Part 4

67K 5.8K 102
                                    

"Ini bukunya !"

Hanum mengerutkan dahinya saat Pak Bayu menghampirinya ke tempat duduk sambil menyerahkan sebuah buku tulis tebal.

" Untuk notulensi presentasi hari ini. Kamu tulis di sini " Hanum yang langsung paham akhirnya mengangguk.

Pak Bayu lalu mempersilahkan kelompok untuk maju presentasi materi. Setelah mereka duduk di kursi masing – masing, Pak Bayu segera memberikan microphone ke moderator kelompok. Saat Daru menerimanya, tiba – tiba Pak Bayu memintanya lagi dan bicara " Hanum silahkan pindah ke sini di barisan paling depan !" Kalimat yang baru saja diucapkan tentu saja mengundang teman – temannya untuk menoleh ke arahnya. Daripada menjadi pusat perhatian akhirnya Hanum berdiri dan pindah ke depan. Saat sampai di depan, Hanum baru sadar ternyata kursi yang harus didudukinya berhadapan langsung dengan meja dosen yang digunakan Pak Bayu.

Selama Hanum menulis dan mendengarkan presentasi, entah perasaannya atau bukan, Hanum merasa ada yang memperhatikan. Beberapa kali saat Hanum menghadap lurus ke depan selalu mendapati dosennya itu sedang memperhatikannya sampai-sampai Hanum tidak berani lagi melihat ke arah dosennya.

Di akhir presentasi Pak Bayu memberikan tanggapannya terhadap materi yang baru saja dibahas. Setelah itu, diadakan post test tentang materi yang baru saya dipresentasikan. Sebelum memberikan soalnya, Hanum berdiri dan menyerahkan buku notulensinya.

" Kamu bawa dulu saja" kata Pak Bayu sambil mengembalikan bukunya ke Hanum. Akhirnya Hanum duduk kembali ke kursinya. Seusai post test, Pak Bayu menghampiri Hanum "setelah ini kamu ke ruangan saya". Belum sempat Hanum menjawabnya, Pak Bayu sudah pergi.

***

" Duduk Num" kata Pak Bayu sesampainya Hanum di ruangannya. Hanum pun langsung duduk di hadapannya. Hanum lalu mengambil buku notulensi yang tadi belum dikembalikan dan menyerahkan ke Pak Bayu. Buku itu dibaca sebentar. Tidak lama kemudian, Pak Bayu mengeluarkan laptopnya dan mengarahkannya ke Hanum. Hanum kebingungan dengan apa yang dilakukan Pak Bayu. melihat ekspresi wajah Hanum, Pak Bayu hanya tersenyum " sekarang salin notulensi yang kamu tulis tadi ke sini" ucap Pak Bayu sambil menunjuk laptopnya.

" Maaf pak, bukannya sudah ada di buku tulis ya ?"

" Iya, tapi saya ingin ada soft file nya . Kamu ada kuliah setelah ini ?"

" Tidak ada Pak"

" Bagus. Kalau gitu diketik sekarang aja"

Ingin rasanya Hanum menjitak dosennya itu. Coba bayangkan, saat teman – temannya sudah bisa rebahan di kasur empuk mereka, dia harus kerja rodi !

Saat Hanum sedang mengetik, dia melirik ke Pak Bayu dan melihatnya sedang mengoreksi hasil pekerjaannya dan teman-temannya tadi. Kalau dilihat, beliau sedang mengoreksi hasil pekerjaannya, karean hafal dengan tulisannya.

" Ehm...maaf pak, kalau saya ngetiknya di perpus saja bagaimana ?"

" Kenapa ?"

" Ehmm....maaf saya kurang nyaman kalau harus berdua saja di ruangan yang tertutup seperti ini" jawab Hanum sambil menunduk. Pak Bayu paham dengan keinginan Hanum. Bukannya menjawab, beliau justru malah berdiri dan berjalan menuju pintu. Hanum yang heran lalu melihat apa yang akan dilakukan dosennya. Dia mengira kalau dosennya akan keluar tapi ternyata tidak. Tampak beliau membuka pintu lebar – lebar dan kembali lagi ke kursinya.

" Sudah saya buka pintunya, nanti banyak orang yang bisa melihat kita di ruangan ini"

Bukannya ruangannya ber AC ? Kok malah dibuka ? Wis biarin ajalah, yang penting sekarang cepat – cepat menyelesaikan tugas ini dan pulang.

Tapi saat di tengah – tengah mengetik, Pak Bayu bertanya ke Hanum.

" Hanum"

" Iya Pak" Hanum lalu mendongakkan kepalanya. Sejak kapan beliau begitu ? Pak Bayu terlihat sedang bersedekap dan bersanday ke kursi, sedang pandangannya menghadap tajam ke dirinya.

" Saya mau ngajak kamu ngobrol ehm diskusi mungkin ya tepatnya. Kamu terganggu nggak ?"

" Diskusi tentang apa ya Pak?" tanya Hanum sambil menghentikan aktivitasnya mengetik.

" Tentang pernikahan"

" Pernikahan ?" tanya Hanum kaget.

" Kok kaget gitu ?"

"Eh ehm nggak nggak kok pak, saya kira bapak mengajak saya diskusi tentang kuliah"

" Nggak lah. Kalau tentang kuliah saya yakin kamu mampu. Saya ingin tahu pandanganmu tentang seputar pernikahan. Kamu keberatan ?"

" Insya Allah tidak pak. Tapi mungkin saya akan menjawab semampu saya saja ya pak. Soalnya saya belum menikah juga "

" Kamu mau menikah ?"

" Hah...ehk...ehk bukan begitu pak" Pak Bayu lalu tertawa melihat ekspresi Hanum.

" Gimana ? Boleh ?" tanya beliau lagi. Hanum lalu menganggukkan kepalanya.

" Oke, saya mau tanya kamu ada target menikah kapan ?"

" Saya belum tahu pak. Untuk saat ini belum kepikiran"

" Kenapa ?"

" Ingin fokus kuliah dulu"

" Oh gitu ya " ucap Pak Bayu sambil mengetuk etukkan jarinya ke meja.

" Kalau seandainya ya, ada orang yang tiba – tiba melamar kamu saat ini bagaimana ?"

" Ehm... tetap akan saya pertimbangkan"

" Maksudnya ?"

" Ya saya tetap akan istikhoroh, saya juga lihat dulu siapa yang melamar. Bukan berarti saya materialistis atau apa. Tapi menurut saya, pernikahan itu butuh persiapan yang matang. Ada bekal – bekal yang harus dimiliki seseorang untuk dikatakan siap menikah"

" Kalau menurutmu, bekal apa saja yang perlu dipersiapkan ?"

"Pertama, niat yang lurus. Niat ini menjadi poin pertama yang harus ada supaya dalam menentukan langkah ke depan dengan pasangan menjadi mudah. Niat menikah juga akan melahirkan visi misi dalam rumah tangga, artinya ketika kita menikah kelak, akan dibawa kemana arah rumah tangga bersama pasangan. Kedua ilmu yang memadai baik ilmu tentang agama, pernikahan maupun parenting. Hal ini bisa didapatkan dengan membaca atau mengikuti konseling – konseling pranikah. Ketiga persiapan nafkah yang halal, Keempat keterampilan termasuk dalam pekerjaan rumah tangga. Termasuk yang penting juga adalah memperbaiki akhlak dan mengamalkan sunnah. Sebelum menuju jenjang pernikahan, kita berusaha untuk memperbaiki akhlak supaya bisa menjadi pasangan yang baik, karena ini akan berkaitan dengan keharmonisan rumah tangga yang akan terjaga dengan terus mengamalkannya. Selain akhlak, juga terus membiasakan diri melakukan amalan-amalan sunnah. Kebiasaan ini nantinya akan dijadikan contoh oleh pasangan dan anak - anak. Sebab, pendidikan agama dari keluarga merupakan dasar yang dijadikan pondasi oleh anak"

Bayu yang melihat Hanum menjelaskan tentang dunia seputar pernikahan sampai terpana. Tidak disangkanya mahasiswa di hadapannya ini memiliki pengetahuan yang bagus selain tentang perkuliahan.

" Pak...Pak"

"Oh ya ...ya...maaf" Pak Bayu sampai kehilangan kata-kata.

" Ehm...makasih ya Num. besok kita lanjutkan lagi diskusi kita. Kamu boleh pulang. Sudah selesai kan ngetiknya?" Kata Pak Bayu sambil melihat jam tangannya.

Kok jadi aneh? Batin Hanum.

" Baik pak. Ini sudah selesai. Ehmm..maaf kalau saya jadi banyak bicara tadi"

" Oh, tidak apa – apa. Saya justru senang sekali mendengar penjelasan kamu tadi. Makasih ya"

" Sama – sama pak. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalammu'alaikum"

Cinta Sang Dosen ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang