13. Jepit rambut kuning

307 55 0
                                    


***

"Kalian bertiga masuk dalam list merah sekolah. Mau kalian mengelak atau apa, semua murid juga sudah melihat berita yang beredar. Bersalah, atau tidak salah, kalian tetap dinyatakan mempunyai sangkut pautnya."

"Bapak harap, kalian juga bisa mengerti kondisi."

"Tapi Pak, untuk pemeriksaan lebih lanjutnya, kami siap. Lakukan apapun, jika kami memang di anggap pelaku utama."  Ujar Darel yang tepat berada di tengah antara Vio dan Jane.

Vio menghela nafas di samping sana, sampai kapan Lelaki ini akan mengelak? itu tidak ada gunanya.

"Kami bisa saja mengirim beberapa detektif yang bisa memeriksanya secara rinci. Tapi melihat dari bukti di temukan pertama kali, Murid Hellion adalah dalang semuanya."

"Wakil kepala sekolah akan tetap memjalankan tujuan itu, kami semua juga tidak ingin nama baik sekolah tercemar karena Muridnya sendiri yang menghabisi guru-"

"Karena itu sekolah tidak ingin orang luar tau?" Vio menyela, mencoba memastikan.

"Itu sudah kami bicarakan pada rapat."

Guru berkacamata itu menatap mereka bergantian.

"Apa yang sebenarnya akan di lakukan sekolah Pak?" Kalimat tanya itu keluar dari mulut Darel, membuat kedua Gadis itu melirik satu sama lain.

"Itu sudah di persiapkan, dan kalian tinggal menunggu waktunya tiba."

Tak ada yang paham, mereka hanya menyimak dan merekamnya dalam otak.

"Tapi Pak, dengan tidak adanya bantuan penyelidik, pelaku tidak akan dapat di temukan!" Jane mengalih, dengan kepalan tangan yang di paksa bersabar.

"Saya sudah menemukan pelakunya." Ketiganya terdiam, melihat guru itu yang terkekeh lalu menaut jarinya di atas meja.

"Ada di antara kalian bukan?" Vio melirik Darel yang menelan ludah, pikirannya mendadak kalut.

Bagaimana kalau yang dia simpulkan sebelumnya benar? Darel juga ada hubungannya, atau ... Dia bisa saja adalah ...

Sudahlah. Vio hanya takut, takut jika itu memang benar.

"Bapak hanya memastikan." Jeda, "Orang tua kalian akan saya kumpulkan 30 menit lagi." Ucap Lelaki paruh baya itu sambil melihat sekilas arloji di tangannya.

"Viola, bapak harap itu bukan kamu." Tertegun, Gadis itu terdiam. Mendengar decitan kursi dengan langkah besar perlahan berjalan dengan sambutan pintu tertutup.

Tuduhan itu ... Masih mengarah padanya?

***

Barisan di bubarkan, kini sebagian murid memilih untuk memasuki kelas dengan tujuan menambah pelajaran, tidak ada yang tau jika nanti ujian tiba-tiba di berlakukan kembali, dan mereka tidak memiliki persiapan sama sekali.

Ujian dadakan bisa terjadi, dengan kondisi yang kadang membaik atau bisa semakin memburuk, terlebih sebagian siswa sudah tau, jika tuduhan dibebaskan sementara bagi ketiga murid yang belum lama videonya menyebar.

Bebas bukan karena apa, ketiganya hanya di pulihkan sementara dengan ajuan wali murid, tentu dengan sedikit sogokan.

Itu hanya sementara. Karena itulah sekolah mengambil tindakan untuk melaksanakan sistem yang di ajukan oleh salah satu murid berpengaruh, dia Claire Zaneta.

Dan itu hanya staf guru dan Gadis itu yang tau.

Lapangan sebagian masih berpenghuni di pinggirannya, bangku kosong menjadi pilihan untuk mereka bertukar cerita.

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang