Di sebuah lorong rumah sakit, Jingga duduk sendiri menanti namanya dipanggil. Ia menjadi pasien dengan urutan terakhir sebelum sang dokter menyelesaikan jam prakteknya.
Seorang perawat keluar dari balik pintu ruangan praktek dokter tersebut, "Jingga Wijaya," panggilnya lalu kembali masuk ke dalam.
Jingga beranjak dari duduknya, berjalan masuk ke dalam ruangan mengikuti sang perawat.
Ia masuk disambut dengan senyuman hangat dari seorang dokter perempuan yang ia kenal bertahun-tahun yang lalu dari Senja.
"Kak Jingga sendirian aja ?" Tanya dokter tersebut yang dijawab anggukan kepala oleh Jingga.
"Senja-nya kerja ya ?"
Lagi Jingga menjawab dengan anggukan kepala.
"Uhm okedeh". Dokter tersebut lalu melihat sang perawatnya, "Kamu keluar duluan aja, gapapa," titahnya pada sang perawat.
Perawat tersebut menganggukan kepalanya, "Baik Dokter Kezia. Saya permisi keluar dulu," pamit sang perawat lalu keluar dari ruangan.
"Langsung aja, Kak Jingga ada keluhan apa ?" Tanya Kezia to the point kepada Jingga.
"Sakit kepala"
"Sejak kapan ?"
"Akhir-akhir ini"
"Selain sakit kepala, ada lagi ? Sakitnya dibagian mana ?"
Jingga menggeleng pelan, "Cuma ... itu"
Kezia menghela nafas karena Jingga tak memberinya informasi yang lebih jelas tentang sakit kepala yang dideritanya. Ia lalu mengambil kertas resep dan menulis sesuatu disana kemudian memberikan kertas tersebut kepada Jingga.
"Kak Jingga coba minum obat ini dulu. Nanti kalo masih belum sembuh, Kak Jingga kesini lagi. Oh iya setelah minum obat ini mending langsung tidur biar enakan trus jangan mikir yang berat-berat dulu. Kalo bisa juga kerjanya jangan diforsir"
Jingga mengangguk pelan.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, seorang anak kecil dengan seragam putih merah berlari memasuki ruangan. "Bundaaaa," panggilnya bersemangat menghampiri Kezia.
Kezia tersenyum senang. Ia segera berdiri lalu menyamakan tinggi badannya dengan buah hatinya, Aurel. "Loh Aurel kok sendirian ? Bubunya mana ?"
"Bubunya disini," jawab seorang perempuan dengan rambut sebahunya memasuki ruangan. Ia berjalan menghampiri Kezia lalu mencium pipinya.
"Oh hai Jingga," sapanya sambil tersenyum tipis kepada Jingga.
"Hmm hai Biru"
"Lo sendirian aja ?"
Jingga mengangguk.
"Sakit apa ?"
"Katanya kepalanya sering sakit akhir-akhir ini. Mungkin dia stress banyak kerjaan atau stress dimarahin Senja mulu," jawab Kezia diakhiri tawa kecil.
Jingga beranjak dari duduknya, "Gue pulang dulu," pamitnya.
"Buru-buru banget ? Ikut kita makan bareng aja," ajak Biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Better With Me
Romance[Budayakan membaca deskripsi & tags] -GxG Story- (Setelah JuS) Setiap dari kita memiliki bahasa cinta masing-masing yang berbeda. Dari bahasa cinta itulah kita belajar bagaimana dicintai dan mencintai termasuk berusaha membuktikan siapa yang lebih l...