5. Kimia√

456 79 3
                                    


***

Setumpuk kertas ujian, lembaran kosong tak terisi, lembar absen, kini sudah berada di tangan Vio yang berjalan di bagian belakang, membiarkan Kin menuntunnya ke ruang ujian 5.

Sampai sini Vio masih biasa-biasa saja, tapi saat berada di depan pintu, tangannya gemetar hebat. Entahlah, dia yang terlalu gugup, atau memang takut?

Masih menginjak satu langkah masuk, sambutan hormat di berikan oleh penghuninya, Kin berjalan kalem dengan senyum simpul, di susul Vio yang mulai mengatur beberapa lembar acak di atas meja pengawas.

Melihat Lelaki itu yang menatapnya, Vio membalas tak mengerti. Sebenarnya dia tau, Kin menyuruhnya untuk membuka suara sebelum memulai, Tapi melihat Reaksi Vio, Lelaki itu perlahan mengerti.

Dia berdeham.

"Untuk kelas ujian lima ini, Saya Kin dan juga Viola yang akan menjadi pengawas beberapa hari kedepan dalam memimpin perwakilan kelas 1. Dan semoga kalian juga dapat bekerja sama, melakukan ujian yang tertib, menaati aturan yang nanti akan kami berikan."

Semuanya mengangguk bersamaan.

Kali ini Kin memberi kode pada Vio untuk segera membagikan kertas ujian. Berturut hingga barisan terakhir, Vio melihat Darel yang memainkan mata ke arahnya. Sial sekali dia, harus mengawasi kelas yang di huni oleh temannya itu, awas saja jika dia nanti melakukan hal yang tidak-tidak.

"Sebelum memulai, harap berdoa terlebih dahulu."

Menit pertama ujian dimulai, Vio ingin mengambil posisi duduk saat kakinya mulai pegal mengawasi sambil berjalan. Tapi sialnya, gerakannya di dahului oleh Kin yang memberi tatapan datar.

Melihat sekeliling, sudah tidak ada kursi yang tersisa. harusnya dia tau, kalau pengawas yang biasanya hanya satu orang, dan mungkin sedari tadi dia sudah menenteng kursi menuju ruangan ini.

Salah tingkah sendiri, dia berdeham. melangkah mengambil spidol yang menganggur di atas meja.

"Jika ada soal yang sulit menurut kalian silakan di tanyakan," Tak ada cara lain selain dia berjalan kesana kemari
seperti orang tak jelas. Jika dia juga sedari tadi tak bersuara, lantas pekerjaannya di sini untuk apa?

Murid yang berada di ujung bagian kiri mengangkat tangan. Vio menelan ludah, ternyata basa-basinya tadi juga mengundang tanya.

"Ya, silahkan." Dia menjawab dengan sikap yang di buat santai.

"Soal 27 bagian B."

Vio membuka lembaran, membiarkan murid dengan kaca mata itu membaca soal.

"Seorang siswa mengencerkan sebanyak 5 mL H2CO4 pekat hingga volumenya mencapai 500 mL. Kemudian 25 mL larutan hasil pengenceran tersebut tepat di netralkan dengan 50 mL NaOH 0,15m. Berapa konsentrasi asam pekat."

Vio mengangguk-anggukan kepala. Menunggu lanjutan dari siswi yang sekarang sudah berdiri dari kursinya.

"Pertanyaannya, Rumus yang mudah di gunakan agar perncarian konsentrasi di selesaikan dengan mudah." Sambungnya kembali, lantas kembali duduk.

Vio kembali membuka lembaran soal kimia itu, dan berjalan menuju papan tulis. Sebelumnya, dia  menyempatkan berbalik dan mengulas senyum.

"Gunakan rumus titrasi untuk mengetahui konsentrasi H2SO4 Hasil pengenceran ..."

Ma. Va. a =Mb. Vb. b
Ma. 25mL. 2=0,15M. 50 mL. 1
Ma= 0,15

"Lalu, mencari rumus pengenceran untuk mengetahui konsentrasi H2SO4 pekat ..."

M1. V1. =M2. V2
M1. 5mL =0,15 M. 500mL
M1. =15 M

Goresan panjang dia akhiri, Lalu mulai berbalik. Terheran saat seluruh mata kini menatapnya tak berkedip.

Ada apa? apa jawaban yang dia berikan salah?

Vio berbalik kembali memastikan, menepuk jidat. Lalu mengalihkan atensi ke arah Kin yang juga balas menatapnya lurus. Menunduk, Gadis itu bersuara.

"Ehm, maaf."

Tapi, sesaat suara di seberang sana, membuatnya mengangkat kepala.

"Makasih kak," Gadis berkacamata itu tersenyum, membuat Vio juga merekahkan senyumnnya. Bahkan seluruh siswa di kelas balas melemparkan senyum.

Sesaat Vio merasa lega, usahanya semalam tak sia-sia, dan untungnya semua berjalan sempurna.

"Kak, aku boleh bertanya?" dia membuka suara dengan nada pelan.

Tanpa menunggu Vio tersenyum, lalu mengangguk antusias, tapi heran saat semua siswa yang bahkan seumurannya memanggil dengan sebutan 'Kak' Kenapa kalau 'Vio' atau 'Viola' saja? Lamunannya terhenti saat suara lantang itu memotongnya.

"Soal 5, Seorang siswa memiliki beberapa jenis garam yang berbeda. Garam-garam tersebut di larutkan dalam air kemudian di uji menggunakan indikator kertas lakmus. Garam yang dapat mengubah warna lakmus merah menjadi biru adalah?"

Dia duduk, lanjut Vio yang mulai memberikan penjelasan, namun sebelumnya dia berbalik untuk meminta persetujuan dari Kin. Tapi apa yang dia dapatkan? Cowok itu justru menatapnya terus menerus, hingga dia risih sendiri. Memilih abai, dia mulai menarik nafas, melihat perlahan seluruh ruangan yang menatapnya serius.

"Garam jika di larutkan dalam air maka akan mengalami reaksi hidrolisis. Reaksi hidrolistis garam sendiri terbagi menjadi 3. Kalau aku sendiri menyingkatnya menjadi Hs2 dan Ts1."

"Dan kalian juga pasti sudah tahu, kan?" tidak ada sahutan, hingga suara berat di ujung sana terdengar.

"Hidrolis sebagian, hidrolis sempurna, dan tidak terhidrolis."

Vio yang tersenyum lalu perlahan membalas, terhenti. Dia tersenyum kaku, Derel di ujung sana nampak menanti lanjutan dari penjelasan Vio yang mendadak diam. Anggukan dia berikan, hingga Vio berkedip sekali.

Mana mungkin dia lupa, Lelaki yang selalu mengajarinya pelajaran hingga perlahan mengerti, bahkan tanpa sadar penjelasan yang di berikan Darel satu tahun itulah yang membantunya hari ini. Melihat anggukan itu, sekali lagi lengkungan sabit terbentuk di bibir mungil itu.

"Garam yang dapat mengubah warna lakmus menjadi biru adalah garam yang bersifat basa, yaitu garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat atau garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dengan nilai Kb lebih dari Kb."

***

"Bisa lebih cepet gak?"

Vio mengomel tanpa suara, membiarkan Kin berjalan dahulu tanpa apapun di tangannya. Sedangkan dia, menyeret kursi di tangan kanan, dan lembar jawaban siswa di tangan lainnya.

Kalau saja Kin tidak usah repot mengambilkannya kursi, dia tidak akan menyeret kursi seperti orang tak jelas di koridor yang sedang ramai-ramainya.

Tapi, dia juga harus berterima kasih karena adanya kursi, dia juga tidak capek berdiri dan bisa menghindari pertanyaan lainnya yang membuat mulutnya sampai berbusa.

Senggolan keras, dia dapatkan dari murid Lelaki yang terus berlari tanpa menoleh, tidak memikirkan kertas yang berhambur di lantai karena ulahnya. Vio ingin teriak, tapi di urungkan saat melihat murid nakal yang sudah menghilang di ujung tangga.

Melihat kembali ke depan, Kin sudah tidak ada di sana. Dia menggerutu mendorong keras kursi berat yang susah payah di dorongnya dengan jengkel hingga terjungkal.

Mengumpul dengan hati sabar, hingga sampai di ujung lemari tempat piala di simpan, Menggeledahnya, tapi ada benda yang dia dapatkan.

Tak sabar, Gadis itu perlahan menariknya, dan sebuah kartu sim warna coklat yang berdebu kini berada di tangannya.

***

"Pak."

"Ada apa?"

"Sudah di temukan."

"Bagus." Guru itu tersenyum, lalu kembali mengubah ekspresinya.

"Loker nomor 67b." Pengawas itu kembali bersuara.

Lelaki paruh baya itu mengangguk. "Persiapkan rapat yang akan di laksanakan besok."

"Baik pak!"

***

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang