37. Yang sebenarnya

243 45 9
                                    


***

"HELLION HIGH SCHOOL, sekolah ternama di jakarta yang memberi penempatan beasiswa terbesar di indonesia, kini terancam tutup. Pemberitahuan pihak dalam yang menyatakan bersangkutan dengan sistem yang di berlakukan dan penindasan siswa sudah menjadi sorotan hampir pada setiap sekolah lain. Data dan pihak guru HELLION sendiri bahkan memilih menyembunyikan dari pihak luar."

"Diduga, beberapa korban sendiri juga termasuk murid alumni, dan tak ada sebab pasti jika hal itu bisa saja menjadi sebuah rencana untuk tutup mulut. Sementara ini-"

Mendesah, Lelaki yang bersender pada sofa putih itu mematikan siaran berita di TV yang ramai menyebut nama sekolahnya-HELLION HIGH SCHOOL.

Dia melirik sekilas dari jendela yang menampilkan halaman luas asrama milik pria, berpikir, bagaimana jadinya jika sekolah ini tutup?

Daniel terkekeh dengan pemikiran konyol itu. Penempatan rencana milik Claire tidak berjalan lancar, tapi itu keuntungan untuk dirinya.

Lelaki itu berdiri, mengambil botol minuman soda yang berada di meja lalu meneguk nya rakus. Setelah itu berjalan mengambil hoddie kesayangannya dan menuju keluar kamar.

Sebelum itu, Daniel mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.

Sambungan terputus. "Lo coba main-main sama gue, Claire." Senyuman devil dia tunjukan.

"Yang bersalah, harus di hukum."

"Iya kan?" Tanyanya.

Tak mengindahkan, perempuan yang kini berada di belakangnya terkejut karena itu. Perlahan, tongkat bisbol di jatuhkan hingga bunyi dentingan keras terdengar.

Daniel berbalik dengan kekehan, perlahan menautkan alis di wajah tampannya. "Sarah, Right?"

Sarah mundur, kini beberapa pecahan di kepalanya terkumpul. Daniel adalah pelakunya.

"Gue gak suka orang yang hobi main di belakang."

Sarah berusaha mengumpulkan keberanian. Bagaimanapun, dia harus bersikap tenang. "Tak-tik yang luar biasa."

"Lo coba alihin semua biar bisa bebas," Kini Gadis itu bersuara.

Menarik. Daniel makin memilih untuk meladeninya. "Tapi gue tau, murid HELLION gak sebodoh itu."

Hanya itu. Membuat Sarah bungkam dengan pemikirannya.

Bukankah itu sama saja dengan mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Daniel?

Atau ..., sudah sampai mana Sarah tertinggal?

***

SURAT PERMINTAAN MAAF, DAN PENGAJUAN DIRI.

"Claire!"

"Berisik!" Berantakan, kamar yang dikunci rapat itu nampak acak dengan beberapa lembaran kertas di buang asal ke lantai. Kondisi yang masih memprihatinkan, membuat Claire tetap tak goyah dengan hal utama yang di pikirannya matang-matang.

"Kadang, lo harus ngalah dengan keadaan. Bukan! Bukan karena menghindar, bisa jadi itu hal terbaik, kan?" Perkataan Luna saat itu masih sangat jelas terekam pada memorinya. Tapi sekarang Gadis itu sudah tidak ada, sabit lengkung di wajah manis dan rambut sebahu itu sudah pergi.

Terhitung, sudah dua hari Claire mengurung diri di kamarnya setelah pemakaman sahabatnya itu. Hal terakhir  kali dia dengar adalah tangis menyayat hati milik tante Vina-Ibu Luna, yang terus menyalahkan dirinya.

Claire tau, dia salah. Dan mungkin dirinya sendiri akan selalu menyalahkan dan disalahkan.

"Claire! Udah cukup, keluar sekarang!" Dan sudah dua hari juga, Kin akan selalu berteriak di luar kamar hotelnya.

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang