***"Seperti keterangan dari kepala sekolah, misi berkelompok kalian akan di berhentikan, bahkan sebelum kelompok kalian di berlakukan pengujian. Sebenarnya sistem ini akan berjalan jika tidak ada halangan. Bapak tidak tau, apa kalian akan merasa senang atau sebaliknya."
Helaan sembari menerawang sesaat, barisan rapi murid kini senyap dengan perhatian yang tak teralih.
"Tapi bagi dua kelompok yang memasuki 10 besar tidak akan di hapus, mereka akan tetap menjalankan misi kalian yang tertunda. Alasan di baliknya ..." Dia mengedik bahu. Lalu tersenyum lebar dengan deretan gigi putihnya.
"Kalian akan segera mendapat kabar baik."
***
"Fyuh!" Tak lebih dari sebuah semburan lelah, desahan letih itu justru keluar dengan decakan keras.
"Menurut lo apa hal yang bikin capek dari sekolah ini?" Tanyanya sembari mengambil dua botol minuman dari lemari es kantin asrama wanita.
Sigap, lemparan itu dengan cepat berada di tangannya dan langsung meneguknya rakus. "Bimbel untuk olimpiade kimia." Ucapnya setelah sampai di tepian meja dan menarik kursi untuk duduk.
Jane berdecak lalu menggeleng cepat. "Ck, bukan itu!" Gladis mengerut sesaat, lalu tersenyum simpul dan berucap. "Ujian karate akhir." Ucapnya yakin.
Lagi-lagi Jane menunjukan ekspresi jengkel. "Waktu mau protes sama guru, dan malah gak di dengerin. Atau malah jatuhin harga diri di depan umum cuma mau nunjukin hal yang gak ada hasilnya, iyakan?"
Gladis terdiam, kata-kata itu perlahan masuk di kepalanya. Kenapa menohok sekali?
"Hm," Balasnya sambil menunduk, tentu Jane heran dengan hal itu. Mencoba mencairkan suasana, Gadis itu mencari topik pembicaraan.
Meneguk minumannya dahulu, lalu berdeham. "Apa yang bakal lo lakuin sekarang?"
Gladis mengangkat wajah, "Maksud gue--gimana cara lo menyikapi sistem yang tiba-tiba berubah kayak gini?"
"Ikutin aja, terserah Pak Andra. Kalau dia mau insaf ya bagus." Jane terkekeh mendengarnya.
Lanjut mendengar penuturan Gladis selanjutnya. "Tapi menurut gue ini udah beda dari sistem yang dulu," Ujarnya, membuat Gadis di hadapannya nampak tertarik.
"Gini--Kalau pengujian yang di jalanin sebelumnya udah serumit itu, bahkan masih dalam bentuk kelompok yang banyak, Ya-mencakup murid lain tentunya," Jeda, "Mungkin dalam kelompok satu ini ada perubahan. secara, kita hanya tersisa 10 orang."
Jane nampak berpikir mendengar penuturan tersebut. "Sistem bakal di perketat kedepannya. Karena kita hanya cari pelakunya kan? Kita juga malah di gabung jadi satu regu, mana bisa kita milih secara kepercayaan udah saling lontar?"
Hal itu berhasil membuat Jane terdiam, Gladis semakin memajukan kursinya menghimpit di antara meja. "Menurut lo siapa 'Psycopat-nya' di antara kita?"
Volume kecil yang berdengung di telinga Jane, dia mengerjap sesaat. Gladis tau, perubahan raut wajah Jane seketika berubah saat dia menanyakan hal itu.
"Daniel?" Ucapnya.
"Yakin?"
"Uhm, mungkin Kin? atau Luna?"
"Kenapa Luna?"
"Kan asal nebak!" Jane nge-gas, otomatis Gladis tertawa karenanya. Dia menjentikkan jari sembari berucap.
"Nah itu! kita gak boleh asal nebak Kimora Jane."
"Terus jalan keluarnya gimana?" Pertanyaan itu membuat Gladis mengerut sambil berpikir sesaat, "Yakinin diri, kalau firasat lo udah bener."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLION: Link
Mystery / Thriller(FOLLOW SEBELUM BACA) *** Persaingan untuk mendapat gelar juara, Perpindahan keluar negeri jika pencapaian nilai murid di atas luar biasa, Nilai yang dipaksa walau dari kalangan orang biasa. Mengerikan, semua di paksa untuk terlihat sempurna. Tak be...