Ini sudah keempat kalinya Hanum diminta untuk ke ruangan Bayu setelah kuliah berakhir. Dengan tugas sama yaitu mengetik ulang notulen yang tadi sudah dituliskannya di buku tulis. Selama mengerjakan tugas di ruangannya, Pak Bayu selalu mengajaknya diskusi tentang pernikahan. Entah apa maksudnya, Hanum sampai heran.
Oh iya, ada satu tugas lagi untuk Hanum yaitu membantunya mengoreksi hasil pekerjaannya dan teman – temannya. Pak Bayu selalu mengoreksi tugas Hanum terlebih dahulu, jika jawabannya benar, maka Pak Bayu langsung meminta Hanum untuk mengoreksi sesuai dengan jawabannya, jika kurang tepat maka Pak Bayu akan membetulkan bagian itu dan dipakai untuk membantu Hanum untuk mengoreksi.
" Num, saya mau tanya lagi. Masih seputar pernikahan ya" Hanum lalu menganggukan kepalanya.
" Kalau dari diskusi kita beberapa kali ini, saya mau tanya. Proses apa yang kamu inginkan untuk menuju ke pernikahan ? Maksudnya apa perlu pacaran dulu atau gimana ?"
"Saya tidak pacaran pak. Saya menginginkan pernikahan dengan proses ta'aruf"
" Kenapa ?"
" Karena dalam agama hubungan antara perempuan dan laki-laki yang tidak punya ikatan tertentu seperti keluarga atau suami istri yang halal memiliki sebuah batasan dan etika dalam pergaulan. Etika-etika tersebut di antaranya yaitu dilarang berduaan saja antar lawan jenis yang bukan mahram, dilarang memandang maupun menyentuh karena dapat menimbulkan hal-hal yang haram menurut agama Islam.
Makanya untuk menjembatani itu, ada cara yang disebut taaruf yaitu mengenal seseorang sebelum menikahinya"
" Bagaimana caranya ta'aruf?"
" Pertama, mendatangi kedua orangtuanya. Jika ada yang tertarik pada seorang wanita, mereka dianjurkan untuk langsung menemui kedua orangtuanya dan mengutarakan niat baiknya. Kedua, menjalin komunikasi, menjalani taaruf cukup dengan saling mengingatkan seperti menanyakan perihal dirinya, misalnya hal apa yang disukai dan tidak disukai. Lebih baik ajak keluarga atau teman dekat untuk untuk menyampaikan pesa kita, tapi bisa juga dengan mengirim pesan. Ketiga, tidak berduaan. Keempat, menundukkan pandangan, maksudnya adalah menjaga pandangan agar tidak dilepaskan begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menghindari hal yang tidak diinginkan saat pertemuan. Kelima, melakukan shalat Istikharoh dengan sebaik-baiknya agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Keenam, menentukan waktu khitbah, Taaruf tidak boleh terlalu lama seperti pacaran yang sampai bertahun-tahun. Terakhir, melakukan akad dan menikah. Begitu pak, kalau menurut saya. Maaf bukan bermaksud menggurui bapak"
" Oh, nggak Num, saya yang terima kasih kamu sudah berbagi ilmu. Saya semakin kagum denganmu karena memiliki pengetahuan luas. Betapa beruntungnya orang yang memiliki istri sepertimu"
" Maksud bapak"
" ck...kamu bener-bener nggak peka ya" ucap Pak Bay sambil berdecak.
***
"Assalammualaikum" ucap Bayu saat masuk rumah.
" Wa'alaikumsalam" jawab Dinar, mamanya Bayu. Dinar, mamanya Bayu sebenarnya tinggal di Surabaya, tapi sering berkunjung ke Jogja untuk menengok anak laki-lakinya.
"Kok pulangnya sampai malam sekali Bay? "
" Iya Ma, tadi ada kerjaan yang harus aku selesaikan dulu"
Bayu pun mandi dan langsung menuju ke meja makan.
" Kamu kenapa Bay?" tanya mama saat Bayu sedang makan.
" Ada masalah pekerjaan ?" tanya mamanya lagi.
" Nggak kok ma, Alhamdulillah, pekerjaan lancar. Setelah selesai makan, Bayu lalu menyusul mamanya duduk di sofa ruang keluarga. Bayu ikut menonton televisi yang di hidupkan mamanya walaupun dia sendiri tidak paham. Bayu lalu mengambil tangan ibunya dan memijitnya.
" Ehm ma, kalau Bayu menikah. Gimana menurut mama?"
Mama yang mendengarnya langsung menengok dan melihat wajah anaknya.
" Jadi ini yang kamu pikirkan dari tadi?" Bayu lalu menganggukkan kepalanya.
" Dengar ya nak, umur kamu sudah hampir 30 tahun. Sudah sejak kapan hari, mama papa dan mbak Ratih selalu menanyakan masalah pernikahan ke kamu. Tapi kamu terlihat enggan. Dan sekarang kamu meminta ijin ke mama untuk menikah. Tidak ada alasan apapun dari mama selain mendukungmu penuh. Mama yakin jawaban papa dan mbak Ratih juga sama" Kata mama sambil memandangi anak lelakinya.
" Alhamdulillah. Makasih ya ma"
" Memang calonnya siapa ?"
" Mahasiswanya Bayu ma"
" Hah...berarti dia masih kuliah ?"
" Iya. Bayu sebenarnya sudah pernah ketemu waktu dia ospek. Tapi waktu itu Bayu mau melanjutkan studi. Tapi sekarang takdir mempertemukan kita lagi. Saat Bayu mengajar di semester enam, ternyata dia ada ma. Bayu nggak tahu, apakah ini pertanda jodoh dari Allah. Terus terang memang Bayu selalu berdoa setelah pertemuan pertama dulu, jika memang dia jodohku, jagakan dia dan pertemukan kembali. Gitu ma"
Mama mendengarkan sambil tersenyum. Dia melihat ada binary kebahagiaan di mata anak lelakinya.
" Banyak kesan positif dari dia ya ?"
" Iya ma, awal dulu tidak Bayu pungkiri lihat dia sebagai seorang perempuan yang cantik, tapi terus Bayu lihat dia menutup auratnya dengan benar. Sudah sebatas itu saja. Setelah itu memang Bayu banyak cari informasi ke mbak Sonia, yang ternyata dosen walinya. Katanya dia itu pintar juga secara akadeik, agama dan ibadahnya bagus. Pas menjadi dosennya, Bayu jadikan dia sebagai PJ kelas. Sudah sebulan ini Bayu sering memanggilnya ke ruang dosen. Bayu ajak untuk diskusi tentang pernikahan dan sering nyangkut – nyangkut ke dia, tapi kayaknya anaknya nggak peka dan tidak mudah baper kalau bahasa anak muda. Mama tahu nggak baper ?" canda Bayu sambil menggoda mamanya.
" Tahu lah, tuh cucu sering bilang baper – baper akhirnya tahu artinya" jawab mama.
" Terus sekarang bagaimana ? kamu sudah menyampaikan keinginanmu ?"
" Belum"
" Kenapa ?"
" Rencananya Bayu mau langsung ke rumahnya saja untuk ketemu orangtuanya, minta ijin untuk ta'aruf"
" Ta'aruf kayak kakakmu ?"
" Iya, Bayu sempat diskusi dengannya, dia mau menikah dengan proses ta'aruf. Sempat dia jelaskan tahapannya. Ya sudah, langkah pertama langsung mau Bayu lakukan. Nggak tahu dia ma, sebenarnya sambil menyelam minum air hahaha"
" Kamu itu, anak orang loh"
" Iya...iya ma, doain ya ma, semoga semuanya lancar"
" Pasti nak, doa mama papa selalu untukmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Spiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...