14. Why

12.7K 1.1K 588
                                    

Hidup dibawah satu atap yang sama namun tak bertegur sapa bukanlah sesuatu yang didambakan Jingga dan Senja dalam kehidupan pernikahan mereka. Keduanya nampak seperti orang asing yang seperti tak peduli satu sama lain walau sebenarnya ada yang ingin mereka saling sampaikan namun lebih memilih tuk dipendam.


"Kay, kamu hari ini berangkat sama Elang ?" Tanya Senja yang dijawab dengan anggukan oleh Kayla.

"Oh iya kamu kemarin-kemarin kenapa nggak berangkat sama Nanta ? Dia kesini terus. Kamu nggak bilang ke dia ?"

"Gapapa," jawab Kayla singkat lalu beranjak dari duduknya dan membawa piringnya ke wastafel.

Senja merasa putrinya ini seperti sedang ada masalah dengan Kananta. "Kamu ada masalah sama Nanta ?"

Kayla menggeleng pelan lalu memakai tas ranselnya dan berpamitan kepada Senja karena Elang sudah tiba di depan. "Kayla berangkat dulu ya, Ma. Dah Mama, Kenzo dan Kenta," pamitnya.

Kayla sengaja tak menyebutkan dan berpamitan dengan Jingga, padahal Jingga sama-sama berada di ruang makan dengan yang lainnya.

"Kay, pamit sama Gaga," titah Senja yang tak dihiraukan oleh putrinya itu. Kayla justru berjalan melewati Jingga begitu saja dan keluar dari rumah.

Senja menghela nafas kasar. Kayla tentu sudah mengerti kondisi pernikahannya dan Jingga yang sedang berada di ujung tanduk.

Kenta berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri Jingga yang sedang menyantap sarapannya. "Gaga, ayo buruan dihabisin trus antar Kenta ke sekolah"

"Uhm iya seben--"

"Lo bareng gue aja, Ken. Ayo berangkat," ujar Kenzo memotong ucapan Jingga. Ia menarik tangan Kenta, menyuruhnya tuk berpamitan bersamanya pada Senja lalu keluar dari rumah.

Lagi-lagi Senja hanya bisa menghela nafas melihat sikap anak-anaknya yang mengabaikan Jingga.

Suasana hening begitu terasa ketika ketiga anak mereka tlah berangkat ke sekolah. Jingga berusaha menghabiskan sarapannya meski sudah tak selera. Sementara itu Senja yang sudah selesai mencuci piring, berjalan menghampiri Jingga.

"Sabtu besok pernikahan saudaraku. Kita berangkat pagi sekalian mampir dulu ke rumah Ayah untuk menjelaskan semuanya," kata Senja lalu berjalan meninggalkan ruang dapur.

Namun baru berjalan beberapa langkah, langkah kakinya terhenti saat Jingga menyentuh pergelangan tangannya.

"Kenapa, Jingga ?"

"A-aku harus bilang apa ke Ayah ?"

Senja terdiam sesaat lalu melepaskan tangan Jingga dari pergelangan tangannya, "Cukup bilang bahwa kamu menyerah meskipun aku tidak"

***

Upacara rutin hari Senin akhirnya selesai, seluruh murid segera membubarkan barisan dan kembali ke kelas masing-masing. Di pojok lapangan, terlihat barisan para murid yang terlambat dan mengenakan atribut tak lengkap sedang mengantre untuk didata dan mendapatkan poin pelanggaran.

You Better With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang