vi. Nggak semudah itu," ujarku lagi.
"Ya, kamu juga harus realistis, Mbak. Dia lebih memilih cewek nggak jelas yang dia kenal di bandara daripada kamu yang dari SMA sama dia," ucap Vian seraya tersenyum padaku.
Dan aku hanya bisa terdiam. Bagaimana mungkin, perkataan bocah limabelas tahun ini berubah menjadi sebuah belati yang menghunjam?
-12 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Dan Puisi
Ficción GeneralAntologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pengisi waktu luang. Segala hal yang tertulis di sini sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung sia...