30. Bad Habits

11K 1K 452
                                    

Suasana kelas XI IPA 1 seketika hening ketika Pak Mulyono memasuki kelas.

Meski mereka semua sudah melihat sisi lain dari Pak Mulyono saat Study Tour kemarin, bukan berarti mereka bisa sok asik. Pak Mulyono tetaplah sang guru fisika killer di sekolah ini.

"Selamat pagi," sapanya dengan suara tegasnya dan mata yang mengamati seisi kelas.

"Pagi, Pak"

"Mana tugasnya?"

Mereka semua kompak memasang ekspresi terkejut padahal tidak janjian dan tidak juga dibuat-buat. Mereka memang terkejut karena merasa sama sekali tidak diberi tugas oleh Pak Mulyono.

"Kananta, kamu tidak memberi tahu tugas dari saya ke teman-teman mu?"

Pertanyaan Pak Mulyono membuat seisi kelas kini menatap Kananta. Beberapa dari mereka saling berbisik mempertanyakan kenapa Kananta bisa lupa memberi tahu tentang tugas Pak Mulyono.

Sementara itu Kananta yang menundukkan kepalanya sedang merutuki dirinya sendiri yang entah bagaimana lupa dengan tugas tersebut.

Cilla yang duduk disamping Kananta jadi ikut tegang. "Nanta, it's okay. Bilang maaf ke Pak Mul," kata Cilla dengan suara kecil dan berusaha menenangkan Kananta yang ketakutan.

Pak Mulyono menghela nafas. Diam dan takutnya Kananta sudah menjawab pertanyaannya. "Semuanya keluarkan kertas kosong. Kita kuis, sekarang" perintah Pak Mulyono secara tiba-tiba.

Murid-murid kembali dibuat terkejut. Kananta bisa mendengar suara mereka yang kecewa dan menyalahkan Kananta atas situasi ini.

Wajar. Rasanya tidak ada satupun murid yang suka dengan kuis dadakan apalagi mata pelajaran fisika.

Kananta tiba-tiba berdiri. Ia beranikan dirinya menatap Pak Mulyono. "M-maaf, Pak. Saya yang salah. Jangan hukum teman-teman saya. Hukum saya saja," ucapnya dengan rasa penuh penyesalan.

"Hukuman apa? Lari? Saya bosan lihat kamu lari"

Kananta menggigit bibir bawahnya. Ia bingung harus menawarkan hukuman apa. Selama ini ia hanya bisa lari, lari, dan lari.

Pak Mulyono berdecak kesal, Kananta tak kunjung menjawab dan itu membuang-buang waktunya. "Yasudah. Sana kamu lari"

Kananta mengangguk. "I-iya, Pak. Berapa putaran?"

"Sampai jam pelajaran saya selesai"

**

Kayla sama sekali tak bisa fokus mendengarkan penjelasan Pak Mulyono didepan. Isi pikiran dalam kepalanya seolah terbagi dua. Satu memikirkan rumus dan angka-angka di hadapannya. Satunya lagi memikirkan Kananta yang sedang menjalankan hukuman.

Entah sudah berapa kali Kayla mengecek jam dinding di kelasnya dan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Berkali-kali menghitung berapa sisa waktu jam pelajaran fisika. Berkali-kali menghitung berapa lama lagi Kananta masih harus berlari.

"Oke. Hari ini kita selesai sampai disini" Pak Mulyono menyudahi sesi mengajarnya.

Kayla sangat lega. Artinya, hukuman Kananta berakhir lebih cepat dari yang ia kira.

Sayangnya, kebahagiaan itu seketika sirna ketika Pak Mulyono berkata, "Sekarang kita kuis materi yang tadi. Yang sudah selesai langsung kumpulkan dan boleh keluar kelas duluan"

Meski murid-murid lainnya juga merasa kesal, mau tak mau mereka harus mengikuti ucapan Pak Mulyono. Setidaknya mereka harus bersyukur karena Pak Mulyono sudah memberikan penjelasan materi hari ini sebelum kuis.

You Better With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang