***"Maaf Bapak lama untuk datang, Wakil kepsek masih punya urusan yang harus di lakukan sekarang juga, dan bapak sendiri yang akan menggantikannya."
"Untuk urusan ini sebagian guru juga sudah memberi sarannya masing-masing agar murid juga di paksa-"
"Pak, apa bisa ini segera di percepat?" Jane bersuara dengan anggukan si rambut pendek yang berada di sampingnya. Luna sudah tidak sabar untuk segera keluar, bukan hanya tempatnya yang berdebu, tapi kulit putih terawatnya juga kini sudah memerah di gigit nyamuk.
Claire melihat jam yang berada di tangannya lalu bersuara menatap Pak hendrik yang berusaha menahan kesabaran.
"Kami sudah hampir satu jam menunggu disini, juga, kami punya urusan sama seperti kalian." Begitulah, berurusan dengan murid ini, harus bisa mengelus dada tabah.
"Lebih baik kita-"
"Mulai membagi kelompoknya Pak." Kin memotong dengan senyuman, Lelaki itu masih duduk di atas meja tempatnya sebelumnya, bukan karena tak memiliki kesopanan, hanya saja kursi yang berada di ruangan itu hanya berjumlah 6 bangku dan salah satunya adalah tempat duduk lelaki paruh baya itu.
Dan yang lain, mereka hanya bisa berdiri sambil menunggu, salah satunya Vio, Daniel dan Darel yang baru memasuki ruangan, karena urusan di ruang konseling.
"Oke, bapak akan mulai membagi." Semua menghembus nafas saat lembar dengan map putih itu terbuka.
"Untuk kelompok bapak bagi menjadi Super dan Special. Ya, itu sama seperti kelas kalian kan?" Pak Hendrik menyambung melihat Kin yang ingin bertanya. Dia hanya ingin membalas, apa itu salah?
"Itu artinya dua orang akan menjadi pemimpin di dua kelompok." Anggukan paham bersamaan.
"Bapak memilih Vio-" Gadis yang di sebut menahan nafas. "-Untuk menjadi penunjuk kelompok 1."
"Dan Claire yang akan memimpin di kelompok dua."
Semuanya saling tatap, pembahasannya memang masih kurang!
"Dan anggota dari Vio ... Adalah Luna, sarah, darel, dan daniel."
Okke.
"Anggota kelompok dua ... Jane, Kin, Gladis, dan Kenan."
Uluran tangan tertahan, saat guru itu langsung berdiri dari duduknya, melontar senyum menatap mereka yang berada di sana satu persatu. "Baiklah," helaan nafas.
"Bapak rasa urusan bapak sudah selesai, Setiap tugas dari kalian, akan di kirim pada pemimpin kelompok."
Lelaki paruh baya itu melihat handphone dan kembali tersenyum, melihat mereka yang juga ikut berdiri.
Mereka merasa kalau itu sangat kurang. Penjelasan yang sangat kurang.
"Bapak hanya menggunakan 10 menit waktu kalian lagi."
Dia menatap pintu lalu kembali melihat sepuluh murid tersebut.
"Kalian boleh keluar. Kerjakan urusan kalian yang tertunda!" Pak Hendrik hanya melihat ekspresi mereka, dan itu sangat memuaskan. Sekali-kali, agar mereka jera.
***
Disinilah mereka, kelompok Vio yang di beri tugas untuk berjaga malam menggantikan beberapa pengawas yang beristirahat. Waktu yang mereka gunakan memang sangat lama, belum lagi menunggu anggota yang memilih bermalas-malasan, menjemput mereka di Asrama masing-masing. Ya, itu meletihkan, apalagi saat tidak adanya sambungan Wi-fi di tengah malam begini, membuat Vio menantapkan niat agar berjalan satu-satu di kamar para anggotanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLION: Link
Mystery / Thriller(FOLLOW SEBELUM BACA) *** Persaingan untuk mendapat gelar juara, Perpindahan keluar negeri jika pencapaian nilai murid di atas luar biasa, Nilai yang dipaksa walau dari kalangan orang biasa. Mengerikan, semua di paksa untuk terlihat sempurna. Tak be...