Hari ini benar-benar tiba. Hari H pernikahannya dengan Bayu Adjie Wicaksono, dosennya sendiri. Hanum masih merasa seperti mimpi. Masih tidak menyangka bahwa dirinya menikah dengan dosen di kampusnya sendiri. Hanum juga tidak mengira akan menikah di usia yang masih muda.
Mereka akan melangsungkan akad nikah di masjid seberang rumahnya. Cukup banyak yang hadir untuk memberikan restu pada pernikahan mereka berdua. Ayah Hanum selaku ketua takmir sengaja mengundang kelompok pengajian masjid untuk bisa memberikan doa untuk putrinya tercinta.
Ruang dalam masjid diberikan pembatas kain yang dihias apik, dengan bunga-bunga yang indah membuat kesan yang tidak terlalu kaku. Meja ukuran kecil berada di paling depan, di tengah-tengah pembatas antara tamu laki-laki dan perempuan. Akad nikah dilakukan dengan lesehan di atas karpet berwarna hijau.
Tamu dari pihak laki-laki sudah datang. Tampak Bayu datang didampingi ayah di sebelah kanan dan ibu di sebelah kiri. Terlihat beberapa baris rombongan dari pihak Bayu, mungkin sekitar dua puluhan. Memakai jas berwarna hitam serasi dengan celana dan dasinya membuat Bayu terlihat gagah dan tampan. Kedatangan rombongan dari pihak laki-laki disambut hangat oleh keluarga dari pihak mempelai putri. Mereka pun diajak untuk memasuki masjid. Rombongan laki-laki dan perempuan segera diarahkan untuk duduk sesuai dengan tempat yang sudah disediakan, artinya laki-laki dan perempuan duduk secara terpisah.
Bayu sendiri duduk di barisan paling depan dengan didampingi ayahnya dan kakak iparnya. Tidak lama kemudian Hanum datang digandeng oleh ibu dan sepupunya untuk duduk di tempat pihak perempuan. Saat sampai di barisan paling depan, Hanum bertemu dengan ibu Pak Bayu dan kakaknya, Ratih. Hanum langsung mencium tangan calon ibu mertuanya. Dinar, ibunya Bayu langsung menariknya dalam pelukan sambil berdoa dan saat melepas pelukannya berucap " Ya Allah ayune mantuku iki, Alhamdulillah, bejo awakmu le" ( Ya Allah, cantiknya menantuku ini, Alhamdulillah beruntung kamu Nak). Orang-orang yang berada di sekitarnya pun tertawa mendengar apa yang diucapkan ibunya Pak Bayu. Merasa mendengar ada suara tertawa membuat orang yang ada di balik pembatas penasaran. Bayu pun mengirim pesan ke kakaknya sembari menunggu acara dimulai, sekaligus ingin mendapat jawaban dari rasa penasarannya.
( Ada apa mbak? Kok kayaknya pada ketawa? Nggak empati banget sih, yang di sini lagi super duper tegang)
(Nggak ada apa-apa!! Sempat – sempat e wa nan!!)
( hhhh...galak amat ! ada apa sih mbak? kok pada ketawa?)
( hhh...ngebet amat..tadi mama bilang Hanum cantik banget, bejo awakmu katanya)
( Dia sudah datang mbak ??)
( Sudah, ini duduk di sebelah mama)
( Boleh dong mbak difotokan hehe)
( BELUM HALAL, TIDAK BOLEH !!!)
( Please mbak..please)
( Mbak...mbak)
( Berisik...sabar sedikit, bentar lagi juga bebas jadi milikmu, puas-puasno. Ra usah wa...wa nan lagi)
Bayu tertawa membaca pesan kakaknya. Erik, kakak iparnya yang melihat tingkah Bayu pun bertanya.
" Kamu kenapa?"
" Nggak apa-apa mas, ngurangin tegang ini. Wa nan sama mbak Ratih"
Acara pun dimulai, Bayu maju untuk duduk berhadapan dengan Ferdi. Diawali dengan pembacaan ayat suci alqur'an oleh Bayu sendiri. Sesuai permintaan Hanum, Bayu membacakan surah Ar Rahman dengan hafalan. Hanum benar-benar tidak menduga ternyata Bayu lancar membacakan surah Ar Rahman tersebut dengan suara yang merdu dan dengan tanda baca alquran yang tepat pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Spiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...