1. Peringkat√

1K 133 123
                                    


***

Vio mengikat rambutnya sambil mengambil tas dan langsung menentengnya. Menutup pintu kamar asrama itu dengan tergesa, tangannya lagi-lagi mengecek jam tangan Navy yang menunjukan pukul 06:25, dia sudah sangat terlambat.

Berlari kecil, namun Gadis itu mengerutkan kening melihat masih banyaknya murid keluar satu persatu dari ruangannya. Apa ada yang salah dengan jam tangannya? Tapi, harusnya dia juga merasa senang karena tidak terlambat kan?

Gadis itu tersenyum kecil.

Namun, belum sempat menuju gerbang keluar asrama putri, semuanya terhenti saat televisi otomatis menyala sendiri.

Bahkan ada murid yang terkejut karena volume yang bisa di bilang keras. Bunyi notifikasi tak mengalihkan Vio yang mulai menyimak Video singkat penayangan yang terus terulang.

Video itu mengarah kesebuah ruangan, Perlahan berjalan di antara pilar megah. Dan siapa yang tidak tau, kalau itu adalah ruangan mewah kepala sekolah. Terus bergulir hingga menampilkan lapangan sekolah dengan pagar pembatas tinggi menjulang, Tiang bendera yang berdiri gagah, dengan warna merah putih yang berkibar tertiup angin. Seolah menunjukan betapa mewahnya sekolah yang sekarang dia dan teman-temannya sekarang menuntut ilmu.

Tapi di akhir video, Warna hitam putih di tampilkan, lapangan yang tadinya berwarna, kini menjadi warna hitam pucat. Dan banyak yang tak menyadari, kalau tepat di tangga pengibaran bendera, terdapat benda besar yang tertancap di tanah.

Gambar yang hanya terisi 30 detik itu terus terulang hingga ...

"27 kali," Gumamnya.

Vio menarik nafas saat tayangan itu perlahan memudar, lalu mati.

Murid saling berbisik. Ya, Vio tau, Video itu di tujukan agar murid bisa melihat dengan ekspresi kagum sekolah HELLION HIGH SCHOOL, Memujanya dan mengatakan 'Lihatlah itu sekolahku' Seolah yang mereka banggakan itu termasuk kesenangan.

Mereka tidak tau saja, bagaimana kesusahannya orang lain menghadapi semua kriteria, kepintaran yang harus menjadi prioritas.

Vio sudah muak. Dia tau rasanya, Karena dia juga termasuk murid dengan nilai bawah, tapi rasanya memang biasa saja, karena dia punya keluarga dengan perekonomian cukup mampu untuk menampung nilai bodohnya. Tapi yang lain? siswa siswi yang sengaja menerima undangan untuk masuk sebagai keluarga besar HELLION, Sebagian besar hanya penerima beasiswa yang hanya di gunakan untuk satu tahun.

Bagaimana seterusnya? Vio tidak tau.

Mengerjap, saat tepukan di bahunya membuatnya tersadar, Gadis dengan Rambut sebatas pundak nampak tersenyum di hadapannya.

"Melamun?"

"Eh, gak kok," Balasnya dengan senyum. Gadis yang memang sudah berteman dengannya beberapa bulan lalu itu adalah tetangga sebelah kamar Asramanya.

"Mau Bareng?"

"Boleh."

***

"Pak, apa di jam seperti ini Kepala sekolah belum membuka ruangannya?" Bu sarah, guru yang baru mulai bekerja dua hari yang lalu itu bertanya.

Baru saja dia ingin meminta tanda tangan berkas untuk pengurusan hasil ujian yang akan di kirim ke kantor pusat, tapi ruangan yang biasanya terbuka lebar itu malah tertutup, itulah sebabnya dia datang untuk bertanya.

Lelaki paruh baya itu menghentikan jarinya yang semula mengetik, mendongak dengan mata cipit di lapisi kacamata.

"Ruangannya belum dibuka?" Satu gelengan dia dapatkan. Heran saja, Kepala sekolah adalah orang yang sangat di siplin, tepat waktu. Terutama jika sudah mengadakan ujian semester seperti ini.

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang