H-3 Dia Kembali

62 7 0
                                    

Bandung hari ini tak terlihat indah meski ada kamu di antaranya
~Keisya Natalia~

Suara-suara riuh menambah keramaian stasiun. Suara burung-burung merpati membuat sebuah suasana semakin terasa indah. Semua orang tampak sibuk sambil memperhatikan jam. Tampak pohon-pohon yang mulai menggugurkan daunnya, rerumputan yang terombang-ambing oleh sang angin. Terlihat sedikit embun pagi yg berkilauan pada dedaunan.

Zia duduk di kursi stasiun dan melihat orang-orang yang sudah mulai beranjak pergi. Seorang pria mendatanginya, aroma parfum yang menyengat, baju hitam serta koper yang sengaja ia letakkan tepat pada kursi yang sedang diduduki zia.

"Lagi nunggu siapa mbak?" tanya pria itu.

Seketika hafalan yang sempat singgah pada kepala hilang sesaat. Senyuman seulas terbit begitu saja. Rupanya Zia mengenal pria itu.

"Kapan bebas?" tanya Zia tanpa basa-basi. Pandangan matanya lurus ke depan. Hati yang semula berbunga-bunga kini telah lenyap.

"Udah lama. Mau pulang?" Ia bertanya dengan senyuman manis di bibir.

"Hm," jawab Zia seadanya.

"Hati-hati dengan anggota time PKL kita. Jangan percaya pada siapapun disana."

"Ngomong apaan sih, ga jelas," ucap Zia dengan nada kesal.

"Gue peduli sama lu, zi. Lu adalah milik gue."

"Terserah."

"Gue pindah ke Yogyakarta, Zia," ia berkata sambil mendudukkan pantatnya.

"Sayangnya aku ga nanya."

Zia berdiri ketika kereta yang ia tunggu-tunggu datang. "Kalau ada apa-apa bilang ke gue. Kalau mau minta bantuan telfon," ucap sang pria sambil menahan kepergian Zia.

"Jika aku bisa melakukan semua hal sendirian, kenapa harus minta tolong sama cowok. Lagian ngapain seorang cewek ngemis, minta perhatian, minta barang ke cowok yang sebenarnya ngga cinta sama ceweknya. Dasar Zia bodoh, bisa-bisanya dulu minta seseorang buat sayang sama ibu yang sebenarnya sayang ke aku aja ngga"

"Zia maaf."

"Maaf nya kamu itu ngga bisa mengembalikan keadaan. Aku benci sama kamu."

"Kenapa lo benci sama gue?" tanya sang pria sambil memeluk Zia. "Gue ga pernah nyakitin lo."

"Memangnya harus dengan kekerasan dulu baru bisa merasakan sakit. Hati aku yang sakit, ucapan-ucapan kamu selalu bikin hati dan kepala ku sakit."

"Gue ngga pernah bikin kamu sakit hati, zi."

"Terserah. Tapi tolong lepasin, aku mau pulang," ucap Zia sambil mencoba terlepas dari pelukan pria itu.

"Gue bakal lepasin pelukan ini, asalkan Zia mau maafin gue."

"Iya, Zia maafin kamu," pria itu melepaskan pelukannya. Ia tersenyum sambil melambaikan tangan saat Zia bergegas menaiki kereta.

Zia memasuki kereta api, dengan kursi yang berjejer rapi. Koper besar yang mulia tertata, dan orang-orang berdesakan untuk duduk di tempatnya. Gadis cantik ini duduk di dekat jendela dengan seorang wanita paruh baya yang juga duduk disebelahnya.

Tanpa menunggu lama gerbong api kini melaju perlahan ke arah barat, meninggalkan Yogyakarta. Pemandangan luar yang terlihat mengagumkan, senang rasanya bisa menikmati suasana pagi hari yang begitu indah. Nampaknya Zia masih bergeming, aroma tubuhnya masih mampu ia cium, hangat pelukan beberapa saat tadi masih mampu gadis ini rasakan. Juga senyum manis disertai lambaian tangan terakhirnya tak mampu Zia lupakan. Sejenak rasa cinta ini tumbuh kembali. Perlahan senyuman manis terbit pada bibir mungilnya. Tak bertahan lama Zia menampar pipi, membuat penumpang disebelahnya terkejut melihat aksi yang gadis itu perbuat.

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang