Jeritan Malam

237 18 2
                                    

Ruangan ini begitu gelap dan sunyi. Ruangan yang menyaksikan autopsi Niren.

Begitu pintu dibuka dan ranjang yang membawa sebujur tubuh kaku berselimut putih didorong keluar, meledaklah tangisan orang-orang yang merasa kehilangan. Menggerung-gerung tak terkendali.  

Dalam hati seorang ibu yang menangis, bagaimana aku bisa hidup tanpamu anakku.

Hati Niren dengan tubuh kaku berkata, kematian ini malah membebaskan ku, aku tak pernah merasakan kesakitan serta menanggung cacian atas nama baik keluarga yang rusak akibat kejadian yang tak pernah aku inginkan.

Tak jauh dari jenazah Niren yang terdorong keluar, jenazah seorang laki-laki dibawa masuk oleh petugas yang sama.  Lelaki berwajah tirus dengan muka pucat. Sama pucat nya dengan wajah Niren.

Setelah jenazah masuk kedalam ruangan. Tanpa diduga, Zhusa_ayah Niren memukuli tubuh kaku anaknya.

"Bajingan!"

"Harusnya kamu menjadi penerus keluarga. Dasar anak tidak tau diuntung. Kenapa malah membunuh diri mu sendiri!"

"Seharusnya kamu menuruti perkataan saya, Niren. Anak pembangkang. Sepertinya ini karma untuk mu, sialan!!"

"Pah, anak kita mengalami penculikan itu yang membuat dia bunuh diri," ucap Clarissa dengan derai air mata yang tak berhenti mengalir.

"Bangun sialan. Jangan membuat saya menyesali perbuatan yang selama ini saya lakukan Niren...."

"Maafkan mamah sama papah, Niren."

"Siapa yang menculik anak saya. Penculik tak berhati. Cepatlah tertangkap rasanya saya ingin membunuh mu!"

"Bangsat seperti itu walau terbunuh dan mati berapa kalipun saya tidak rela!"

Ada yang gelisah akibat ucapan Zhusa. Mukanya terlihat tegang, seperti sedang menutupi kejadian buruk yang ia perbuat.

Setelah Zhusa itu berhasil dihalau oleh petugas keamanan, suasana berubah tenang. Bunyi ambulance kembali terdengar. Nampaknya telinga petugas Anyelir serta gerombolan anak PKL sudah terbiasa dengan bunyi sirine itu.
Bunyian yang menerobos kejauhan sambil meraung-raung di kemacetan.

Mobil ambulance yang membawa jenazah Niren mulai berjalan, meninggalkan pekarangan rumah sakit.

Ngiu... Ngiu... Ngiu...


🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Di suatu malam yang dingin. Suara jangkrik terdengar nyaring, sepi cahaya rumah sakit terlihat mulai gelap, lampu-lampu yang mulai redup, tiba-tiba saja terdengar teriakan yang tak tau berasal dari mana suara itu. Bulu kuduk berdiri, keringat bercucuran, Zia dan Jenika tak mampu melangkah. Rasanya kaki kedua gadis itu terkunci rapat.

Jelas sekali suara tangisan, meminta tolong.  Jenika memberanikan diri untuk menengok ke segala arah. Namun, dirinya tidak mendapatkan jawabannya.

Zia mulai melangkahkan kakinya, tangan gadis itu menarik Jenika. Telinga mereka masih mendengar suara tangisan itu.

Mungkin kedua gadis, sudah terbiasa dengan suara-suara itu. Akan tetapi suara kali ini sangat berbeda. Jeritan malam yang terdengar mengerikan. Seperti kedua gadis, dibawa melayang menuju kematian.

Beberapa waktu kemudian...

Langkah mereka kembali terhenti, suara itu terdengar semakin keras. Dengan jantung yang berdetak kencang, akhirnya Zia mengambil keputusan untuk melihat dimana suara itu berasal. Tak lupa gadis cantik ini, menyeret tangan rekan pkl-nya.

"Dimana bajuku?
Kemana celanaku?"

Zia menolehkan kepalanya. Ia memandang wajah Jenika. Rasa takut kembali mendatanginya.

"Dimanakah ini?
Hiks, tempat apa ini? Kenapa bau tanah dan lumpur?"

Jenika mulai mengenali suara itu.
"Bukankah itu suara Pricilla?" tanya Jenika entah kepada siapa.

"Adinda Pricilla"

"Kmu dengerin baik-baik suara itu."

Zia mengiyakan ucapan Jenika. Dirinya kembali mendekat ke arah pintu kamar.

"Mamah...!!!
Papah...!!!"

Tidak ada seorang pun yang menjawab. Bahkan kedua gadis itu terkejut. Jenika menaikan alisnya, ketika mulut Zia terbuka.

"Pricilla gila apa normal?"

"Dia sedang ketakutan. Urusan depresi apa ngga-nya biarkan psikologi yang menentukan."

"Aku penasaran dengan Pricilla," ucap Zia seraya mengetuk-ngetuk dagunya.

"Ngga usah ikut campur, Niren meninggal itu sudah menjadi beban berat buat aku. Jadi jangan buat masalah lagi," pinta Jenika

Kembali, keduanya mendengar suara anak kecil menangis sambil meminta ampun.

"Ya, Allaaaaah...
Hiks. Ya Allah....
Ampunilah aku ya Allah, hiks. Aku ini masih kecil...
Tolong kembalikan aku kepada keluargaku...
Hidupkan aku kembali, ya Allah...
Aku janji akan berubah jauh lebih baik, tidak membangkang lagi, menuruti perintah mamah dan papah...
Menjalankan perintah mu dan menjauhi segala larangan-mu...
Ampunilah aku ya Allah....!!!"

Pricilla berteriak dalam ketakutan yang luar biasa, yang belum pernah Pricilla  rasakan sebelumnya, sepanjang hidupnya.

"Oh, Tuhan! Sekarang apa lagi mau mu?! Kenapa kamu masih saja mengusikku? Aku kan sudah berkali-kali bilang kalau, aku tidak mau lagi melihat paman jahat itu."

"Please, hentikanlah!"

Kedua gadis itu saling tatap. Mereka tidak mengerti ucapan Pricilla.

Pricilla semakin ketakutan dalam ruangannya, saat matanya melihat dua malaikat tidak tersenyum kepadanya melainkan sebaliknya, dua malaikat itu semakin menambah ketakutan, belum sempat bayangan paman melukai seorang gadis, sekarang muncul dua orang malaikat. Bahkan dua malaikat itu menyiksanya sesuai keburukan nya selama di dunia.

Jenika termenung sesaat. Otaknya kembali bekerja, kejadian Ini seperti direncanakan itu yang ada di pikiran Jenika.

"Aku rasa ini semua aneh."

"Maksud kamu?"

"Sudah hampir satu Minggu setelah autopsi Niren. Dan sekarang, jeritan Pricilla itu membuat keanehan."

"Jadi, kamu pikir Pricilla ikut serta dalam penculik Niren?" tanya Zia.

"Bisa jadi. Coba kita dengarkan lagi ucapan Pricilla." Zia mengangguk menyetujui.

"Aku mohon, paman, jangan sakiti dia!!

Kenapa kaki dan tangan ku terikat!!!

Baju ku kemana!!

Kenapa aku diikat seperti sebuah permen!!!

Paman bajunya sama seperti nenek sihir...

Bajunya mirip baju ibuku, Putih bercahaya!!!"

Itulah kata-kata terhindar yang Pricilla ucapakan. Sebelum gadis itu kembali tertidur lelap.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Sebelumnya terimakasih banyak kepada kalian yang sudah berkenan membaca cerita ini.

Aku mau meminta maaf kepada para pembaca cerita ini. Belum bisa memberikan yang terbaik di setiap part nya.

Akan tetapi aku masih berharap kalian selalu membaca dan menunggu cerita Anyelir.

Untuk kalian yang sedang PTS/kuliah/kerja/rebahan, semangat.

Aku yakin kalian bisa menjadi penulis yang hebat, dan orang yang berguna diluar sana.

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang