Anara Arabella, gadis berusia 17 tahun yang datang dua bulan lalu kini tengah terkurung di sebuah ruangan. Ruangan yang berisik tidak ada ketenangan, akan tetapi bagi Anara rumah sakit jiwa ini cukup membuatnya terhindar dari berbagai cacian dan kata-kata kasar dari orang-orang disekitarnya.
Jegrek...
Keisya membuka pintu, menampilkan seorang gadis yang duduk termenung sambil melihat kearah jendela.
Gadis yang mereka pikir akan berteriak, memukul dan menangis kini tengah duduk tenang. Keisya tepuk pundaknya, tidak ada respon apapun dari pasien.
"Selamat pagi Nara, perkenalkan nama saya keisya dan disebelah saya ada Zia. Kita dari tim PKL yang ditugaskan merawat kamu satu bulan ini."
"Halo Nara," sapa Zia.
Kembali tidak ada respon dari Anara. Keisya berjongkok dihadapan Anara. Dia mengelus lembut kepala dan tangan pasiennya. Berharap Anara bisa berkomunikasi lagi.
"Anara makan dulu ya, habis itu kita minum obat," ucap Zia.
Keisya menyerah, dia menganggukkan kepala, menyuruh Zia melakukan apa yang ingin zia lakukan. Zia tersenyum sambil berjongkok di hadapan Anara.
"Buka mulutnya Nara, makanan lezat datang."
"Aaaa," Zia bersusah payah membujuk dan melakukan tindakan seperti ibu yang menyuapkan makanan pada anaknya.
Akhirnya Anara membuka mulut dan memakan makanan yang Zia berikan. Setengah piring hampir habis, kini Anara menggeleng kekenyangan. Zia meletakkan nampan berisi makanan dan mengambil obat penenang diatas meja.
"Sekarang Nara minum obat dulu. Biar nanti kita bisa bermain bersama teman yang lain."
Anara menurut, dia minum obat pemberian Zia. Namun sepanjang makan Anara hanya diam. Diamnya Anara membuat keisya penasaran dibuatnya.
Setalah zia memastikan Anara meminum obat. Dia berdiri dan mengambil nampan berisi makanan yang sudah tinggal setengah. Zia melihat keisya yang tak kunjung berdiri.
"Sya, ayo. Kita masih ada 3 pasien lagi yang harus diberi makan."
"Eh, iya ayo," ucap keisya.
"Kita pamit dulu Nara," pamit Zia.
Keduanya berkeliling kasur, membujuk, menyuapi dan berkenalan dengan pasien baru mereka. Keisya yang super ceria dan Zia yang cerdas membuat keduanya melakukan kegiatan dengan kompak dan menyenangkan. Hari yang mereka pikir akan sangat melelahkan berubah menjadi hari yang menyenangkan.
Anara melirik ke arah Zia dan keisya. Dipandanginya kedua gadis itu. Cantik, baik, pinter, bukan itu yang ada dipikiran Nara, justru sebaliknya.
"Ck, cewek munafik."
🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Tepat pukul 03.03 pasien diperbolehkan berinteraksi satu sama lain. Banyak pasien berkeluyuran sepanjang lorong. Berteriak, bermain kejar-kejaran, merebutkan boneka, berbicara satu sama lain atau bahkan ada yang duduk diam menyendiri. Keisya berjalan sepanjang lorong, banyak orang yang ingin berbicara dengannya. Menarik tangan keisya, menangis dihadapan bahkan ada yang memukul keisya dengan benda yang ada di tangan. Tentu, keisya akan membawa pasien kedalam kamar dan tidak boleh berinteraksi karena akan membahayakan pasien yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR
Teen FictionTerimakasih sudah membaca cerita Sinta. Tetep dukung karya ku sampai tamat ya🤗 •°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°• "Psikopat" "Pria itu seorang psikopat" Zia terkejut mendengar teriakan anak kecil. Apa maksudnya psikopat, siapa yang psikopat? "Jangan mende...