2. Tusukan√

720 117 105
                                    


***

Mata itu tak berhenti menatap ponsel yang mulai memburam, lalu mati. Kalimat yang di lontarkan Claire kemarin masih terngiang di kepalanya.

Vio kembali membukanya. terlihat, Nama 'Kin dhananjaya' Memimpin nilai tertinggi, Lalu 'Viola Atheira' Namanya. Sedangkan Claire berada di posisi empat, beda dua persen dari nama 'Callista Earlene' Yang berada di posisi tiga.

Hembusan kasar itu kembali terdengar, kenapa dia tidak mengecek handphone dahulu, bodoh sekali. Pantas saja beberapa masukan notifikasi terdengar saat dia menonton Video yang di tayangkan kemarin pagi, tapi dia memilih abai.

Kalau tau begini, dia tidak akan melakukan hal yang di suruh oleh Pak hendrik kemarin. Belum lagi sekarang, pasti murid sudah banyak membicarakannya karena berhasil menempati peringkat dua tanpa di duga.

Dia sendiri bahkan masih tak percaya.

Sudahlah, Gadis itu berdiri lalu mengambil jam tangan yang tergeletak di atas meja. Berjalan membuka pintu dan keluar dari gerbang Asrama putri.

Perjalanan dari Asrama menuju gerbang utama HELLION, membutuhkan dua puluh meter berjalan kaki. Tak jauh, Memang, beda dengan tempat yang di tinggali, oleh penerima nilai tertinggi seperti Super X Class dan Special x class.

Mereka di utamakan, tentunya karena ketinggian nilai otak mereka. Tapi Vio juga akan merasakan tempat di sana kan? iya, jika nilainya masih tetap hingga akhir ujian semester ini.

Menunjukan kartu siswa pada mesin yang terpasang di gerbang, hingga pintu kecil terbuka otomatis. Vio kembali melihat gerumbulan yang berada di tempat berbeda.

Kali ini, berada tepat di lapangan. Dan banyak murid yang juga ikut berkerumun, belum lagi tanda polisi kuning yang mengelilingnya.

Apa yang terjadi?

Berlari menembus kerumunan, Gadis itu sontak menutup mulut, darah yang bercecer di rumput hijau itu banyak sekali. Menyisakan jasad yang sudah di tutup menggunakan karung coklat, hanya menunggu ambulans datang dan membawanya. Dan itu artinya, jasad itu belum lama di temukan.

Tangan yang keluar bahkan darah yang mulai menembus bagian karung.

Kepalanya sakit, beginilah Vio, dia tidak sanggup melihat darah, atau dia akan langsung pingsan di tempat.

Hampir oleng saat Siswa Laki-laki yang berjalan itu langsung menahannya.

"Lo kenapa?"

"G-gak, gak papa." Vio berujar, menarik Lelaki itu menjauh dari banyaknya kerumunan, "Itu kenapa?"

Darel, Teman sekelas seangkatannya,   Vio juga sudah mengenalnya saat masih bersekolah dasar, Ya, mereka adalah alumni.

"Lo gak tau?" Satu gelengan.

"Kepala sekolah di temukan tewas, dan itu gue juga dengar karena di bunuh."

"Di bunuh?"

Belum sempat Darel menjawab, mobil dengan warna khas merah putih itu masuk ke dalam gerbang, belum lagi, staf guru dan wakil kepala sekolah yang berlari tergesa.

"Sembilan tusukan di kepala, dan delapan belas tusukan di perut."

Kalimat itu terdengar, Vio langsung menegapkan badan. Sebanyak itu? Bagaimana bisa itu di lakukan dengan sistem penjagaan yang ketat?

Polisi mulai menyuruh murid untuk menjauh, saat jasad itu di angkat dan di baringkan di tempat tidur khusus untuk di angkut di dalam ambulans.

Semua atensi teralih saat teriakan terdengar.

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang