41. Rain

6.9K 674 135
                                    

Jingga dan Senja berlari di lorong Rumah Sakit, tak mempedulikan pandangan orang sekitar maupun imbauan untuk berhenti berlari. Yang ada di pikiran keduanya terutama Senja saat ini hanyalah segera bertemu dengan Roby, Ayahnya.

Sekitar dua jam sebelumnya, Senja mendapatkan kabar bahwa Roby jatuh setelah terserempet mobil saat menyeberang jalan. Roby pun dilarikan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan medis. Tanpa perlu berpikir panjang, Senja langsung menghubungi Jingga untuk pergi menemui Roby.

Jingga dan Senja memasuki ruangan dengan perasaan khawatir atas kondisi Roby. Namun Roby justru menyambut kedatangan mereka dengan senyuman di wajahnya. "Harusnya kalian nggak perlu repot-repot datang kesini. Padahal Ayah cuma lecet doang loh," ujar Roby walau terlihat jelas luka yang ia dapatkan bukan sekedar lecet.

"Ayah jangan sok ceria gitu deh. Senja khawatir," ujar Senja dengan wajah yang terlihat menahan tangis.

"Eh, jangan nangis! Ayah gapapa, serius!" Roby berusaha menenangkan Senja yang memeluknya.

Jingga berjalan mendekat. Ia dekatkan tangannya ke luka yang ada di tangan kiri Roby. "Ini boleh dipegang-pegang, nggak?"

Pertanyaan Jingga membuat Roby membulatkan kedua matanya dan berteriak, "Heh! Jangan pegang-pegang!" Larangnya dengan nada panik.

"Tadi katanya gapapa?" tanya Jingga dengan raut wajah tidak merasa bersalah.

"Menantu kurang ajar"

Senja yang tadinya sedih kini menghela nafas karena harus melerai Ayahnya dan Jingga sebelum terjadi pertengkaran yang tidak penting. "Udah, ah. Jangan bertengkar," ujarnya. "Kamu ngapain sih mau pegang-pegang luka di tangan Ayah? Udah kelihatan jelas itu sakit" Senja mulai mengomeli Jingga.

Roby tersenyum senang melihat raut wajah Jingga yang begitu pasrah menerima omelan Senja.

"Bisa-bisanya Ayah senyum kayak gitu padahal aku khawatir banget selama perjalanan ke sini" Kini Senja ganti mengomeli Roby.

"Iya iyaa, maaf"

Senja kembali menghela nafas. "Aku keluar dulu ya. Mau tanya ke dokter tentang kondisi Ayah. Kalian berdua jangan berantem," kata Senja lalu berjalan keluar dari ruangan meninggalkan Roby dan Jingga.

"Jangan pergi dulu. Katanya mau nambah cucu satu lagi," ujar Jingga pada Roby.

Meski kalimat pertama Jingga membuat Roby kesal, tapi ia lebih memilih tersenyum senang karena kalimat kedua Jingga. "Jadi nambah satu lagi nih?"

Jingga mengedikkan bahunya. "Gatau. Belum bilang ke Senja"

"Buruan bilang dong"

"Iya iya"

"Cewek ya. Yang manis kayak Senja. Nggak galak," ujar Roby layaknya bisa me-request cucunya.

"Bikin di The Sims aja"

***

Setelah mendapatkan ijin dari dokter, Senja membawa Roby untuk tinggal sementara di rumahnya sampai kondisi Roby pulih. Roby tak menolak. Ia merasa senang karena dapat bertemu dengan cucu-cucunya. Ini berbanding terbalik dengan Jingga yang merasa was-was akan disuruh ini itu oleh Roby setiap harinya.

"Jingga, tanamannya nggak kamu siram ya?" Itulah kalimat pertama yang keluar dari Roby untuk Jingga, setelah tiba di rumah.

"Tadi bangun kesiangan," jawab Jingga sambil menurunkan barang-barang Roby dari bagasi mobil.

"Siram sekarang trus itu kolamnya juga udah kelihatan kotor, sekalian kamu bersihin"

Jingga menghela nafas. "Ck. Jadi babu," gerutunya dengan suara pelan.

You Better With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang