" Ayo keluar, mau ke kantin dulu nggak ? Aku belum sarapan tadi" ajak Dania seusai kuliah Pak Bayu.
"Nggak, aku tadi udah sarapan. Ini aku bawa bekal, kamu makan aja. Aku mau ke atas dulu"
" Kemana?"
" Kamu lupa pekerjaan temanmu ini sekarang bertambah?"
" Oh iya, aku lupa. Kalau saya maunya kamu bagaimana" ucap Dania seraya menirukan perkataan Pak Bayu. Lagi-lagi Dania tertawa terbahak-bahak setelah meledek Hanum. Hanum lalu mencubit lengan Dania " Aduh...kamu itu lho Num"
" Ya kamu juga sih. Tau nggak Dan, aku sebenarnya nggak mau jadi PJ Kelas. Pertama, nggak ada pengalaman sama sekali, kedua kayaknya temen-temen banyak yang pengen banget jadi PJ kelas Pak Bayu, terutama teman-teman perempuan. Kamu bisa lihat sendiri. Aku heran kenapa juga Pak Bayu malah milih aku"
" Dia naksir kamu kali Num"
" Ngaco kamu. Mbok ya dilihat to Dan, beliau saja dosen dengan pendidikan tinggi sedangkan aku apa sih. Kamu itu lho"
" Kalau sudah suka mana pernah kepikir" bantah Dania.
" Nggak ah, pikirannya jangan kemana – mana. Oh ya, ini bekalnya, hanya nasi goreng, buatan aku sendiri. Dimakan ya" Hanum memberikan bekalnya ke Dania. Ini bukan yang pertama kalinya Hanum membawakan bekal untuk Dania. Hanum hanya kasihan melihat Dania sebagai anak kos yang mungkin untuk makan saja harus meluangkan waktu keluar kosnya.
" Makasih ya Num"
" Iya sama – sama. Kalau gitu aku ke atas dulu ya."
" Iya, nggak usah gugup. Jangan baper juga ya" ucap Dania sambil tertawa.
Hanum pun naik ke lantai dua kampusnya menuju ke ruangan Pak Bayu. Setelah sampai di depan pintu, Hanum memegang dadanya dan berkata "bismillah".
Hanum lalu mengetuk pintu.
" Assalammualaikum" .
Tidak lama terdengar jawaban salam dari dalam.
" Wa'alaikumsalam, masuk"
Terlihat di sana Bayu sedang mengetik di laptopnya. Bayu lalu meminta Hanum untuk duduk di depan mejanya.
" Sebentar ya" ujar Bayu. Tampak Bayu meletakkan laptopnya ke pinggir sebelah kiri meja. Setelah itu beliau bersedekap dan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Seketika suasana menjadi awkard. Hanum sendiri bingung harus bagaimana. Apalagi melihat Bayu yang terlihat fokus pada dirinya.
" Hanum, bagaimana kabarnya?" tanya Bayu. Pertanyaan beliau seperti ditujukan untuk seseorang yang sudah lama tidak bertemu.
" Alhamdulillah baik Pak"
" Alhamdulillah, saya senang mendengarnya"
" Tidak terasa ya ternyata kamu sudah semester enam. Kayaknya baru kemarin saja"
Maksudnya gimana ya Pak Bayu ini. Kok kayaknya interaksinya aneh aja untuk orang yang baru bertemu. Ehk...tapi kan dulu memang pernah bertemu.
"Kuliahnya gimana ? lancar?"
" InsyaAllah Pak"
" Alhamdulillah kalau gitu. Oya, sebentar lagi skripsi ya?"
" InsyaAllah Pak, mohon doanya saja"
"Tentu saya doakan. Semoga kamu cepat lulus"
" Oh iya, saya senang bisa ketemu lagi. Ini saya kembalikan bolpoinmu dulu"
"Ba...pak masih ingat saya?" tanya Hanum gugup. Hanum ingat sekali bolpoin yang diberikan Bayu adalah miliknya. Saat ospek, semua benda milik pribadi harus diberi nama pakai kertas kecil yang dilapisi selotip, dan dolpoin itu ada namanya. Dulu setelah minta tanda tangan Hanum lupa untuk mengambil kembali bolpoinnya karena waktu istirahat keburu habis. Hanum ingat karena saat sampai di kelas dia mencari – cari bolpoinnya untuk menulis tapi tidak ketemu. Akhirnya dipinjami oleh Dania, yang sekarang jadi sahabatnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Spiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...