Saat ini Bayu duduk di sofa sambil melihat acara televisi, tapi Hanum tahu kalau pikiran suaminya tidak di sana. Semenjak pulang dari pertemuan dengan Arjuna, Bayu masih saja terlihat diam.
" Mas" ucap Hanum mendekati suaminya. Diletakkan kepalanya di bahu suaminya.
" Kenapa masih murung ?" tanya Hanum lagi.
" Ehm..nggak papa" jawab Bayu sambil mencium puncak kepala istrinya.
" Sini" Bayu menarik Hanum ke dalam pelukannya. Didekapnya erat istrinya. Terasa detakan jantung suaminya yang berpacu cepat.
" Jangan tinggalkan mas ya.... Mas takut kehilangan kamu" ucapnya lirih di telinga Hanum.
" Nggak mas, Hanum tidak akan pernah meninggalkan mas. Kita akan selalu bersama – sama selamanya, insyaAllah" ucap Hanum.
Dilepaskannya dekapan ke istrinya, ditangkupkan wajah Hanum. " Kamu tidak akan ninggalin mas kan?" ucapnya sekali lagi sambil menatap mata Hanum.
" Nggak mas, insyaAllah kita akan selalu bersama"
" Tahu nggak sayang, mas masih belum tenang memikirkan kamu dengan Arjuna. Mas ragu apa kamu masih menyimpan rasa itu padanya. Mas juga khawatir kamu akan kembali padanya..."
Hanum tersenyum dan mengelus rahang suaminya pelan " Mas percaya nggak, hatiku ini sudah sepenuhnya milik mas. Sekalipun tadi kita ketemu, aku sudah tidak ada rasa lagi ke Kak Juna. Kenapa mas malah jadi begini ? Mas merasa insecure ? " tanya Hanum pelan. Tampak Bayu menghela nafasnya.
" Gimana mas nggak merasa rendah diri jika harus berhadapan dengan Arjuna ?"
" Apa yang membuat mas tidak percaya diri ?"
" Banyak Num"
" Contohnya ? Fisik ? Ketampanan atau kecantikan itu relatif. Mungkin ada yang bilang si A cakep tapi menurut B biasa saja dan sebaliknya. Tahu nggak mas kemarin pas seminar ada dua perempuan di sebelahku yang ngobrol tentang mas dan Kak Juna. Mereka berdebat tentang ketampanan dua pembicara di depan. Aku heran, motivasi mereka datang itu untuk apa, soalnya malah sering komentar pembicaranya daripada materinya. Sebenarnya kemarin aku ingin menegurnya dan pengen bilang ' hey ini lho istrinya di sini' tapi aku tahan. Salah satu mereka bahkan sampai menyebutkan wajah mas sampai detail bahkan bilang kalau ingin mas menjadi dosen di kampusnya. Agak kesel juga akunya. Di kampus pun mas kan jadi dosen idola –"
Hanum belum sempat melanjutkan bicaranya saat melihat suaminya menengok ke arahnya dengan alis berkerut.
" Hehe maaf mas...tapi bener lho itu"
" Kamu termasuk yang mengidolakan mas nggak?"
" Nggak lah" Mendengar jawaban Hanum yang cepat justru membuat Bayu tertawa. Hanum yang melihatnya merasa senang akhirnya suaminya bisa tertawa lagi.
" Apa lagi coba yang membuat mas merasa rendah diri ? kekayaan ?"
" Dengan pengalaman yang pernah aku alami, perbedaan status sosial itu bisa menjadi ganjalan dalam sebuah hubungan. Ada kan yang namanya bibit bebet bobot ? Mungkin ada sebagian orang yang tidak mempermasalahkan itu tapi juga ada yang sangat mempertimbangkan hal itu. Saat dulu dengan Kak Juna, aku merasa perbedaan status kami sangat jauh, selalu terpikir apa aku bisa mengimbanginya dengan gaya hidup yang selama ini mereka jalani. Akhirnya yang datang di hati justru ketidaktenangan dan ketidaknyamanan. Berbeda saat aku dengan mas, dengan seperti ini sudah membuat aku merasa sangat sangat berkecukupan malah rasanya berlebih. Aku juga merasakan ketenangan hati"
" Jadi mas nggak perlu lagi merasa rendah diri dengan Kak Juna. Kalau mas menanyakan lagi perasaanku ke beliau, aku jawab udah nggak ada rasa apa – apa ke Kak Juna. Aku pernah bilang ke mas kan ? Begitu proses itu selesai, maka saat itu juga ku tutup lembaran kisahnya. Daaan.... sekarang aku mulai membuka lembaran baru bersama mas Bayu Adjie Wicaksono, suamiku tercinta. Semoga Allah menyatukan kita sampai ke surgaNya kelak. Amiin "
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Spiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...