31. Bulan

202 47 1
                                    


***

Vio meringkuk, menguap, lalu berguling di lantai yang berbalut bulu halus itu, tangannya memegang pulpen merah muda dengan nafas putus-putus, terlihat tak bertenaga, atau seperti orang yang tak diberi makan.

Dia berbalik, melihat sekilas Darel dan Luna yang duduk sembari melihat tayangan Video yang baru saja di unggah di grup HELLION oleh akun tak di kenal. Lebih tepatnya, Video yang lebih dulu mereka curi dari ruang kepala sekolah.

Dan harusnya, Video itu sudah tidak ada mengingat card kecil itu sudah ada pada mereka. Dugaan Vio sementara, hal ini memang di sengaja.

Tangannya mengambang, telunjuk lentik itu kini bergoyang di udara bersamaan dengan rasa bosannya. Berbentuk hurus U kecil. Vio bergumam. "34 menit, 3 detik. Kita masih gak lakuin apa-apa."

"Kita, hum?" Darel mendengus mendengar itu, bersamaan dengan ringisan tertahan Vio yang mulai bangkit dari lesehannya.

"Udah nemu Lun?"

"Lo pikir gue Hacher?" ucap Luna tajam, dan kini Vio terasa di sudutkan.

"Selow, ini gue juga mau bantu kok."

Mereka berdua hirau. Kini kepala Vio menyembul di antara keduanya. Tampang bertanya dia keluarkan. "Terus gue harus lakuin apa sama layar asing ini?"

Decakan, telunjuk Darel mendorong kening ratanya, "Videonya udah di periksa, kita cuma tinggal nyari maksud angka 38 dan 40." Vio mengaduh, lalu teralih pada layar laptop yang sengaja di matikan Luna.

"Lantai atas. Yang jelas Pelaku bisa aja apa-apain korban dari lantai atas." imbuh Luna, kini menjadi tanda tanya di pikiran Vio.

"Hanya dengan gambaran tangga, hal itu emang udah bisa di simpulin? kenapa bisa yakin?" Tanya Vio bingung.

"Bisa aja-"

"Itu jebakan!" Tandas Darel jengah.

"Nah!" Vio membenarkan.

Luna mengangguk, lalu tersenyum meremehkan. "Dari gambarnya udah jelas, kalau itu emang dari atas! pohon aja jadi kecil, bangunan kelihatan luas, gimana jadinya kalau itu bisa di rekam dari bawah."

"Kan bisa aja dia ngerekam naik helikopter?" Krik-krik, lawak sekali.

Kenapa Vio bisa semejengkelkan seperti ini?

"Lo bisa mastiin dari Video yang di temuin pertama kali, ada hal yang melesat?"

Vio menggeleng lugu, dan itu makin membuat Darel gemas melihat tingkahnya, "Gini murid peringkat tinggi HELLION?" sindir Darel yang mendapat pelototan tajam. Luna menggeleng perlahan sembari berdecak.

"Katanya bisa nyelesain sendiri, hum?" Darel tak habis mengusiknya.

Sementara Luna menguap, ini sudah hampir jam setengah 4 pagi, dan matanya belum tertutup sama sekali mengurus hal yang harusnya tak perlu di lakukannya. Tapi, mengingat Darel dan Vio juga adalah mantan kelompoknya dulu, dia tak enak hati untuk menolak.

Luna membuka lembaran buku dan menyimpannya diwajah, sementara kedua remaja di hadapannya mulai menyalakan kembali laptop milik Luna. Matanya tertutup dengan nafas mulai teratur, menutup netra itu sebentar tak masalah kan?

Vio mengerjap, saat layar kini berganti. Darel nampak serius memperhatikan, hingga Vio mengucap. "Stop bentar Rel."

Menurut, telunjuk Vio mengarah pada angka yang terlampir di gambar. "Ini ... kita tinggal nyari yang ini?"

"Hm."

"Sejauh ini sih. belum ada jawaban, kita cuma tau bagian pertama. Lantai atas."

"Tapi aneh kan?"

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang