29. Aku menemukannya

194 45 0
                                    


***

Jane, Gadis yang pandai di bidang kimia. Gadis tomboy yang selalu memborong piala serta penghargaan karate mengalahkan siswa dari sekolah lainnya.

Bukan hanya itu, Gadis yang hobi mengikat rambut bak kuncir kuda itu juga di kenal dengan wajah datar dengan tatapan tajam miliknya.

Jane juga selalu di banggakan oleh guru walau bukan dari kelas dengan nilai teratas. Disitu, dia selalu giat belajar walau tak pernah mendapatkan hasil. Pencapaiannya selalu di kalahkan oleh saudaranya, Callista Earlene, Rasa iri? tentu ada. Selain dia mengambil semua kebahagian Jane, Gadis yang menduduki peringkat 3 itu juga merebut semuanya, semua!

Jane ingin membencinya, tapi keadaan yang memaksa agar tetap bertahan dengan kondisi yang memang sudah sangat geram.

Dia tak tahan. Namun kematian Callista tak tau harus membuatnya merasa sedih atau sebaliknya. Perasaan seorang saudara memang menunjukan kesedihan. Tapi entah pada hati milik Jane.

Disini dia, melihat dua remaja yang berjalan mengendap sembari melompat pagar tempatnya bersembunyi. Dan untung keadaan sedang berada dipihaknya, tempatnya bersembunyi sangat gelap dan hindar dari terangnya bulan malam.

Darel nampak tersenyum sambari mengulurkan tangan, sedangkan Vio masih berada di atas pembatas pagar dan siap melompat. Dan hap!

"Euuh, pemandangan macam apa." Gumamnya, melihat Vio yang kini sudah berada tepat di gendongan Varel, saling melontar senyum lalu berjalan bersama menjauh melewati luasnya lapangan.

Entah seberapa dekat hubungan dua remaja itu.

Dia juga mengendap, tak lupa kuncir kuda yang tertutup Hoddie hitam di balut di tubuhnya. dengan layar handphone yang di jadikan sebagai sumber penerangan.

Berhenti, Jane yang mengikuti Darel dan Vio perlahan memelankan langkah. Yah, dia tau, jika mengikuti keduanya bisa saja membuatnya menemukan sesuatu, tapi itu kurang penting saat dia melihat Gadis berambut sebahu yang berjalan pelan keluar dari ruang pengawas, dengan memeluk tas coklat di tangan depan.

Sayup, dia mendengar suara Luna yang sedang menghubungi seseorang, "Hm. itu yang sekarang gue temuin."

Dia memicing sesaat? Lalu tersenyum sembari melangkah girang menuju Luna yang masih berusaha menutup pintu.

Pelan sekali. Saat sampai, dia bisa melihat ekspresi ketakutan Luna.

"Mpph!"

Kedua remaja yang berjalan belum jauh itu berbalik bersamaan. "Lo denger sesuatu Rel?" Tanya Vio janggal.

Lelaki itu mengedik bahu. "Suara angin."

"Ah masa?" Darel terkekeh, lalu menarik Vio menjauh tanpa memperhatikan ekspresi gelisan milik cewek itu.

***

"Maaf Bu, tapi saya sudah tidak ingin melanjutkannya lagi." Claire memohon, Melihat Bu Sarah yang nampak tak peduli, Gadis itu kembali mengeluarkan kalimat. "Semua rencana justru berubah drastis, hampir semua tidak ada yang berjalan lancar, harusnya Ibu juga mengerti." Tambahnya.

Wanita itu mendengus sekaligus membuka beberapa lembar dokumen, tak lama map biru yang di selipkan di antara buku panjang tebal dia keluarkan.

"Ibu hanya mengikuti beberapa acuan darimu kan? Apa itu belum cukup?" Tanyanya ketus, dan Claire di buat bungkam karenanya.

"Hanya sampai sini, Ibu sudah tidak mampu mengurusnya, apalagi melihat Pak Andra yang juga sudah dikatakan kelewatan. Kamu juga harus mengerti Claire. Ibu persilahkan kamu keluar sekarang."

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang