8. Kerja sama√

391 77 2
                                    


***

"A-ayah-"

"Sudah, jangan menangis. Kenapa anak Ayah cengeng sekali, huh?"

"Tapi Vio-"

"Dua hari lagi ayah akan kesitu."

"Dua hari?"

"Gurumu menelepon, tidak usah khawatir. Ayah akan mengurusnya."

"Gimana gak khawatir?" Vio bangkit yang semula tengkurap kini duduk bersandar di tepian ranjang kamar Asramanya.

"Vio di tuduh, Yah."

"Tapi kamu gak lakuin itu kan?"

"Enggak! mereka fitnah Vio." Vio melap ingusnya dengan Tissue, sembari melihat jam yang tersampir di meja. 22:00

"Sudahlah tidur, ini sudah larut. Ayah akan mengurus tiket besok pagi, Anak Ayah mau oleh-oleh apa?"

Apa-apaan? Vio hanya di tawari oleh-oleh di saat seperti ini?

"Gak mau, cuma mau Ayah sampe sini dengan selamat."

Kekehan terdengar di seberang sana, Vio memberenggut, tapi dia beruntung, ayahnya masih mempercayainya.

"Ayah tutup ya, Vio tidur jangan terlalu larut."

"Iya, Yah."

Sambungan di matikan, Vio mulai beranjak, membersihkan buku yang berserakan di dalam kamarnya. Menyesal sendiri, saat kemarin dia membongkar kamarnya karena alasan tuduhan, sekarang apa? kamarnya menjadi tak terurus karena ulahnya. Belum lagi mata yang membengkak karena menangis hampir setiap saat.

Gadis itu terkejut saat ketukan pelan terdengar dari pintu depan, berhenti untuk mendengar dengan saksama. Lagi, ketukan terdengar dipercepat dengan tidak sabaran, Vio perlahan mengambil buku tebal di atas kasur, berjaga jika itu adalah seorang ... Entahlah, di malam hari seperti ini masih ada orang yang berbuat jahat? padahal penjaga malam hampir memenuhi seluruh asrama.

Guru hanya trauma dengan kejadian kepala sekolah, hingga penjagaan ketat di berlakukan.

Vio menelan ludah, tangannya sudah siap memegang gagang pintu dan tangan yang lain memegang buku yang tebal.

Terbuka sedikit, Pintu lantas di dorong dari luar, Vio memekik lalu memukul keras tangan yang hendak meraihnya.

Tenaga kecil tak membuahkan hasil. Dorongan kedinding kamar bersamaan dengan pintu tertutup kuat, hingga kepala Vio membentur keras.

Matanya membuat nyaris berteriak, tangan itu dengan cepat mendekap mulutnya, Lalu membuka penutup kepala.

Vio terengah, melihat jane yang ngos-ngossan seperti selesai lari maraton.

"Lo lelet banget, cuma buka pintu seberapa lama sih?"

Vio terheran, Jane yang masuk ke kamarnya dan kini dia yang marah-marah?

"Hampir aja gue ketahuan, sialan."

Umpatan itu di tujukan untuknya? Vio melipat tangan lalu memasang wajah sombongnya.

"Ngapain lo kesini?"

"Mau bilang kalau yang lo liat malam itu gue? gitu?"

"Gue pikir lo udah mati."

Sialan sekali cewek ini, Vio membiarkan saat Jane melangkah mengambil minuman di lemari es.

Lalu duduk bersender di lantai.

"Lo ngapain sih kesini?" Vio kesal, melihat tingkah Jane yang menurutnya kelewatan.

"Menurut lo?"

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang