15. We're Gonna Be Alright

14.4K 1.1K 484
                                    

Jingga akhirnya terbangun dari tidurnya akibat alarm ponselnya tak berhenti berbunyi. Ia mematikan alarm tersebut lalu berniat kembali melanjutkan tidurnya namun tak jadi karena Juna menelfonnya.

"Jing, lo dimana ?" Tanya Juna diujung telfon sana.

"Gue bukan anjing. Kenapa ?"

"Kita kan ada meeting, bego. Lo baru bangun ya ?"

Jingga terdiam sesaat lalu tersadar bahwa ini hari Senin dan dia memang memiliki jadwal rapat dengan karyawan kantornya.

"Gue baru ingat"

"Ya buruan berangkat. Udah lengkap semua ini karyawan"

"Iya iya"

Jingga menutup telfonnya lalu segera beranjak dari kasurnya menuju ke lemari tuk mengambil pakaian kerjanya.

"Kenapa kosong ?" Tanya-nya melihat kondisi lemari yang kosong. Sedetik kemudian ia memukul dahinya sendiri. Ia baru ingat, kini ia tinggal sendiri di sebuah apartment. Ia belum sempat menata barang-barangnya termasuk pakaiannya.

Jingga menghela nafas, ia lalu mengambil acak pakaian dari kopernya lalu segera menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandinya, kini Jingga kembali menghela nafas melihat dapur yang masih kosong. Kulkasnya juga kosong karena dia memang belum membeli bahan masakan satupun.

Jingga merutuki dirinya atas kebodohannya sendiri. Biasanya setelah selesai mandi, ia tinggal langsung menikmati sarapan buatan Senja. Tapi sekarang, kondisinya sudah 180 derajat berbeda. Tidak ada Senja.

Jingga yang sudah dikejar waktu, akhirnya memilih untuk langsung berangkat saja ke kantornya tanpa sarapan.

**

"Lo mau kemana ?" Tanya Juna ketika Jingga beranjak dari kursinya tepat setelah rapat baru saja selesai.

"Kantin"

Juna tertawa kecil, "Laper ya ? Tadi belum sarapan ya ? Kasian banget sih, Jing"

"Diem lo, Jun"

"Tidak ada lagi istri tercinta yang membuatkan sarapan nikmatnya," ujar Juna tak henti menggoda Jingga.

Jingga mendengus kesal, "Gue doain lo cerai sama Karina"

"Anjing lo," Juna menatap tajam Jingga sementara Jingga tak peduli dan berjalan keluar dari ruang rapat. Yang ia butuhkan sekarang adalah makan.

*

Setelah mengisi perutnya dengan sepiring indomie goreng dengan telur setengah matang dan tak lupa ditambah nasi, Jingga kembali ke ruang kerjanya dengan langkah malas. Hari ini ia rasanya tak punya tenaga untuk bekerja.

Yang ia lakukan hanyalah meletakkan kepalanya diatas meja sambil memandangi foto dirinya dan Senja serta ketiga anaknya saat merayakan ulang tahun Senja beberapa waktu yang lalu.

"Dasar goblok, lo Jing," ucapnya memaki dirinya sendiri.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu diketuk dari karyawannya, Jingga segera membenarkan posisi duduknya dan menyuruh karyawannya tersebut masuk.

"Selamat siang, Bu Jingga," sapa karyawan tersebut dengan senyuman.

"Ada apa ?"

You Better With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang