Part 38

38.8K 3.2K 21
                                    

Sesampainya di rumah, Bayu tidak memasukkan mobilnya ke garasi. Hanum tahu kalau suaminya tidak ada agenda setelah seminar, karena kemarin sempat menyampaikan akhir pekan ini hanya ingin berduaan dengan istrinya. Tapi kenapa mobilnya tidak dimasukkan ?

Sekeluarnya dari mobil, Bayu masih tetap diam. Dia melepas jasnya dan masuk ke kamar mandi untuk bersih – bersih. Bayu keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat segar, setelah itu berganti Hanum yang masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian Hanum keluar dan mendapati suaminya sudah mengganti pakaian seperti mau pergi, karena memang kebiasaan saat di rumah Bayu hanya menggunakan kaos dan celana pendek atau training. Tapi ini tidak, suaminya sudah menggunakan kaos dan celana jeans yang menandakan dia akan pergi.

" Mas...mau pergi?" tanya Hanum lirih. Dia memberanikan diri bertanya ke suaminya. Bukan jawaban yang di dapat Hanum tapi hanya helaan nafasnya. Tidak lama kemudian Bayu membuka pintu dan saat hendak keluar berhenti sebentar " Mas mau keluar dulu. Assalammu'alaikum"

" Wa'alaikumsalam" jawab Hanum lirih. Sudah tidak kuasa untuk menahan lagi, akhirnya Hanum menangis sesenggukan.

***

Sudah beberapa jam ini Bayu berada di peternakan lelenya. Yah, Bayu memang memiliki usaha sampingan peternakan lele yang ada di wilayah Sleman. Dengan berada di sini, paling tidak disuguhi pemandangan hijau di sekitarnya dan sembari memberi makan ikan – ikannya sudah membuatnya sedikit tenang hatinya. Bayu membutuhkan kesendirian dan suasana seperti ini saat ada masalah. Dia hanya ingin bisa berpikir jernih. Tidak bisa dia bayangkan jika harus berhadapan dengan Hanum saat suasana hatinya sedang tidak kondusif. Makanya dengan duduk di tepi kolam dan mendengar lele yang berebutan makanan sudah membuatnya terhibur. Tadi Bayu juga sempat ditemani oleh pegawainya yang sesekali memeriksa kolamnya.

"Mas Bayu, niki sampun jam gangsal sonten, kula pamit rumiyin nggih ( Mas Bayu, ini sudah jam lima sore, saya pamit dulu) " Kata Lek Sardi, pegawainya. Tadi Lek Sardi sempat menemaninya sebentar sebelum keliling untuk memberi makan dan membersihkan kolamnya.

" Monggo lek, sekedhap maleh kula nyusul" (Silahkan pak, sebentar lagi saya menyusul)" jawab Bayu.

" O ya mas, niki wau bojo kula nyusuli teh anget kaliyan telo goreng, menawi kerso kula caoske meja nggih" ucap Lek Sardi lagi.

( Tadi istri saya mengantar teh hangat dan singkong goreng, kalau mau saya letakkan di meja )

" Nggih lek, matur nuwun sanget" (Ya, terima kasih sekali)

" Menawi mekaten kula pamit rumiyin nggih mas, monggo pinarak" pamit Lek Sardi.

( Kalau begitu saya pamit duluan mas, mari mampir)

" Nggih lek, monggo ndereaken"

(Ya Lek, silahkan)

Lek Sardi ini tenaganya Bayu untuk mengurus lele – lele nya setiap hari. Dulu pekerjaannya buruh bangunan di Jakarta, tapi karena kecelakaan kerja membuatnya tidak bisa kembali bekerja. Kebetulan saat itu, Bayu membeli lahan di desanya dan berencana membuat kolam lele. Dia membutuhkan tenaga yang bisa fokus mengurus lelenya. Alhamdulillah, oleh Pak RT dikenalkanlah Lek Sardi yang kebetulan rumahnya paling dekat dengan kolam lelenya dan kondisi waktu itu juga tidak memiliki pekerjaan. Bayu biasanya ke kolam seminggu sekali, tapi jika sedang senggang bisa beberapa kali ke sana. Terutama jika pikirannya sedang penat, maka Bayu akan memilih ke sini melihat perkembangan lelenya sembari ditemani ngobrol dengan Lek Sardi. Tidak jarang juga anak-anaknya ikut.

Melihat hari yang semakin gelap, akhirnya Bayu berdiri. Tidak lupa mampir ke rumah Lek Sardi untuk mengembalikan ceret ( tempat air) dan piring berisi singkong tadi.

Cinta Sang Dosen ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang