Kegagalan yang tak diinginkan

33 2 0
                                    

Ketika senyum ku menjadi kalbu, tangisan ku menjadi sendu, maka hari itu kamu akan kehilanganku
Kezia Graciela




🥀🥀🥀🥀🥀



Ternyata hari yang semula indah, berakhir buruk. Bayangan indah tentang keberhasilan seolah sirna begitu saja. Andai waktu bisa diputar kembali. Akan mereka putar, agar kegagalan ini berubah menjadi keberhasilan yang diimpikan.

"Katanya usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, tapi ternyata apa? Usahaku sia-sia, aku gagal untuk yang kesekian kalinya."

Senyum orang-orang merekah, cerita indah terlontar, wajah ceria dan tawa yang menggelegar terdengar. Sorak sorai keberhasilan begitu saja terlihat dalam sekejap mata. Untuk dia dan mereka yang gagal hanya bisa melamun dalam kesendirian.

"Ibu, Zia gagal meraih 3 besar."

Brukk, seketika orang-orang mengelilingi tubuh manusia yang terpejam. Suara tawa sudah tak begitu keras, sebab ada seorang gadis yang tergeletak pingsan ditengah lapangan.

"Kamu kenapa?"

"Dia, habis keluar dari laboratorium dan pingsan."

"Malu, mungkin karena gagal ujian."

"Pura-pura pingsan untuk mendapat nilai tinggi, cih."

Ocehan sampah terdengar. Air mata tak sengaja keluar dengan derasnya. Berbagi pertanyaan datang, namun Zia mengabaikannya. Memilih, untuk diam sambil menangis untuk merasakan ketenangan sesaat.

"Tadi pertanyaan penguji nya tentang apa? Kamu kenapa? Karena yang tadi ya, percaya deh kamu pasti bisa mendapatkan nilai yang bagus. Oh iya tadi kamu di tanya apa?"

Hening bahkan suara dentingan jam saja sudah terdengar jelas. Isak tangis mulai terdengar pilu.

"Aku sholat duha dulu ya," ucap Zia.

"Ya udah sana, biar lebih tenang."

Bersama dengan air wudhu, tangisan ini tak terlihat. Setiap gerakan sholat hati ini semakin sesak. Di setiap sujud selalu meminta untuk dimudahkan, namun ternyata itu tak terkabulkan.

"Aku gagal, nggak bisa jadi yang terbaik, yah remedial dapet nilai kecil. Itu poin penting yang aku ingat sekarang. Aku takut. H-1 gagal ujian kompetensi, aku nggak tau harus memperbaiki yang mana. Nggak tau mau mulai dari mana. Jujur, detik ini juga masa depan ku hancur, padahal usaha ku sudah sedemikian rupa, tapi aku tetap gagal. Kenapa selalu aku yang gagal, mengapa disaat usaha ku sudah 100% aku selalu gagal. Apa aku memang ditakdirkan untuk selalu gagal, katanya keberhasilan akan datang setelah kegagalan. Namun, mengapa itu tidak terjadi kepada ku. Apa memang dosa ku terlalu besar, sehingga semua keberhasilan itu tidak pantas untuk aku dapatkan. Dari sini aku jadi males berusaha untuk mencapai keberhasilan. Aku cape belajar siang dan malam, aku cape bangun jam 3 buat Sunnah dan belajar. Aku cape mengurangi jam tidur dan makan demi belajar, agar aku mencapai keberhasilan. Namun, itu semua hanyalah sia-sia, aku selalu gagal gagal dan gagal.
Kenapa harus aku yang gagal ya Allah
Rasanya aku kecewa banget
Kenapa  aku harus lupa
Kenapa aku gagal"

"Bener sih sekeras apapun kita mencoba kalo bukan rezeki akan tetap seperti itu, aku kira di setiap kejadian, di setiap waktu pasti di ujungnya bakal ada cahaya di ujung terowongan ini," ucap seorang gadis yang hendak melakukan sholat duha.

"Iya aku juga awalnya percaya kalau usaha tidak akan mengkhianati hasil. Namun sekarang ngga bakal percaya"

"Aku sholat dulu ya, biar lebih tenang."

Zia tidak mungkin menangis di samping orang sholat. Ia bergegas untuk pergi dari masjid. Wajahnya memerah, air mata tak berhenti mengalir. Langkah kaki terhenti di depan kelas yang sepi. Ia terduduk sambil melipat kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan. Menangis sekeras mungkin, meski mengundang banyak tanya, Zia tetap melakukannya.

Dengan tangan gemetar, Zia memegang handphone. Menghubungi nomor kantor polisi. Tut..., tutt..., tutt."

"Selamat pagi, ada yang bisa kamu bantu," ucap suara polisi diseberang sana.

"Pagi pak, saya bisa berbicara dengan saudara Anggara. Pak."

"Baik, akan saya panggilkan. Waktu menelfon anda sekitar lima menit."

"Baik terimakasih, pak," hening suara langkah kaki mendekat terdengar.

"Halo"

"Hiks, ka," rengek Zia dengan air mata yang masih mengalir deras.

"Ada apa Zia?"

"Kenapa aku selalu gagal ka, apa memang aku dilahirkan untuk berusaha mencapai kegagalan, sampai-sampai keberhasilan itu ga pernah aku dapatkan?"

"Gagal apa Zia, tes PTN atau ujian sekolah?"

"Iya ujian kompetensi, ka. Hiks"

"Nah kalo ini kegagalan ada kaitan nya dengan berbagai hal, tetapi untuk kegagalan tes kamu di SMK, aku kira itu berkaitan dengan diri kamu sendiri yang kalo mau dijelajahi lebih lanjut kayaknya itu terlalu personal, karena kan sekolah gak melakukan hal buruk apapun, dia hanya melakukan kapabilitas nya sebagai institusi pendidikan nah kenapa kamu gagal terus? Itu berkaitan dengan diri kamu."

"Kakak nyalahin Zia. Aku tau, ini karena aku. Karena aku sendiri yg membuat kegagalan itu terjadi. Tapi mengapa harus aku, kenapa harus orang lain yang selalu berhasil."

"Keberhasilan akan datang saat usaha, kesempatan dan doa dipertemukan. Tetapi sebelum itu manusia nya harus mampu dulu."

"Aku udh melakukan itu semua ka, aku udah berusaha menyeimbangkan antara usaha, do'a, dan ibadah, apa masih kurang juga. Kenapa harus aku lagi yang gagal ka? Kenpa selalu orang lain yang berhasil kenapa bukan aku?"

"Ya menurutku kegagalan yang kamu alami disekolah itu gak berkaitan secara langsung, temen-temen kamu punya jalan dan kesempatan nya sendiri, dan kegagalan ini berkaitan dengan diri kamu sendiri."

"Kenapa kakak seolah nyalahin aku. Apa benar aku yang salah, aku yang tidak pantas mendapatkan keberhasilan ini. Lagi, aku takut buat melangkah jika hasilnya akan gagal."

"Aku ngga nyalahin kamu Zia. Itu kenyataan, pasti masih ada bekas nya ya yaitu ketakutan itu sendiri terhadap hal yang sama akan terjadi lagi, ya untuk ini aku punya quote yaitu 'kamu gak bisa mengatur dan berleye-leye tentang yang terjadi di masa lalu, tetapi kamu bisa mengatur apa yang akan terjadi di masa depan dan masa kini' oleh karena itu mari kita berjuang dan optimis, banyak jalan banyak kesempatan yang bisa kita coba dapatkan aku pikir dengan optimis dan tetap berusaha dari pada pesimis dan menyalahkan diri sendiri."

"Maaf untuk sekarang aku masih belum mengikhlaskan keberhasilan seseorang, dan menerima kegagalan ku, hiks"

"Ga usah nangis mulu Zia. Aku tutup ya."

Telfon terputus. Zia kembali menangis. Seolah dunia hancur hanya karena kegagalan yang ia rasakan. Mungkin bagi Zia usaha dan do'a nya tak terbalaskan. Lalu untuk orang yang berhasil dengan usaha yang tak seberapa, selamat ya? Kalian telah lolos lewat jalur langit. Terimakasih sudah selalu berdoa kepada Allah.

Teruntuk kalian yang merasa gagal dengan usaha yang maksimal. Ayo ucapkan ke diri kalian, karena sudah hebat. Jauh lebih hebat dari mereka yang berhasil. Kalian gagal dalam meraih angka di atas kertas, namun percayalah sebenarnya kalianlah yang berhasil. Daya ingat dan cara menghitung sudah dikuasai, tinggal mempertahankan agar tidak memudar.

Zia kabur dari sekolah, ia berlari tak tentu arah. Berlari sekencang yang gadis itu bisa, menghiraukan pandang masyarakat dengan tatapan kasihan dan bertanya-tanya. Menerobos padatnya masyarakat, lalu berhambur di pelukan sang ibu yang kebetulan datang untuk menjemputnya.

"Ibu aku gagal. Aku tidak akan pernah meraih posisi 3 besar itu. Maaf, Zia sudah berusaha Bu. Tapi tadi aku lupa, aku gagal."

"Zia sudah hebat. Puasa sunnah, sholat lima waktu, dzikir, berdoa, sholat sepertiga malam, belajar, menghafal tiap saat, meski gagal ibu bangga sama kamu. Mungkin Allah sedang menguji kamu, agar menjadi wanita yang kuat, harus ikhlas ya."

Ujian terberat adalah ketika kita disalahkan atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Dan aku mengalaminya sekarang.

•°•°•°•°•°•°•°•

Halo teman-teman
Maaf banget baru bisa update sekarang
Jangan lupa vote dan komen ya
See you the next chapter

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang