Gangguan Afektif Bipolar

45 5 0
                                    

Ego kamu bukanlah kekuatan yang harus kamu puaskan pada setiap kesempatan. Ego dapat diatur. Ego dapat diarahkan.
~Ego is the enemy Ryan holiday~







🥀🥀🥀🥀🥀🥀




Senja terlihat sangat indah, terlebih jika dilihat bersama kekasih disebuah pantai. Bersama dengan angin pantai yang menyejukkan. Pasir putih yang terasa lembut di kaki, dengan genggaman tangan yang melekat. Jepit rambut motif pita berwarna hitam senada dengan rok selutut, baju couple serba hitam, kacamata dan tas berwarna putih. Senja telah tergantikan dengan gelapnya malam, ditemani bintang yang berkilau, kelap kelip diatas sana. Dan rembulan yang menyinari makhluk bumi. Masih dengan genggaman tangan, berjalan beriringan serta mulut yang tak berhenti bercerita. Berkeliling Malioboro dengan lampu jalan yang indah. Penjual makanan, bakpia, dodol, baju memenuhi jalanan kota. Hatiku sangat istimewa, seakan hari ini adalah hari yang aku impikan sejak dulu. Namun, hap....

Ia tersadar dari lamunannya. Kembali memegang troli berisi makanan dan beberapa obat penenang. Di hadapan sebuah kamar nomor 111, keisya melamun. Memikirkan hal yang tak akan pernah terjadi. Karena Fauzi telah mengecewakan hatinya. Dengan segala beban pikiran yang berkecamuk, hati rapuh dan sebuah pistol serta kunci kamar yang ia dapatkan entah dari mana. Memegang kenop pintu, bersiap masuk dengan mendorong troli kedalam dengan hitungan detik, tangannya yang sigap mengangkat piston untuk melindungi diri. Dan lihat apa yang terjadi?

Tatapan Keisya terlihat kosong, menghela napas panjang, wajahnya panik, air mata tak sengaja mengalir. Ia hapus air mata itu.

"Dia kabur," ucapan putus asa keluar dari mulut keisya.

Pistol yang semula ia todongkan kembali tersimpan disebuah saku. Keluar dan berlari sekencang mungkin. Mengelilingi besar nya Anyelir. Kaki terasa letih, napas memburu, jantung berdetak sangat cepat. Lorong demi lorong telah terlewati. Beberapa pasien kejiwaan ada yang berteriak dan sempat mengejar. Besarnya Anyelir membuat keisya terasa leleh. Ia mengetuk pintu ruang perawat dengan napas yang tak teratur.

"Permisi, apa ada suster Dewi?"

Ia terduduk setelah mengatakan itu. Pandangan seluruh perawat teralihkan oleh kehadirannya. Keisya berdiri kalah sebuah suara menambah ketakutan dalam dirinya.

"Ada perlu apa, memanggil saya," suster Dewi keluar ruangan dengan wajah garang. Matanya menatap malas kearah keisya.

"G-gala kabur, Bu," ucap keisya dengan putus asa.

"Apa!!"

Semua perawat yang mendengar segera keluar mencari. Di dalam rumah sakit, beberapa lorong, luar rumah sakit jiwa, bertanya masyarakat sekitar, mengecek setiap kamar, semua perawat melakukan pencarian hanya karena sebuah nama Gala. Lalu keisya mengikuti suster Dewi berlari untuk sekedar mengecek kamar gala. Kosong, tak berpenghuni, kamar rapih, bersih hanya tersisa troli makanan.

"Kenapa Gala bisa kabur?"

"Aku juga tidak tau, Bu. Pas masuk Gala udah ngga ada di dalam kamar," Keisya tertunduk setelah mengatakannya.

"Ngga usah bohong kamu!!" teriak suster Dewi, yang kemudian pergi meninggalkan ruang 111.

Fika sedari tadi berada di samping keisya. Gadis itu mengelus pundak, agar mengurangi rasa takut sekaligus sedih yang datang secara bersamaan.

"Kamu tau, Gala anak direktur perusahaan Shaka. Makannya jgn kaget kalau seluruh pegawai bergerak mencari Gala. Terlebih sebentar lagi banyak bodyguard direktur untuk mencari Gala."

"Aku takut gala membunuh seseorang karena dia itu psikopat," ucap Keisya dengan wajah murung.

"Setau aku Gala bukan psikopat, dia adalah pasien dengan gangguan fungsi otak. Dia diletakkan diruangan ini hanya karena ia sempat mengamuk. Karena sebelumnya ruangannya adalah kamar 201 yang ada di atas. Tapi kamar itu udah menjadi gudang, karena beberapa barang sudah hancur bahkan pintunya juga, itu semua akibat dari Gala yang mengamuk kala itu."

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang