H-5 Shift Pagi Anyelir

74 6 0
                                    

Pagi yang cerah, matahari mulai penampakan dirinya. Ocehan burung nyaring dengan indahnya. Pagi ini seperti biasa, Zia pergi ke rumah saki jiwa. Membawa buku catatan dan tas. Bersenandung kecil di sepanjang jalan, dengan wajah yang terlihat ceria. hari ini akan melelahkan sebab Zia sudah berjanji akan berlatih di rumah sakit jiwa bersama Jenika.

Kerap kali Zia menyapa perawat yang dijumpai. Senyum masih tercetak jelas di bibir, pandangannya kini jatuh pada seorang pasien yang dirawat di IGD. Perempuan muda yang sedang hamil. Zia kembali melanjutkan perjalannya, bersenandung dan melihat para pasien kejiwaan.

"Zia, ayo temani aku menyelidiki perempuan muda yang hamil," ucap Jenika sambil menarik-narik tangan Zia. Dengan napas yang tersengal-sengal.

"Tenang Jen, napas dulu."

Jenika segera menarik tangan Zia untuk menemaninya. Meski sedikit kesal, Zia dengan sabar mengikuti langkah Jenika.

"Buat apa, cari tau tentang gadis itu. Proposal kamu kan sudah selesai," oceh Zia sepanjang jalan, namun tak ada tanggapan dari Jenika.

Ruangan penuh tirai, bau obat sangat menyengat. Jeritan kesakitan, rintihan dan suara tangis terdengar menyakitkan di telinga. Jenika masih setia menggandeng tangan Zia, menyeret gadis itu untuk mendekatkan ranjang perempuan yang ia lihat.

"Halo, selamat pagi. Boleh kita temani dan nanya-nanya sebentar. Sepertinya kita seumuran," jelas Jenika.

"Pagi, boleh," jawab sang gadis seadanya.

"Kalau boleh tau, nona kesini sama siapa?"

"Anjir Jenika, itu privasi. Ayo kita kembali  aja," bisik Zia ditelinga Jenika.

"Orang tua," suaranya lirih, pandangan mulai kosong. Tak ada semangat dalam diri, bayangan kelam mulai menghantui. Lalu kemudian, gadis itu terjatuh dalam pikiran yang berkelana. Terperangkap dalam masa lalu, dan dengan lugunya menangis, sambil bercerita dengan tak sadar.

Gadis itu masih terisak, penyesalan dalam diri nya mulai muncul kembali. Rasa iri, dan kesal secara bersamaan menguasai isi pikiran. Berhalusinasi akan kejadian yang tak seharusnya terjadi. Seandainya waktu bisa gadis itu putar. Ia ingin mengubah masa kelamnya menjadi kebahagiaan yang menjanjikan.

Jika saja dirinya menetap di pesantren mungkin, ia bisa meraih gelar sarjana seperti apa yang diimpikannya dulu. Pergaulan dengan teman yang tak seharusnya dipilihnya, membuat gadis itu mengenal seorang pria baik hati, penyayang dengan effort yang tinggi. Akan tetapi kenyataannya tak seperti itu, pria baik yang sang gadis kenal ternyata membawa luka yang membekas. Luka yang tak akan pernah sembuh dan tak akan pernah terlupakan.

Ternyata seorang pria yang dicintai, memiliki sifat posesif, protektif, penyayang, arogan, serta tak berperasaan. Membuat seorang gadis tak bisa jauh darinya. Air mata selalu bercucuran, umpatan tak jarang terlontar, namun inikah yang dinamakan cinta buta?

Cinta membuat seorang wanita menutup mata untuk melihat kebenaran. Menutup telinga untuk mendengarkan nasihat baik, merelakan pendidikan, mengubur impian serta melepaskan cita-cita hanya demi kenikmatan semata.

Nama: Yuna Azahra
Usia: 18 tahun
Magelang, 10 Oktober 2002

Yuna pada tahun 2020 telah merelakan pendidikan hanya demi cinta sesaat bersama pria yang disayanginya. Pria itu bernama Angkasa, laki-laki yang berusia satu tahun lebih tua dari Yuna. Belum memiliki pekerjaan tetap, keluarga broken home serta ekonomi yang menurun.

"Aku dan dia saling mencintai, hiks," ucap sang gadis sambil terisak.

Pada malam Jum'at, 21 Desember 2019, tepatnya pada pukul 23.20 kedua pasangan itu melakukan hubungan intim. Surga dunia memang telah mereka rasakan. Angkasa tak sekalipun meninggalkan Yuna, pasalanya hal itu dikarenakan uang dan kekayaan yang dimiliki sang gadis.

Banyak notifikasi masuk dari handphone, teman kelasnya mensuport Yuna untuk datang ke sekolah agar mereka lulus bersama-sama. Sahabatnya memberi motivasi, guru-guru datang membujuk. Namun, Yuna merasa malu meski mereka belum tau kejadiannya.

"Aku masuk ke sekolah, namun itu untuk terakhir kalinya. Aku melepas rindu dengan teman dan sahabat ku."

Hari dimana Yuna kembali ke sekolah, suasana hatinya sangat indah. Masalah yang awalnya datang seolah sirna dalam sesaat. Sayangnya ditengah materi yang dibahas pesan dari wali kelasnya membuat ia kembali merenung. Membawa dirinya pada sebuah penyesalan. Hari itu menjadi hari terakhir Yuna datang ke sekolah.

Meski berbagai cara kebohongan dan nomer ponsel sudah ia lakukan. Tetep teman kelasnya lebih pintar dari yang Yuna duga. Gosip kehamilan telah terdengar di telinga sang ibu. Meski itu hanyalah opini masyarakat namun itu adalah kejadian yang sebenarnya.

"Aku hamil."

"Lalu apa yang harus aku lakukan. Mempertahankan anak ini atau menggugurkannya?"

Ragu, keputusasaan hingga ada rasa ingin bunuh diri, seolah datang dalam pikiran Yuna. Lalu dengan rasa penyesalan. Hadir seorang Angkasa yang ingin menjadi imam dalam sholatnya.

"Aku mau bertanggung jawab. Ayo kita menikah," ucap Angkasa tanpa beban.

"Aku akan menikah tepat dimana nanti kalian bisa merayakan kelulusan. Tepat dimana teman sekolah dan seluruh dunia tau, bahwa aku telah melakukan perbuatan keji."

Penyesalan telah datang sekarang. Penyesalan yang sudah tak bisa diperbaiki lagi. Jenika dan Zia tak bisa berkata-kata selain menenangkan, dan memberi motivasi.

"Kamu, melakukannya beberapa kali?" tanya Jenika.

"Maafin teman saya ka, memang setelah satu bulan di ANYELIR. Kejiwaannya sedikit terganggu. Tidak usah di ambil hati ya ka, tetap semangat menjalani hidup. Terimakasih sudah menjawab pertanyaan teman saya, kamu permisi dulu," pamit Zia buru-buru menarik tangan Jenika keluar.

Zia menyeringai dengan berdecak tak percaya. "Gila lu, privasi orang ko di tanya."

"Dih, sok sempurna lu zi."

"Sadar! Semua manusia memiliki kesalahan tersendiri. Yang lu tanyain itu menyangkut masalah pribadi Yuna. Dia sedang terpuruk, sensitif mengenai pertanyaan yang lu lontarkan. Kasus ini sebelumnya pernah kita temukan pada Niren dan Anara. Kenapa ga nanya sama mereka? Satu hal Jen, Niren bunuh diri, serta Anara yang depresi itu karena masalah seksual. Apa lu mau Yuna bernasib sama seperti Niren, bunuh diri."

Jenika menggeleng, "aku salah."

"Bagus kalau lu mengakui. Lebih baik kita kembali ke pasien masing-masing pasti kita sudah ditungguin perawat."

Mereka berpisah. Lalu bertemu kembali tepat pada waktu pulang shift. Namun mereka tak lupa dengan janji, untuk mempraktikkan materi ujikom. Meski sempat ada pro dan kontra di pagi hari. Akan tetapi kedua remaja itu sudah terlihat baik-baik saja. Bahkan bercanda serta mengobrol bersama. Praktek yang berjalan dengan sempurna, tanpa ada halangan. Membuat keduanya yakin jika Zia bisa meraih nilai tertinggi.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Terimakasih sudah membaca cerita Anyelir.

Maaf dua part ini terlihat berantakan.

Tetap tungguin Anyelir update, aku akan berusaha untuk menulis kisah yang lebih baik dari ini.

Bantu aku share cerita Anyelir ke berbagai sosial media.

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang