18. Pengumuman

239 49 0
                                    


***

Vio sudah tau bagaimana yang akan terjadi.

Dia memilih berdiam dulu sebelum pergi melihat namanya di Madding yang sekarang sudah di penuhi oleh kerumunan siswa yang melihat nilai mereka. Dia mendongak, langit gelap dengan awan abu-abu nampak memenuhi langit, rintik hujan sudah memastikan jika sebentar lagi akan berubah deras.

Sebagian murid sudah berjalan terpisah, wajah mereka menunjukan raut kegagalan, padahal itu adalah hal patut di syukuri, dan sekarang Vio tidak mungkin bisa bersyukur dengan kebodohan dirinya sendiri.

Bodoh sekali!

Jika Kin tidak memberitahunya, mungkin sekarang dia sudah sangat bangga dengan pencapaian nilai tertinggi hasil ujian kemarin. Tapi sekarang tidak, padahal dia hanya ingin memperlihatkan nilai tingginya pada Ayah, atau dia akan mengumbar senyum di setiap perjalanan.

Tapi artinya ... hanya mereka bertiga yang mengetahuinya, atau Luna adalah orang ke empat.

Dan pasti saja, mereka sudah mengubah nilai yang tadinya bertambah plus menjadi minus.

Vio menutup mata, dia ingin menangis saja, kenapa beberapa hari belakangan dia selalu mendapat masalah! Untuk yang kemarin belum selesai, dan dia makin menambah dengan kebodohannya sendiri.

"Kenapa lo gak ngasih tau gue?"

"Tapi Luna udah jelasin kan?"

"Itu ... dia gak ngasih tau gue semuanya!"

"Berharap kami juga kasih tau lo?" Kin berdecak, "Gue juga bakal lakuin hal yang sama Viola."

"Lo licik!"

"Lo juga licik kan? apa lo bakal kasih tau murid lainnya kalau sistem sekolah udah bocor di kita?

Vio terdiam, dia ... tidak seberani itu. Tapi dia sadar, semuanya tak benar. Dia menggeleng pelan dengan kepala tertunduk menatap kerikil taman belakang.

Desahan nafas Kin bersamaan dengan kalimat yang terucap, "Persiapin diri aja."

"Lo dan Claire, berarti jawab soal hampir semua salah?" Tanya Vio setelah diam beberapa detik.

Satu gelengan. "Kalo itu dilakuin, guru bisa curiga."

"Terus?" Vio terus mengkaji.

"Lo liat aja nanti."

"Sialan!" Vio terkejut saat Kin maju perlahan hampir menubruk dirinya, pantulan diri di cermin nampak jelas, lalu terdengar suara decakan di bagian dalam. Apa guru mengetahui keberadaan mereka?

Vio jelas ingin protes, namun tarikan kuat membuatnya dengan cepat berlari mengikuti langkah Kin. sampai di kelokan, Vio menarik nafas putus.

"Lo apa-apaan sih?" Ujar Vio emosi, kalau begini Kin bisa mengajaknya mati jika berlari tanpa sepengetahuannya.

"Diam bentar." Lelaki itu memeriksa di antara tembok oranye, beberapa pengawas nampak memperhatikan jika benar terdapat keberadaan orang lain.

Vio hendak mengulur wajah. Namun lagi, Tangannya di cekal di dinding hingga badannya tertempel sepenuhnya di bagian tembok, Kin memajukan wajah bersamaan dengan jari telunjuk yang di arahkan di bibir mungilnya.

Vio tercekat, Gadis itu menahan nafas beberapa detik lamanya, hingga Kin sendiri yang memilih menjauh. Di rasa aman, Vio kembali menetralkan ekspresi dan detak jantungnya yang berpacu cepat.

Kin berdeham, melihat Vio yang menunduk dengan wajah memerah. "Ke kelas sekarang. Kalau pengawas temuin kita, itu bisa jadi masalah besar." Ucapnya sebelum melangkah besar menuju kelokan di antara taman belakang, membiarkan Vio terdiam sambil mencerna kejadian beberapa menit lalu.

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang