Tepat pukul sembilan malam Bayu sampai rumah. Bayu melihat rumahnya sepi. Ah iya, dia lupa, tadi mamanya pamit mau ke rumah tante Dian, adiknya mama yang tinggal di sini. Keluarga Bayu sebenarnya tinggal di Surabaya, sedangkan Bayu sejak kuliah sudah tinggal di Jogja dan kebetulan lagi dia diterima menjadi dosen di sini. Mamanya Bayu sering sekali ke Jogja untuk menengok anak bungsunya. Papanya ada usaha di Surabaya, yang juga sekali-kali datang ke Jogja, walaupun tidak sesering mamanya. Bayu memiliki satu kakak perempuan dan dua keponakan, yang juga tinggal di Surabaya.
Selain menjadi dosen, Bayu memiliki usaha lain. Dengan latar belakang pendidikannya, dia mendirikan usaha pembuatan kerajinan yang hasilnya di ekspor ke luar negeri. Bayu memiliki manajeman yang bagus untuk usahanya ini. Jadi, dengan kesibukannya sebagai dosen, dia tidak perlu setiap hari datang ke tempat usahanya, karena sudah ada karyawan-karyawannya. Sepekan dua sampai tiga kali, untuk laporan keuangan atau jika ada meeting yang harus dihadirinya sendiri.
Setelah masuk rumah, Bayu lalu mengganti bajunya dengan kaos dan celana pendek. Dia sudah sholat isya di perjalanan sepulang dari rumah Hanum. Bayu beristirahat sejenak di kamar. Membaringkan tubuhnya sambil melihat langit-langit kamarnya. Tiba-tiba dia ingat pertanyaan Hanum tentang ijin menikah ke kedua orang tuanya. Agak aneh juga sih menurutnya.. karena menurut Bayu, untuk soal yang seserius itu, pastilah seorang laki-laki akan meminta ijin dan restu untuk meminang gadis yang akan menjadi pendampingnya kelak, minimal meminta pertimbangan orang tuanya. Bayu sudah membicarakan langsung dengan mama dan papanya saat berkunjung ke Jogja beberapa waktu lalu. Dan ijin itupun dia utarakan lagi ke mamanya kemarin malam. Akhirnya Bayu mantap untuk menemui orangtua Hanum.
Malam itu, Bayu mengajak mamanya bicara saat makan malam sudah selesai.
" Ma, Bayu mau bicara kelanjutan yang dulu pernah Bayu sampaikan sama Papa dan Mama?"
" Pembicaraan yang mana ?"
" Bayu mau ijin melamar seseorang..."
" Alhamdulillah, akhirnya... mama seneng banget dengernya. Jelas mama memberikanmu restu. Ini sudah lama mama nanti-nantikan " Dinar, mamanya Bayu langsung terlihat berbinar-binar mendengarkan permintaan putranya itu. Sudah sangat lama, Dinar menginginkan anaknya menikah.
" Papa sendiri gimana ma?"
"Kamu kan sudah bilang sama papa juga dan beliau mengijinkannya. "
" Memang kamu mau melamarnya kapan? Nanti biar mama hubungi papa segera"
" Eh, jangan terburu-buru ma, aku baru mau mengajak dia taaruf dulu. Kalau sudah fix, besok aku bilang mama dan papa"
Mama dan papanya sudah tidak asing lagi mendengar istilah taa'ruf, karena dulu kakaknya, Ratih juga menikah dengan taaruf.
" Oh, begitu. Ya sudah besok kamu bilang mama kalau sudah fix ya"
"Eh, tapi siapa calonnya?"
" Ehm...dia yang pernah aku ceritaan ke mama, mahasiswanya Bayu, namanya Faiza Hanum, biasa dipanggil Hanum"
" Mahasiswamu ? Berarti masih kuliah ? "
" Iya Ma, mama keberatan?"
" Tidak...mama tidak keberatan, apa yang membuatmu bahagia, mama pasti juga bahagia. Tapi apa dia mau menikah sementara dianya belum lulus. Trus orangtuanya mengijinkan atau tidak?"
" Nah itu ma, makanya aku minta doa dan restu dari mama. Perjuanganku di situ. Eh, tapi kemarin Bayu pernah menemui kakaknya juga. Pas ada seminar di Jawa Barat, pulangnya sekalian mampir. Kami ngrobrol banyak, yang intinya minta persetujuan dan pertimbangan kakaknya kalau Bayu mau kenal lebih dekat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Spiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...