Setelah selesai kuliah siang ini, Hanum menuju ruang dosen. Dia melihat dari luar kalau Pak Bayu sedang ada bimbingan dengan mahasiswa. Bagaimana Hanum bisa tahu ? karena pintunya yang dibiarkan terbuka.
Hanum melirik arloji di tangannya, pukul 11.00 wib. Dia ingat tadi malam Pak Bayu memintanya untuk menemuinya sekitar pukul 10.30 wib. Hanum lalu duduk di kursi panjang yang ada di lorong depan ruang dosen. Dia melihat mahasiswa di sebelahnya, Mbak Riska, kakak tingkatnya, mahasiswa semester delapan. Mungkin mau bimbingan juga. Kenapa Bayu seperti memaksakan diri untuk bertemu hari ini, padahal sedang ada beberapa mahasiswa yang mungkin akan konsultasi skripsi.
" Dek ?" sapa Riska
" Eh iya..iya mbak?"
" Mau ketemu Pak Bayu juga?" Riska bertanya padanya.
" Iya mbak"
" Udah janjian"
" Sudah mbak"
"Eh, kamu kan belum skripsi, ada janji apa dengan Pak Bayu"
Waduh, harus jawab apa aku?
" Oh itu mbak, kebetulan saya PJ kuliah beliau" jawabku was-was.
Cukup deg-degan juga sebenarnya, takut ketahuan.
" Kuliah apa?"
" Manajemen Keuangan mbak"
Kakak tingkatnya itu menganggukkan kepalanya.
" Ehm...Dek menurutmu Pak Bayu itu gimana?" tanyanya lagi.
Dan sungguh pertanyaan ini cukup membuat Hanum kaget.
"Maksudnya gimana ya mbak?" tanya Hanum bingung.
" Kamu tau kan kalau Pak Bayu itu masih single?"
" Iya mbak, saya tahu"
" Jadi menurutmu beliau gimana?"
Hanum semakin penasaran dengan pertanyaan kakak tingkatnya itu.
"Ya kalau menurut saya beliau baik, pintar" jawabku apa adanya. Hanum memang melihatnya begitu.
" Tahu nggak dek, aku itu jadi semangat banget untuk segera nyelesain skripisku. Salah satunya karena Pak Bayu. Apalagi semenjak beliau balik ngajar lagi semester ini. Ditambah lagi, beliau jadi dosen pembimbingku juga"
Duarrr.... Hanum sangat kaget sekali dengan perkataan kakak tingkatnya itu. Memang dia tidak terlalu akrab dengan Riska, hanya dekat sebatas kakak adik tingkat saja. Tapi tiba-tiba sekarang dia berkata seperti ini.
" Dulu waktu belum ke luar negeri, Pak Bayu ini menjadi dosen idola lho, eh sekarang juga iya ding. Apalagi waktu itu kami masih semester baru. Gimana nggak seneng coba? Diajar sama dosen ganteng, cerdas, jomblo pula. Dan sekarang beliau sudah balik lagi, tapi sayangnya kita gak ada kuliah lagi bareng beliau tapi syukur deh dapat dosen pembimbing beliau.
Kakak tingkatnya itu masih saja melanjutkan ceritanya.
" Kadang punya keinginan bisa jadi pendamping hidupnya gitu dek, makanya aku pengen cepet-cepet lulus. Yah, buat ngimbangin gitu lah. Secara beliau kan sudah S3, paling nggak kalau besok mau pedekate, sudah minimal sarjana lah"
Hanum yang mendengarkan hanya diam saja, nggak tau harus merespon apa. Tiba-tiba mahasiswa yang bimbingan di dalam, keluar dari ruangan Bayu dan mempersilahkan Riska untuk masuk.
" Ya udah ya dek, aku masuk dulu" pamitnya pada Hanum.
" Iya mbak, silahkan"
Hanum melihat kakak tingkatnya itu masuk. Sekitar sepuluh menitan berlalu ada pesan masuk di ponselnya. Hanum melihat siapa yang mengirim pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Spiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...