34. Bukan

185 42 10
                                    


Banyak adegan kekerasan. Harap bijak dalam membaca.

***

Dia Psychopath-nya saat ini.

Setelah perbaikan Cip di ruangan cctv, bersama Vio dan Darel-1 bulan lalu.

"Kalian duluan aja, gue masih ada urusan."

"Lo gila? Waktu kita hampir habis, penjaga malam bakal kesini lagi, Jane." Ucap Darel sembari menyimpan kunci ruangan di sakunya. Untuk saat ini, memang tidak terjadi apa-apa selagi Darel masih bersama mereka, mengingat Lelaki itu yang sedang membantu menjaga malam.

Vio nampak mengerut sebelum membuka suara, "Lo mau kemana? ini udah waktunya pulang. Hey, gimana kalau nanti ada pemeriksaan dan lo gak di temuin di kamar?"

"Gue gak lama kok." Lirikan mata Jane terus tertuju ke arah bangunan bertingkat yang berada di seberang sana.

"Cip-nya juga udah di periksa, dan perbaikannya udah selesai. Intinya-lo gak ada sangkut-pautnya sama semua ini. Beres, urusan gue selesai kan?"

"Tapi Ja-"

"Ngertiin gue, kita gak bakal tau siapa jadi korban selanjutnya. Ini hal penting banget."

"Oke."

Rooftop sekolah HELLION

Jane berlari, beberapa anak tangga lagi, Gadis berkuncir itu akan segera menggapai pintu utama keluar. Hal pertama yang dia temui adalau hembusan angin malam kala pintu besi berkarat itu terbuka. Yang membuat matanya membulat adalah sosok Gadis yang merintih di bagian kerikil tepat berada pada pembatas.

"L-lista? Kenapa lo disini hah!" Callista mendongak, dia bangun dengan kaki yang mengeluarkan darah. Jane tentu saja terkejut. Apalagi saat pisau nampak menancap di bagian betisnya, Gadis itu meringis lalu hendak maju membantu.

"Bego! jangan ganggu gue bisa?" Suara saudarinya itu terdengar serak, di tambah rintihan saat tangannya mulai mencabut pisau tumpul yang menancap di sana. Terlihat, Darah mulai mengalir deras.

Jane maju, lalu menarik Callista berdiri tegap, wajahnya mulai pucat pasi saat Callista tak mampu berdiri. "Pulang! gue gak mau Ayah marah lagi."

"Gue capek, gue gak mau ketemu mereka lagi."  Jane tak paham, Apalagi dia mendapati kondisi Callista yang sudah seperti ini. Callista mendorong Jane kuat hingga mundur beberapa langkah. Gadis itu perlahan mengarahkan pisau ke perutnya.

"Lista!" Melihat itu, Jane segera bertintak. Dirinya panik, melihat Callista yang mencoba menghabisi dirinya sendiri.

"Lo sama aja!" Rintihnya lagi, Dengan darah yang keluar menembus bajunya. terlambat, Pisau tumpul itu sudah merobek isi perut Callista.

"Kenapa lo milih ngalah? Kenapa lo biarin gue tersiksa kaya gini sialan!" Bahkan, Callista masih mampu berbicara. Jane diam, detik berikutnya dia mundur lalu berdecih, membiarkan Saudarinya berdiri menumpu dipembatas rooftop.

"Siapa yang tersiksa? lo yang udah buat gue gak tenang! Dan sekarang lo bicara seolaj lo orang paling menyedihkan di dunia?" Entah, rasa benci Jane pada Callista tak akan pernah hilang. Dia sangat tidak menyukainya. Kasih sayang yang harusnya di bagi bersama, kini Callista merebut semuanya, Dan Gadis itu, ingin mengakhiri hidupnya?

Jane geram karenanya. Otaknya tak bisa di kontrol. Lagipula, dengan sikap keras kepala Callista, apa dia masih mampu bertahan dengan banyaknya darah di lubang perutnya?

HELLION: LinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang