Anara Dan kepulangannya

157 11 0
                                    

"Jenika, pengen deh jadi juru sita agar aku bisa menyita seluruh perhatianmu biar bisa tertuju padaku"
By. Yura_aikawa58



🥀🥀🥀🥀



Tuhan telah memberikan kebahagiaan dan satu pengalaman yang sungguh luar biasa dalam kehidupan seseorang. Semesta telah adil, berpihak pada seorang perempuan yang tak pernah merasakan keadilan.

Biasanya seorang yang mendengar kepulangan, akan terasa bahagia, menyambut dengan senyuman, wajah gembira serta sambutan hangat dari keluarga. Nyatanya semua itu tidak terjadi atau bahkan tidak akan pernah terjadi pada Anara. Kegelisahan dalam hati kian bertambah, rasanya berat meninggalkan Anyelir yang selama ini menampungnya untuk beristirahat. Mungkin karena rumah tak menjanjikan apa pun untuknya. Rumah asalnya tak seperti rumah teman-temannya yang selalu siap menyambut dan melepasnya dengan kehangatan.

Kehangatan yang dulu hadir, kini berubah menjadi suasana yang senantiasa menikam sampai ke tulang. Jika boleh memilih, Anara menginginkan hari itu tidak pernah terjadi. Sesuatu hari yang merubah kehangatan menjadi kehancuran.

Seandainya bisa, Anara juga ingin melupakan kejadian malam itu. Sayangnya, semua kejadian buruk tak pernah sedikitpun terlupakan, semuanya masih terekam dengan sangat jelas dan rinci. Entah, apa hanya Anara yang tidak bisa melupakan atau orang-orang juga tidak bisa.

Anara menatap wajah keisya, yang senantiasa memberikan dukungan. Gadis itu pula, yang memberikan kehangatan, kenyamanan, serta akan menopang hidupnya. Anara segera memeluk keisya.

"Selamat datang kembali Anara. Sebentar lagi kebencian itu akan berubah menjadi penyesalan," ucap keisya dengan air mata yang tertahan di pelupuk mata.

"Aku tidak tau setelah ini akan kemana, sya"

Anara tidak tau harus kemana. Ingin rasanya pulang ke rumah, akan tetapi dia belum siap menerima cacian dari kedua orang tuanya. Teman sekolah, mereka bahkan mengejek Anara. Guru-gurunya membenci dan membentak keras harga diri Anara. Jika bukan karena dukungan dari keisya, Anara mungkin sudah memundurkan tubuhnya. Membiarkan tubuh yang tak berguna mati. Anara takut menghadapi kehidupan yang akan datang.

Anara dengan keputusannya melambai-lambai tangan ke arah keisya. Senyum manis tak pernah pudar dari bibirnya, kakinya ia langkahkan dengan perasaan takut. Gadis ini sebenernya terluka tapi bibir mungilnya memaksakan untuk tersenyum.

"Jaga diri baik-baik Anara. Jangan lupa kabarin aku," teriak keisya dari kejauhan.

"Iya, keisya cantik," balas Anara dengan nada berteriak.

Kaki panjang Anara sudah membawa tubuh gadis itu berjalan jauh. Sejauh bumi dan mentari. Kenyataannya Anara terjatuh ditengah jalan, air matanya mulai mengalir. Dirinya kembali bertindak bagikan orang gila yang sedang putus asa.

"Aku tidak mau keluar dari Anyelir. Kenapa kalian memaksa ku lebih menderita. Sekarang aku harus kemana bangsat," teriakan kencang Anara berhasil membuat seseorang pria mendatanginya.

"Kenapa nangis Anara?" tanya pria itu.

Antara segera mendongakkan kepalanya. Wajah gadis itu kacau, akan tetapi ia tak mempedulikannya. Toh, dirinya memang sudah dianggap gila, lalu untuk apa mementingkan penampilan.

"Kenapa cantik. Mau cerita?"

Rapuh, kata itu yang Anara ingin dengar. Gadis ini segera memeluk pinggang sang pria. Entah, kenapa rasa nyaman tiba-tiba menyelimuti. Hati kembali tenang, air mata berhenti mengalir. Senyuman Anara kembali terbit dari bibirnya.

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang