14. Anak baru

286 52 0
                                    


***

Vio melihatnya, tarikan cukup kuat dari tangan Jane membuat rambut Luna rontok. Pekikan itu dia tonton dari kejauhan.

Hingga Luna bersuara tak terima. Tapi yang membuatnya tertegun, saat mendengar Jane mengatakan Pemilik jepit kuning itu adalah saudaranya.

Apa itu Calissta? jika benar, Pantas saja hari itu Jane menangis tak terima, tapi Vio justru menyuruhnya menjauh, dan bodohnya dia tidak bertanya apapun.

Juga, saat kemarahan yang di lampiaskan pada Darel di aula waktu itu, itu adalah kemarahan kasih sayang yang terjadi pada saudaranya.

Tapi kenapa Vio tidak tau sebelumnya? dan Jane juga tidak mengatakan bahkan menunjukan padanya?

Lalu, Jane mencoba mengganti Callista pada rekaman cctv itu adalah, dia mencoba melindunginya karena alasan yang sama.

Tapi kesimpulan lain, jika Jane menggantikannya, sudah tentu Gadis itu tau kalau korban keduanya adalah Saudaranya sendiri. Dan ... bahwa dia bisa saja menghabisinya bukan? karena dia sudah tau sebelum Darel memberitahunya.

Artinya,  Jane bisa saja berbohong untuk menyembunyikannya. Kalimat Claire yang mengatakan bahwa Jane memilih berpisah malam itu memang benar, dan kenapa Vio tidak berpikir sampai situ?

Gelengan kepalanya beberapa kali, Vio berusaha menyingkirkan pikiran buruknya.

Ayolah, dia harus berpikir positif saat ini.

Kalimat yang dulu Jane ucapkan lantang terngiang di kepalanya.

"Kita akan sebarin itu secepatnya!"

Hatinya berdebar bimbang, Keringat dingin mengucur, dia tak tau harus percaya atau tidak.

***

"Maaf." Vio berbalik saat tabrakan yang lumayan keras itu hampir membuatnya terjungkal ke depan jika tangan kekar Lelaki itu tak segera menahannya.

Berbalik, ingin mengeluarkan kemarahannya, belum lagi karena pikiran dan hatinya yang tak bisa di ajak akur, Vio terdiam. Senyum asing di hadapannya terpancar.

"Mau cari kepala sekolah, atau apa?" kalimat refleks bersamaan dengan kerutan kening yang kentara, Vio bertanya.

"Oh, bukan. Gue mau cari ruangan Bu Sarah."

Lesung pipitnya dia tunjukan, Vio berkedip beberapa kali, mengembalikan kesadarannya.

"Mau di antar atau gimana?" Vio bertanya.

"Bolehkah?" Vio tersenyum, seraya mengangguk, tak lupa dengan uluran tangannya yang di sambut cepat.

"Viola, panggil Vio aja."

"Daniel." mulutnya berbentuk o, Gadis itu mengangguk, menunggu Lelaki itu berjalan bersamaan di samping kirinya.

Koridor sepi, yang hanya beberapa siswa melewatinya, membuat Vio tak segan bertanya. "Murid baru?"

"Ah," dia tersenyum lagi. Bisa-bisa vio diabetes jika melihatnya tersenyum terus-menerus, gadis itu memilih mengalih pandang.

"Iya, makanya mau ketemu Bu Sarah, ada berkas yang mau di lengkapi."

"Kelasnya udah di bagi?"

"Katanya sih, nanti gue di kelas 4 untuk sementara, sebelum di uji dan ikut ujian lanjutan bareng yang lain."

Vio mengalih. "Kita sekelas." Cengirnya, Lelaki itu menoleh tertarik.

"Oh ya?"

"Hu'um, tinggal nunggu perpindahan kelas aja."

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang