" Assalammualaikum"
Terdengar suara salam dari pintu yang menghubungkan garasi dengan ruang keluarganya.
" Wa'alaikumsalam" jawab Ratih dan Hanum bersamaan.
Ternyata Bayu pulang dari masjid.
" Lhoh... kok posisinya masih sama sih. Sudah pada sholat belum?" tanyanya.
" Lagi nggak sholat ini, bisa barengan gini sama Hanum ya" jawab Ratih.
" Mbak masak nggak tadi?" tanya Bayu sambil melihat meja makan.
" Tadi aku masak kok, masak rawon kesukaanmu"
Bayu pun mengangguk-anggukkan kepalanya sambil melihat menu di meja makannya.
" Makan dulu ya Num" ajak Bayu.
" Ehm..nggak usah Pak, nanti kemaleman saya pulangnya" balas Hanum.
" Tunggu sebentar ya"
Bayu tidak menanggapi perkataan Hanum. Dia justru terlihat masuk ke kamar. Dan tidak lama kemudian sudah keluar lagi. Ternyata dia mengganti bajunya. Sekarang Bayu memakai polo shirt hitam dan celana khaki.
" Makan dulu. Ayo cobain masakan Mbak Ratih. Sekarang gantian kamu yang makan di rumah saya" ajak Bayu.
" Tapi Pak.." Belum sempat Hanum menyelesaikan kalimatnya.
" Saya sudah telepon ayah kamu. Nanti kalau sampai rumah saya jelaskan lagi. Ayo makan dulu" Bayu memotong perkataan Hanum. Bayu tahu kegelisahan Hanum.
" Ayo Hanum, sini makan dulu" ajak Ratih.
Akhirnya mau tidak mau Hanum pun makan di rumah Bayu.
" Eh bentar, tadi kamu bilang pernah makan di rumah Hanum? Kapan? Kok kamu nggak cerita sama mbak sih?" Tiba-tiba Ratih bertanya ke adiknya saat mereka sedang makan.
Hanum yang mendengarpun hanya menunduk.
" Oh itu, lupa mau cerita ke Mbak Ratih. Pas aku ke rumah Hanum kan lagi buka puasa. Ya gitu... sekalian ditawarin sama papanya untuk buka di sana"
" Lha kamu ngapain ke sana?" Mbak Ratih masih belum berhenti bertanya.
" Ehm...nganter buku" jawab Bayu salah tingkah.
" Huh... modus pasti"
Hanum yang mendengar hanya tersenyum. Pasti mukanya sudah memerah.
" Gimana Num, enak nggak masakannya?" tanya Bayu mengalihkan pembicaraan.
" Ehm....enak banget"
" Itu yang masak Mbak Ratih" kata Bayu lagi.
" Oh ya? Enak sekali ini mbak, bisa bagi-bagi resepnya ya?"
" Berlebihan kamu Num, cuma kayak gini juga. Tapi boleh deh, besok kalau sudah jadi adik iparku, kita masak bareng ya" ajak Ratih
Mendengar ajakan Ratih membuat Hanum malu, pasti mukanya sudah merah lagi.
" Bisa ..bisa mbak, jangan salah lho Hanum itu juga jago masak" ucap Bayu.
" Kok kamu tau?" selidik kakaknya.
" Ya...kan pas makan di sana yang masak Hanum, rasanya enak" jawab Bayu salah tingkah.
" Ya gimana nggak enak, lha wong ngerasainnya juga pake perasaan" ledek Ratih.
Bayu yang mendengar hanya tertawa.
" Oya mbak, anak-anak dimana?" Bayu menanyakan keponakannya yang tidak kelihatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Spirituale" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...