Beberapa bulan berikutnya
Sudah seminggu ini Hanum belajar mempersiapkan diri untuk menghadapi sidang skripsinya. Bayu meminta untuk mempresentasikan skripsi itu di hadapannya. Hampir setiap hari kegiatan ini mereka lakukan di ruang kerja rumah mereka. Dan waktu sidang yang tinggal besok pagi semakin membuat Hanum tegang. Seperti malam ini Hanum kembali belajar bersama suaminya.
" Kenapa sayang?" tanya Bayu melihat istrinya yang nampak tegang.
" Ya Allah mas, aku presentasi di depan mas aja udah deg-degan kayak gini. Ini aja udah latihan berhari – hari. Gimana besok ya, nggak bayangin kalau dibantai di ruang sidang ?" ucap Hanum dengan nada khawatir.
Bayu tersenyum lalu mendekat dan mengelus rambut istrinya. Dipeluknya Hanum dari sisi kanan tubuhnya.
" Jangan tegang, harus percaya diri ya. Tahu nggak sayang, mas itu selalu ingat nasehat dosen mas dulu. Beliau bilang kenapa para mahasiswa itu kalau sidang skripsi pada ketakutan, bahkan karena tegangnya membuat mereka justru lupa apa yang harus disampaikan-"
" Mas sih nggak ngerasain?" potong Hanum
" Ssst...bibirnya ini lho" ucap Bayu sambil mengecup singkat bibir istrinya. Hanum yang kaget langsung menepuk lengan Bayu.
" Dengerin dulu sayang. Siapa bilang mas nggak ngerasain ? Mas kan juga pernah jadi mahasiswa, jadi apa yang kamu rasain sekarang juga pernah mas rasain. Jadi dulu yang membuat mas akhirnya lancar sekali dalam sidang karena ingat kata dosen mas. Beliau bilang kalau skripsi itu kan kita yang membuat, dari awal sampai akhir. Dan karena kita yang menyusun maka sewajarnya kita juga paham isinya. Nah, kenapa dosen penguji itu bertanya ? Ya karena mereka ingin tahu isi dari skripsi kita, bukan kayak kata kamu tadi apa ? pembantaian ya" kata Bayu sambil tertawa.
" Habisnya kata para senior yang sudah sidang suasana di sana menegangkan banget"
" Tegang itu wajar tapi jangan sampai menguasai diri. Efeknya yang tidak bagus untuk diri sendiri. Seperti apa yang mas katakan tadi, ketegangan yang berlebihan bisa membuat lupa apa yang seharusnya disampaikan padahal semuanya sudah dipersiapkan dengan baik. Memang dari segi apa yang menakutkan ? Tadi mas lihat kamu lancar – lancar aja bahkan sudah menguasai materi dengan sangat baik. Mas jujur lho ini, obyektif sebagai dosen"
" Ya semuanya mas, ada yang bilang menakutkan saat ditanya tentang latar belakang atau pas landasan teori gitu, tapi ada juga yang takut karena yang ditanyakan metode penelitiannya, ya macam-macamlah, setiap senior yang cerita pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri"
" Bab satu pendahuluan bagian latar belakang ya ? Sekarang mas mau tanya, dulu yang mengajukan judul siapa ? mahasiswa atau dosen? Ehm..gini deh nggak usah jauh – jauh, contohnya kamu aja"
" Mahasiswa ehm aku maksudnya"
" Kenapa kamu mengajukan judul itu?"
" Ya karena aku melihat ada latar belakang permasalahan dari variabel pada subyek penelitian itu"
" Itu kamu tahu sendiri. Jadi kamu atau mahasiswa kan yang melihat bahwa ada permasalahan di sana. Berarti yang tahu lebih dulu juga mahaiswa yang bersangkutan kan ? Dosen pembimbing menyetujui karena itu memang perlu untuk diteliti lebih lanjut" Hanum lalu menganggukkan kepalanya.
" Untuk bab dua, sama aja dengan tadi. Pemilihan landasan teori yang dilihat dari latar belakang permasalahan pasti sudah disesuaikan. Tidak mungkin kan tinggal comot sana sini teorinya. Kamu juga begitu kan? Pasti memilih teori yang sesuai dengan variabel yang kamu teliti. Hanya yang mungkin ditakutkan mahasiswa adalah belum menguasai teori itu. Tapi nggak juga ding, karena biasanya mahasiswa itu milih judul karena memang menguasai, artinya dia sudah mengukur diri bahwa dia mampu. Iya nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen ( END )
Espiritual" Permisi Kak, boleh saya minta tanda tangannya?" Pria itu menoleh dan kaget tapi tidak lama kemudian tersenyum. Aneh, pikir Hanum. " Oh, ya..ya, sini bolpoinnya" katanya. Dia lalu meminta buku Hanum dan memberikan tanda tangannya. Tidak lupa di ba...