I'm not fine

40 3 0
                                    

Sebelum membaca bab ini, aku selaku penulis anyelir mau menyampaikan beberapa hal, yang pertama cerita ini akan segera di ebook kan dan cerita ini mungkin tidak bisa update secepatnya. Kedua, part ini merupakan kejadian yang aku alami di tahun ini dimana dunia seolah mempermainkan aku, kebahagiaan seolah menjauh, dan orang-orang yang pergi tanpa mau menemaniku. Hidupku hancur, trauma dan keterpurukan telah menemaniku selama 3 bulan, selama itu aku tetep belajar dan mendekatkan diri kepada Allah, karena aku tidak pernah membayangkan akan ada di posisi sekarang. Namun, Allah telah menjawab doa ku, mendengarkan setiap keluhanku, dan melihat perjuanganku. Tanpa terduga aku ditetapkan sebagai siswi terbaik dalam uji kompetensi dengan nilai ukom dan us yang paling tinggi dijurusanku. Dan aku sangat beryukur bisa ada dititik sekarang, mungkin jikalau aku tidak merasa gagal,  tidak akan ada part ini. Part yang bener terjadi dan paling berkesan dalam hidupku.




🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀



"ibu, Zia pamit pergi ke Magelang lagi ya."

"Teteh yakin. Kalau masih sedih, ibu yang bilang ke guru kamu, biar dikasih libur hari ini"

Zia menggeleng lemah. Ucapan dan keinginan selalu saja berbeda. Mungkin mulut berkata tidak apa-apa, namun hati berkata lain. Menginginkan tetap di rumah, butuh waktu untuk sendiri, berteriak sekeras-kerasnya, menangis sejadi-jadinya, tapi takdir seolah menyuruh untuk tetap berdiri tegak. Dengan segala kesedihan, Zia siap untuk melanjutkan hidup.

"Ibu, doain Zia kuat ya. Keretanya sudah datang. Zia pergi Bu," ucap Zia dengan sendu.

Tak ada kebahagiaan, pemandangan indah terasa buruk. Seolah dunia sedang mempermainkan Zia. Sungguh jika waktu bisa dihentikan, akan ia lakukan sekarang. Terkadang Zia berpikir, untuk apa dilahirkan jika hanya kegagalan yang dialami. Waktu terasa sangat cepat, air mata yang semula menetes kembali kering. Untuk melangkah keluar kereta saja rasanya menakutkan.

Ucapan selamat datang dari stasiun terdengar. Lambaian tangan serta senyum ceria terlihat oleh mata. Lantas apa yang haru zia lakukan sekarang?

Gadis ini hanya bisa diam ditempat, tak bergerak sedikitpun. Semakin kedua remaja mendekat, jantung Zia seolah berdetak kencang.

"Zia, gimana. Kamu dapat peringkat pertama kan. Jadi kita bisa pulang besok, zi? Aku udah beres-beres tinggal barang kamu aja, iya kan Raf," laki-laki itu hanya mengangguk mengiyakan.

Mulut terasa terkunci rapat, bagaimana bisa Zia mengecewakan teman-temannya. Harapan mereka terlalu tinggi, hingga ia tidak mampu untuk mencapainya .

"Kamu kenapa, sakit? Iya sih, pasti leleh karena hafalan tiap saat. Tapi aku seneng bisa cepat pulang," ucap Keisya lagi.

Air mata menetes dengan sendirinya. Tubuh yang awalnya berdiri tegak kini, sudah terduduk lemas. Banyak pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya, lalu dengan sangat terpaksa Zia mengabaikan pertanyaan itu.

"Kamu Gagal?" pertanyaan terakhir dari Keisya membuat tangisan Zia semakin keras. Menjadi pusat perhatian tak menjadi masalah. Karena hatinya benar-benar hancur saat ini.

"APA! KAMU GIMANA SIH. MASA GINIAN AJA GAGAL. DASAR CEWEK LEMAH!! bentak Rafly.

"Aku minta maaf," ucap Zia dengan sendu.

Keisya dengan tak terduga mengelus kepala Zia. Ia pikir sahabatnya akan menenangkan dirinya. Menarik dari keterpurukan untuk menuju kebahagiaan. Tapi ternyata tidak, keisya memeluknya meski banyak kata-kata buruk terlontar.

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang