38. Kemenangan

247 46 4
                                    


***

Darel heran. Saat Vio, sahabatnya itu berlari memasuki pekarangan rumahnya dengan tergesa saat keluar dari sebuah mobil taksi. Penjaga yang memang sudah mengenal Vio langsung membuka gerbang mewah itu dan mempersilahkan masuk. Darel memperhatikan, sebelum turun dari lantai dua kamarnya yang mengintip dibalik tirai jendela.

Tas selempang biru dongker, celana levis khas cewek dan kaus berwarna putih. Tak lupa, sepatu sneakers yang didominasi hitam putih. Sedikit bertanya, sedang apa Vio datang saat waktu liburan seperti ini. Bukan karena tak peduli dengan kondisi sekolah yang semakin hari makin memburuk, tapi selagi ada waktu, kenapa mereka tidak refreshing dahulu?

Darel turun, saat mendengar ketukan dari pintu yang pasti adalah asisten rumah tangganya.

"Kenapa Vi? Lo mau kemana?" Katanya saat duduk di sofa pada Gadis yang kini menatap kosong kedepan.

"Bukannya lo harus nunggu ayah lo?" Masih tak ada jawaban. Tangannya terulur menepuk bahunya pelan.

"Vi?"

"Ah, ya!"

"Lo... Baik-baik aja kan?" Ucapnya ragu, melihat Vio yang memang tampil berbeda hari ini.

"Boleh gue jujur?" Jawaban itu membuat Darel mengangguk dua kali. Vio menatapnya lamat.

"Gue gak baik-baik aja."

Diam. Keadaan hening untuk sesaat.

Kini beralih, Vio yang membuka suara. "Gue... Gak bisa diam aja sama keadaan sekarang."

Darel mengerut, dia ingin memastikan apakah jawaban di kepalanya benar. "Maksud lo-"

"Iya." Jawaban pasti. Darel kembali terdiam, saat Vio memotong segera dengan senyum khasnya, seolah tidak akan terjadi apa-apa.

"Ini tentang Claire."

"Vio! Udah berapa kali-"

"Gue yakin dia gak salah. Yang gue takutin, dia malah buat kesalahan dengan ambil jalan itu. Gue tau lo khawatir Rel. Tapi gue gak bisa biarin, dan gue tau, lo ngerti jika lo jadi gue."

Helaan nafas keras, Darel bahkan tak tau, dia harus khawatir tentang apa. Tentang HELLION? Claire? Atau... Vio.

Lelaki itu tak tau berbuat apa saat Vio memasang tampang memohon di hadapannya.

"Udah sejauh mana lo tau?"

"Gak jauh, itu hanya soal kemarin." Balas Vio cepat.

Kemarin. Masih di HELLION

Vio makin melajukan langkah saat melihat Gadis yang membawa tumpukan kertas itu naik ke lantai tiga, tepat menuju pintu lonceng.

Lebih berhati-hati, saat langkahnya sedikit menggema hingga tangga akhir.

Vio menghembus pelan, saat hal utama keyakinannya mulai terlihat. Claire, lantai tiga, dan amplop, pasti itu saling berkaitan dengan satu orang.

Endapannya terpaksa berhenti di ambang pintu saat Claire sudah masuk dan menutupnya rapat. Sayup, ada suara Lelaki di dalam sana. Hal itu membuat Gadis rambut tergerai itu merapatkan telinga.

Hal utama hanya kekehan yang terdengar familiar, namun Vio tak bisa memastikan, atau langsung mengambil kesimpulan.

Yang digunakan hanya logika. Apakah itu Kin? Atau orang lain.

"Lo nyerah?" Suara boritonnya terdengar saat tawa kecilnya terhenti.

Tidak ada suara.

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang