32. Kesimpulan

198 41 0
                                    


***

Hari pertama untuk kelompok pembagian yang masih tetap melaksanakan tugas dari wakil kepsek, kini mereka masih di paksa mengikuti pelajaran, menyimak materi yang sudah beberapa kali diulang. Bahkan malam harinya kepala sekolah masih tak membiarkan mereka beristirahat dengan ketetapan gerbang yang harus mereka masuki.

Jika tidak. Entah apa yang akan terjadi.

Jane mengetuk pulpennya sembari menatap malas kedepan pada guru yang menerangkan materi, sesekali dia tak menyimak, melainkan memangku kepala dengan mata nyaris terpejam.

Mengantuk, hampir dari mereka yang menjalankan tugas pasti merasakan hal yang sama. Selain harus melakukan diskusi, sampai pengaturan rencana untuk penjalanan misi malam selanjutnya.

Sebenarnya, Jane merasa heran dengan perkumpulan tadi malam. Bagaimana tidak, sebagian dari mereka tak menunjukan batang hidung, terutama untuk Vio dan Darel, tak ada alasan pasti.

Jika Claire dan Kin, itu bisa di maklumi, melihat kaki panjangnya terpogoh-pogoh mengangkat Claire malam itu untuk segera ke Hotel HELLION, bahkan dia menyempatkan diri berpamitan, atau bisa jadi sesuatu buruk telah terjadi malam itu. Hal pasti, Claire tidak sadarkan diri.

Jane melupakan sesuatu.

Luna?

Sialan! Nama itu kembali terngiang. Gadis berambut pendek itu sudah mempermainkannya. Tak salah lagi, mengingat beberapa benda penting itu sudah tak ada pada tempatnya. Dia didahului, atau bisa dikatakan, Luna sudah mendapat kartu kemenangan.

Beberapa langkah lagi ... Oh tidak, Jane akan segera menghentikannya.

"Kimora Jane? Apa kamu baik-baik saja?" tersentak, wajah pucatnya beralih kikuk, guru yang nampak masih muda itu melontar tanya.

"Kalau kamu tidak enak badan, bisa izin ke UKS untuk beristirahat." Tambahnya lagi. Jane makin merasa tak enak saat hampir seluruh tatapan tertuju padanya.

Tak ada jawaban, bunyi kursi bergeser sudah menjadi jawaban bahwa Gadis berkuncir itu akan segera meninggalkan ruangan. Wanita itu tersenyum lantas berucap. "Gunakan waktunya sebaik mungkin."

Jane tau, rasa iba pasti menyelimuti dari manik nan lentik yang menatapnya dalam, Wanita yang berumur 30 tahun keatas itu menepuk pundak Jane sebelum langkah lebarnya keluar. Sudah sampai mana hal itu di ketahui?

"Arh, sialan!" umpatnya, gadis itu reflek mundur kala pintu Uks terbuka dengan dongakan badan Kin dari dalamnya. Mengusap kening ratanya yang berdenyut karena tolakan lumayan keras.

Namun Lelaki itu tak menunjukan reaksi selain tatapan tajam seolah mengintimidasi.

"Pas banget lo disini."

"Hah?"

"Luna, malam itu ada bareng lo, kan?" Ucapnya langsung ke inti. Jane terkejut entah keberapa kali, kini di sambut dengan kerjapan sesaat.

"Maksud lo apa sih." Jane ingin mengelak, pikirannya bahkan sedang kacau mengingat Gadis yang pandai di bidang matematika itu. Namun Kin, tidak akan membiarkannya lepas begitu saja.

"Apa yang dia lakuin?" Lelaki ini kentara sekali sedang mengujinya. Bahkan badan kekarnya menghalang di bagian pintu ke Uks, membuatnya tak bisa masuk untuk menghindar.

"Gini ... semalam gue cuma gak sengaja nemuin dia keluar dari ruang cctv." ucapnya, dan itu memang kebenarannya, walau bukan keseluruhan. Bisa habis dia jika hal itu di ceritakan keseluruhan.

Raut tenang Jane goyah kala Lelaki itu menunjukan ekspresi tak terbaca. Walau kondisi memang menegangkan, otak Jane masih bekerja, satu hal yang dia tau, Lelaki ini pasti mengetahui sesuatu, apalagi melihat dari celah ruangan terdapat Claire yang terbaring di ranjang Uks.

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang