Luka Kezia

593 50 4
                                    

"Haaaatsy. Gala, bisa tolong lepaskan sedikit."

"Gala sakit."

"Aaaah argh," ringisnya.

"Jangan disitu Gala, sakit."

"Aaaw"

Brak...

Alfarizi melihatnya. Zia dan Gala yang sedang berpelukan. Al yang mendengar teriakan Zia, langsung memutar bola mata. Malas.

"Gak usah teriak-teriak kaya gitu kali, zi. Bikin orang overtaking," ucap Niren yang berada disebelah Al.

Zia langsung melepas paksa pelukan Gala. Matanya membulat sempurna. Alfarizi? Zia tertegun melihat Al, yang sedang menatap hangat ke arahnya. Ia, tak mempedulikan rengekan Gala dan keberadaan Niren.

"Darah," gumam Alfarizi.

Al mendekat bersama Niren. Mereka berdua benar-benar melihat darah yang terus menerus keluar dari perut zia. Namun, seolah tak pernah terjadi sesuatu. Zia hanya tersenyum sambil menggenggam tangan Gala.

"Ck. Kalau sakit bilang."

"Siapa yang sakit, Al. Zia baik-baik aja."

"Jelas-jelas darah kamu, keluar banyak, zi. Anak keperawatan juga bisa sakit, bisa capek. Nggak usah dipaksakan bahagia Zia."

"Maaf, Ren. Tadi, Zia buat kesalahan. Makannya, Zia tidak mau mengulanginya."

"Kebiasaan. Lu bisa urus pasien ini?" tanya Alfarizi, entah kepada siapa.

"Saya?" tanya Niren, menunjuk diri sendiri.

"Hm. Gue mau mengantar Zia."

Zia bahagia, beban berat dipundaknya seolah hilang seketika. Walupun Zia, sedikit kesal karena Niren yang bertanggung jawab atas ruang rehabilitasi. Akan tetapi, ia, tidak mau egois. Mereka sama-sama perempuan. Zia, khawatir, terjadi sesuatu lagi. Niren adalah perempuan yang lemah, lembut.

Dan Gala adalah pasien agresif. Atau mungkin benar. Dia psikopat.

"Al. Zia mau kamu yang mengurus Gala."

"Whey?"

"Aku tidak mau, Niren terluka," ucap Zia sangat pelan hingga tak ada satu orang pun yang mendengarnya.

"Oh, lu kaga suka dianterin gua?"

Zia panik. Bukan itu yang Zia mau.
"Bukan seperti itu. Gala pasien agresif. Dia juga menyembunyikan narkotika. Aku mau, Al yang mengurus itu."

🥀🥀🥀🥀🥀

Seorang gadis cantik sedang terduduk di atas brankar rumah sakit. Senyum manis selalu terlihat jelas di wajahnya, bahkan hari ini ia merasa sangat bahagia.

"Zia, pasti sakit ya?" tanya keisya dengan air mata yang sudah mengalir.

Zia menggeleng pelan, "jangan nangis sya. Aku, nggak apa-apa kok."

"Pokoknya, kamu harus istirahat sampai pulih. Jika perlu, pulang aja."

"Ngomong apaan sih. Memangnya, keisya mau, aku dimarahin?"

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang