Pagi ini Hanum ada janji dengan Bu Sonia, dosen pembimbing proposalnya. Setelah selesai kuliahnya, Hanum segera menuju ke ruang dosennya. Hanum mengetuk pintu, dan terdengar dari dalam kalau Hanum dipersilakan masuk.
Hanum kaget, ternyata di dalam ruangan ada Pak Bayu. Sepertinya mereka sedang berbicara serius. Pak Bayu yang melihat Hanum langsung tersenyum, sedangkan Hanum, hanya tersenyum kikuk.
" Ada perlu apa nih?" tanya Bayu sambil melihat Hanum.
" Ehm...ini Pak, saya ada janji dengan Bu Sonia untuk bimbingan proposal penelitian" balas Hanum
Pak Bayu hanya menganggukkan kepalanya. Lalu berdiri mau meninggalkan ruangan.
" Oya sudah, silahkan. Semoga lancar ya. Oya mbak Son, jangan galak-galak loh ya"
Bu Sonia yang mendengar pun tertawa. Setelah itu Pak Bayu ijin untuk keluar.
Setelah itu, Hanum dan Bu Sonia terlibat diskusi tentang isi proposal Hanum. Dari diskusi itu, ada beberapa revisi dan perlu referensi tambahan untuk teorinya. Setelah selesai pembahasan, Sonia meminta waktu Hanum sebentar.
" Setelah ini ada kuliah lagi nggak?" tanya Bu Sonia.
" Kebetulan hari ini hanya kuliah satu saja Bu, Pak Bahrul ijin tidak bisa masuk"
"Oh ya sudah, kebetulan malahan. Saya minta waktumu sebentar ya. Tapi saya panggil Pak Bayu dulu. Ini tentang proses kalian berdua. Kamu tidak keberatan kan?"
Hanum tampak berpikir sebentar.
" Oh, ya Bu, tidak apa-apa"
Setelah itu tampak Bu Sonia menelepon Pak Bayu, sepertinya Bu Sonia meminta Pak Bayu untuk ke ruangannya, karena tidak lama kemudian Pak Bayu datang.
Bu Sonia membuka pembicaraannya terlebih dahulu.
" Ehm..begini Num, tadi Pak Bayu sudah bicara dengan saya tentang proses kalian. Tidak terasa sudah hampir dua bulan kalian taaruf, maksudnya dari pertemuan kita di rumah makan itu. Saya hanya ingin menanyakan, apakah kalian mau lanjut atau tidak. Tidak baik kan kalau berlama-lama. Eh, maaf maksudnya kamu Num, kalau Pak Bayu tidak usah ditanya, dia mah jelas lanjut. Iya nggak ?" terlihat Bu Sonia melirik Pak Bayu. Dan Pak Bayu pun hanya tertawa.
" Begini Num, saya tidak akan memaksa kamu. Hanya ini sudah jalan dua bulan, dan saya juga butuh kepastian dari kamu. Kalau memang ganjalan hati kamu masih hal yang sama, kamu bisa percaya sama saya, keluarga kami sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Tapi kembali lagi, keputusan ada di tangan kamu." Pak Bayu menambahi apa yang dikatakan Bu Sonia.
Hanum pun terlihat menghela nafasnya. Dia sudah tahu betul, bahwa hal ini pasti akan ditanyakan. Hanum juga sadar diri untuk tidak menggantungkan Pak Bayu, harus tetap memberikan keputusan, apakah akan lanjut atau berhenti.
" Maaf Pak, Bu sebelumnya, karena saya, prosesnya jadi agak lama. Saya minta waktu sekali ini lagi, insyaAllah akan segera saya sampaikan keputusannya" Hanum menjawab sambil menunduk.
" Oke, saya akan menunggu dan menerima apapun keputusanmu. Pernikahan bukan hal untuk bermain-main. Kamu putuskan yang terbaik sesuai dengan hasil doa-doamu ya. Kata Pak Bayu bijak.
Hanum merasa terharu dengan apa yang dikatakan Pak Bayu. Beliau sangat bijaksana menanggapi proses ini.
************
Hanum melihat arlojinya, masih pukul dua siang. Masih ada waktu untuk ke perpustakaan. Hanum berniat untuk mencari referensi lagi untuk melengkapi proposal penelitiannya. Hanum benar- benar ingin mematangkan proposalnya agar bisa disetujui dan tinggal lanjut ke skripsinya. Kemarin sudah ketemu dengan Bu Sonia, dosen pembimbing proposalnya, katanya masih ada yang perlu untuk dilengkapi dan diperbaiki. Mumpung sedang datang bulan, Hanum akan memanfaatkan waktunya sampai sore. Tadi Dania sudah pamit mau ke perpustakaan pusat, ada referensi yang mau dia pinjam di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Espiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...