" Sayang, pakein dasinya dong" pinta Bayu pada istrinya. Hanum yang memang sedang bersiap diri di dekatnya lalu menghampiri suaminya. Sambil berjinjit,Hanum memasangkan dasi sang suami. Setelah selesai Hanum menepuk bahu kanan dan kiri suaminya bersamaan.
" Dah selesai" ucap Hanum sambil menatap suaminya. Ganteng banget ya ternyata.
" Kenapa ? terpesona ya " goda Bayu.
" Ih apa sih" kata Hanum sambil memukul dada suaminya. Saat mau mundur, Bayu menarik pinggang istrinya lalu berbisik " mau bilang ganteng aja gengsi ya"
Jantung Hanum benar-benar berdetak kencang. Kenapa deg-degan gini.
" Ayo bilang kalau mas ganteng"
" Ehm...iya mas ganteng banget" ucap Hanum pelan. Bayu yang mendengarnya lalu tertawa dan berbisik lagi " Makasih ya cantik".
Waduh kelamaan begini, bisa nggak sehat ini jantung. Batin Hanum.
" Udah ah mas. Lepasin "
" Boleh, tapi ada syaratnya"
" Apa?" Bayu lalu menunjuk pipinya dengan jari telunjuknya sebagai isyarat untuk meminta ciuman istrinya. Merasa mendapat tantangan dari Bayu, bukannya mencium pipinya, Hanum justru mengecup bibir suaminya. Bayu tiba – tiba terkesiap, tidak percaya kalau Hanum akan menciumnya. Saat suaminya lengah, Hanum lalu melepaskan diri dan berbalik arah. Tapi tidak lama kemudian suaminya sudah menangkapnya, dipeluknya istrinya itu dari belakang dan berbisik " sudah berani ya sekarang"
" Mas, lepasin, ini udah mau siang lho nanti terlambat seminarnya" ucap Hanum sembari berusaha melepaskan pelukan suaminya. Setelah melihat jam di pergelangan tangannya, Bayu lalu melepaskan istrinya.
" Ehm..mas kalau aku nggak jadi ikut saja gimana ? " ujar Hanum sambil duduk di pinggir kasur. Bayu lalu berdecak.
" Sudah berapa kali kamu kayak gini, kenapa sih dari kemarin – kemarin nggak pengen ikut seminar ini?"
Memang sejak diberitahu kalau akan ada seminar oleh Bayu, berkali – kali Hanum mencari alasan untuk tidak ikut.
" Kan aku udah pernah bilang, kalau aku udah pernah ikut mas"
" Tapi itu dulu kan ? sejak kapan coba ?"
" Waktu aku baru masuk akuntansi, masih mahasiswa baru"
" Udah lama itu, dengan ikut seminar lagi bisa menyegarkan pikiranmu. Apalagi selain ditinjau dari segi teori juga ada Pak Arjuna yang akan berbagi pengalamannya sebagai pengusaha. Kapan lagi coba bisa ketemu Arjuna. Arjuna gitu lho Num? Siapa yang nggak kenal dia ?"
" Tapi aku udah pernah ikut" kata Hanum tetap bersikukuh.
" Tapi dulu kan tidak ada mas sebagai pemateri. Apa kamu nggak mau menyaksikan mas sebagai pengisi seminar. Dengan ajak kamu, mas berharap bisa memberikan evaluasi kelebihan dan kekurangannya"
" Mas sudah bagus, sudah berpengalaman pula. Aku yakin itu. Sudah beberapa kali juga kan ngisi seminar" Hanum tetap saja beralasan.
" Kalau kamu tetap kayak gini, mood mas bisa berubah ini, mana sebentar lagi kita harus berangkat. Tapi kalau kamu begini, bisa bad mood dan itu pengaruh ke mas dalam mengisi nanti. Terserah deh mau ikut apa nggak" Kata suaminya ketus. Hanum yang melihatnya merasa bersalah lalu menghampiri suaminya yang mau mengambil tasnya. Hanum lalu memeluknya dari belakang.
" Mas...maafin Hanum" terdengar isakan dari belakang punggungnya. Bayu berdiri kaku lalu memejamkan matanya sebentar dan menghembuskan nafasnya untuk mengontrol emosinya. Setelah agak tenang, Bayu berbalik dan menarik Hanum ke dalam pelukannya. Ini menjadi pertengkaran pertama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Spiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...