24. Ada alasannya

210 46 6
                                    


***

"Gak papa kan Claire? lo kelihatan pucat banget."

Kin menasehati, sedari tadi dia menunggu di depan kamar Claire, dan kini dia mendapati Gadis itu dengan mata merah dan membengkak.

Dia tau ada masalah, tapi jika dia bertanya, itu bisa saja mengganggu Claire yang sedari tadi tak bersuara.

Gadis itu melihat sekilas jam di ponselnya, 11:14. Ini sudah hampir tengah malam. Dia mengangkat kepala lalu tersenyum di wajah pucat itu.

"Gue gak papa." Dia mengangguk menyakinkan, sedangkan Kin masih bimbang, kini Lelaki itu membalas. "Kalau lo gak enak badan istirahat aja, nanti gue kasih tau mereka. Gue juga bisa gantiin lo buat sementara.

Gelengan pelan, "Terus apa yang bakal Jane bilang? dia bakal bilang gue ketua yang gak becus." Kin tertegun, tentu saja dia ingat dengan kalimat menohok Jane kemarin saat Claire terlambat bertemu mereka.

"Tapi-"

"Ssst." Telunjuk Claire menempel di bibirnya, Lelaki itu otomatis terdiam. Mengerjap sesaat lalu menatap tepat di netra milik Claire.

"Lo tau gimana keras kepalanya Jane kan?" Tak ada balasan, kini senyum tulus terlihat dibibir mungil itu. "Gue selalu gak papa Kin."

Perlahan jari itu turun, sesaat Claire mengepal jari berusaha meyakinkan diri, melihat Kin yang masih terdiam, dia berinisiatif untuk mengakhirinya segera. Gadis itu memperbailki letak ranselnya terlebih dahulu. Lalu perlahan menggenggam tangan kekar Kin yang juga mengeratkannya.

Mendongak, lalu berujar. "Kita pergi sekarang, mereka udah nunggu."

***

"Semua cipnya gue simpan di sofa." Gladis mengangguk saat Jane bersuara, perlahan gadis itu berjalan dan membuka bantal sofa yang menutup laci di dalamnya.

Mulutnya menganga, lalu berbalik, "Ini lo yang buat?" tanyanya takjub.

Namun itu di balas dengan kekehan, "Jelas dong enggak." ekspresi Gladis dengan cepat berubah, mulutnya berdecak sinis.

Sembari merapikan beberapa lembaran yang acak di atas meja, Jane berjalan ke arah Gladis yang nampak merunduk mengambil cip kecil itu di sana. Dia berujar dengan setumpuk kertas hvs di tangannya. "Guru gak tau kalau sofa mereka secanggih itu."

"Tapi lo bisa tau?"

"Ya, karena ... gue taulah!" Ish, menjengkelkan. Gladis kini melangkah ke arah komputer dan mulai memasangkan beberapa kabel penghubung.

Mereka berdua sekarang berada di ruang pengawas cctv, menunggu 3 anggota kelompok yang lainnya. Karena misi mereka mencari jejak pelaku, mereka sudah mempercayakan hal itu pada Jane yang juga menguasai letak dari kamera pengawas. Dan bagusnya, semua rekaman yang di nyatakan hilang itu berada di tempat duduk mereka sendiri.

Gladis juga tidak terlalu tau, seberapa hebat Jane melakukan hal itu.

"Rekamannya belum diperbaiki?" Tanya Gladis yang sudah mulai menyalakan komputer, beberapa layar cctv di luar ruangan juga ikut menyala dengan laser merah yang terpasang, itu mereka lakukan untuk berjaga-jaga.

Meng-Klik mouse beberapa kali, Gadis yang duduk itu berbalik menunggu Jane.

Sedangkan yang ditanyai langsung menunjukkan nyengir kuda, "Gue belum perbaiki." Langkahnya dipercepat mendekat dengan tatap Gladis yang mendadak datar.

Jika seperti ini caranya, butuh waktu lama untuk memperbaiki keseluruhan, belum lagi untuk mencari kejanggalannya, Gladis menggeleng frustasi lalu berucap, "Claire kapan datang?"

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang