"Jingga"
"Hm?"
"Kamu ngapain elus-elus perutku mulu?"
Jingga hanya menggeleng sambil tetap menyandarkan kepalanya di bahu Senja. Tentu saja Senja tidak percaya dengan jawaban Jingga. Tingkahnya terlalu mencurigakan.
"Udah ah jangan dielus mulu. Gak ada isinya juga," kata Senja menyingkirkan tangan Jingga dari perutnya.
"Yaudah, ayo diisi"
Plak
Senja menampar pipi Jingga. Tenang, itu bukan sebuah tamparan yang keras.
"Kok ditampar sih?" Raut wajah Jingga berubah kesal.
"Biar nggak ngomong ngawur mulu. Sadar"
Jingga merubah posisi duduknya dan Senja menjadi saling berhadapan. "Aku serius," ujarnya kini memasang raut wajah serius.
"Aku juga serius," kata Senja menirukan nada bicara dan raut wajah Jingga.
Jingga menghela nafas. Senja pun ikut menghela nafas.
"Jangan tiru-tiru aku," kata Jingga sambil memicingkan mata.
"Jangan tiru-tiru aku," kata Senja kembali menirukan Jingga.
Jingga mencubit Senja sebagai respon kesal karena Senja terus mengikutinya.
"Eh berani ya kamu cubit-cubit aku?"
"Bodo amat". Jingga kini kembali mengelus perut Senja. "Ayo diisi"
"Kamu nih kenapa sih? Aneh"
"Aku hanya menjalankan tugas"
"Tugas dari siapa, hm?"
"Baginda Roby"
Senja tertawa kecil mendengar Jingga menyebut Roby dengan panggilan Baginda. "Ayah minta cucu lagi?"
Jingga mengangguk.
"Harusnya Ayah tanya dulu ke menantu pemalasnya ini, emangnya sanggup ngerawat bayi lagi?" Kata Senja diakhiri mencubit gemas pipi Jingga.
"Sanggup lah"
"Yakin? Dulu aja waktu aku suruh kamu nemenin aku nidurin anak-anak, eh kamunya juga ikut tidur"
"Letak salahnya dimana?"
"Kamu harusnya bantuin aku, bukan ikut tidur"
"Kamu nidurin mereka, aku ikut tidur. Kamu nyusuin mereka, ya aku juga ikut nyusu lah"
Bugh!
Senja mendaratkan bantal di sebelahnya ke punggung Jingga. Ia memukul Jingga dengan bantal itu berkali-kali.
Jingga yang mengaduh kesakitan segera turun dari ranjang. "Jahat," ujarnya lalu berjalan keluar dari kamar. Namun tak ada semenit, Jingga masuk kembali.
"Apa?" Tanya Senja.
"Aku tanyain ke anak-anak. Kalo mereka setuju punya adek lagi, perut itu diisi lagi"
"Ogah"
"Bodo amat" Kali ini Jingga benar-benar pergi meninggalkan kamar.
Jingga langkahkan kakinya menuju ke kamar Kayla namun ia tak mendapati Kayla di kamarnya. Ia kemudian pergi ke kamar Kenzo. Kenzo yang sedang asik berbincang dengan Cilla melalui telfon, dikejutkan dengan Jingga yang tiba-tiba masuk kamarnya tanpa mengetuk pintu.
"Ayo ke kamar Kenta, sekarang," titah Jingga.
"T-tapi Kenzo lagi telfonan sama Cil-"
"Nanti dilanjut lagi telfonnya," kata Jingga lalu keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Better With Me
Romantizm[Budayakan membaca deskripsi & tags] -GxG Story- (Setelah JuS) Setiap dari kita memiliki bahasa cinta masing-masing yang berbeda. Dari bahasa cinta itulah kita belajar bagaimana dicintai dan mencintai termasuk berusaha membuktikan siapa yang lebih l...