44. Moonlight

7.6K 464 119
                                    

Tiga tahun kemudian.

"Ngapain sendirian disini?" Tanya Jingga pada Roby yang sedang duduk sendiri di teras rumah.

"Ya suka-suka saya lah. Gaboleh?" Jawab Roby.

"Tuh di dalem cucunya lagi komplit. Kemarin-kemarin nyariin Kayla sama Kenzo mulu," ujar Jingga yang kemudian ikut duduk di sebelah Roby.

Roby seolah menjadi orang yang paling rindu dengan Kayla dan Kenzo selama kedua cucunya itu pergi untuk melanjutkan studi. Kayla terbilang cukup sering pulang saat akhir pekan. Sedangkan ini adalah kepulangan pertama Kenzo. Roby senang karena rumah kembali ramai seperti dulu.

"Maaf ya," kata Jingga lirih.

"Maaf kenapa?" Tanya Roby.

"Karena nggak bisa nambah anggota keluarga lagi"

Roby menggeleng pelan. "Itu bukan salahmu. Bukan salah Senja juga. Kalau memang nggak bisa, ya nggak perlu dipaksakan. Fokus saja sama anak-anak yang udah pada besar semua sekarang"

"Iyaa"

Keduanya lalu saling terdiam cukup lama sampai akhirnya Robby memanggil Jingga. "Jing"

Jingga menghela nafas karena tak suka dengan bagaimana Robby memanggil namanya. "Apa?"

"Udah siap?"

Jingga menoleh dengan dahi yang berkerut, menandakan ia tidak paham dengan pertanyaan Roby. "Siap apa?"

"Udah siap untuk selalu ada di sisi anak-anakmu?" Tanya Roby kembali dengan kalimat yang lebih jelas.

"Memangnya selama ini saya nggak ada di sisi mereka?"

"Maksud saya bukan gitu. Sekarang, anak-anak udah besar dan tentunya apa yang harus kalian hadapi nanti juga semakin besar. Kelanjutan hubungan Kayla dan Kananta, Kenzo dan Cilla, juga Kenta dan calonnya nanti. Keluarga kita kan bukan keluarga biasa"

Jingga kini mengerti maksud dari pertanyaan Roby. "Kalau nggak siap, saya udah nyuruh mereka bubarin hubungan dari kemarin-kemarin"

"Oh, bagus deh kalau kamu udah siap. Saya nggak perlu khawatir"

"Kenapa tiba-tiba ngomongin ini? Ada yang mengganggu pikiran Ayah?"

Roby menggeleng.

"Ayah nggak perlu khawatir tentang itu. Tapi, Ayah juga jangan bikin Senja khawatir," kata Jingga.

Kini Roby menoleh ke Jingga. "Senja khawatir apa?"

"Dia khawatir kalau Ayah nyembunyiin banyak hal terutama kesehatan Ayah. Kalau memang ngerasa nggak enak badan sedikitpun dan nggak berani ngomong ke Senja, bilang ke saya aja ya gapapa"

Roby tertawa kecil. "Kasih tau ke Senja, nggak perlu khawatirin apapun. Ayah sehat banget kok. Dibandingin sama orang-orang lain seusia Ayah, Ayah yang paling sehat dan bugar loh!" Ucap Roby begitu bangga.

"Hmm"

Roby beranjak dari kursi. "Saya mau ke kamar dulu ya," pamit Roby.

"Ngapain?"

"Kepo. Nanti kalo makan malam udah siap, panggilin kayak biasanya ya"

"Iya iya"

"Oh iya, besok bangun pagi. Kita mancing ke tempat biasanya ya," kata Roby diakhiri senyuman lalu masuk ke dalam rumah, meninggalkan Jingga sendirian di teras.

*

Matahari sudah terbenam sempurna. Langit malam kali ini nampak terang tak seperti biasanya. Bulan yang indah pun dapat terlihat dengan jelas.

You Better With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang