Jika kita tak pernah jadi apa-apa

289 26 4
                                    

Niren merenung. Ucapan-ucapan seputar pendidikan terus terngiang-ngiang di kepala. Ucapan seperti.

"Kamu ga bakal bisa masuk PTN."

"Ga usah beli buku, SBMPTN, buku tidak berguna"

"Anak SMK, mana bisa masuk PTN."

"Anak SMK itu kerja bukan kuliah."

"Anak swasta masuk PTS bukan PTN."

"Sekolah kamu peluang masuk PTN nya sedikit, kenapa masuk situ"

"Fokus sama sekolah, urusan beasiswa, SNMPTN itu tidak penting. Karena sekolah kamu ga ada peluang PTN. Kamu ga akan dapat link. Sudah belajar juga percuma, jika ujungnya mandiri."

"Anak SMK emang bisa lolos PTN"

"Hahahaha, mana bisa masuk UNDIP."

"Nggak akan bisa "

"Susah pasti "

"Bisa pake almet UNDIP tuh cuma mimpi."

Ucapan-ucapan itu, tidak hanya didengar oleh telinga Niren, mungkin saja itu juga terjadi pada keisya, Jenika, Rafly atau bahkan yang lainnya. Akan tetapi beda orang beda pemikiran.

Mental kita akan down seketika itu. Lantas bagaimana nasib anak SMK jika selalu di pandang rendah perihal PTN. Apakah hanya PTS yang bisa menerima kita. Tentu tidak, semua itu hanyalah omong kosong. Anak SMK bisa masuk PTN, ucapan mereka hanyalah ucapan orang-orang yang iri dengan kita. Mimpi kita harus tetap diperjuangkan.

Tetapi....

Ada satu orang yang terus memikirkan ucapan itu. Ucapan yang membuatnya menangis berhari-hari. Tidak fokus shift PKL, pasien yang terabaikan. Hingga dirinya sendiri terancam hal kejam.

Apakah, sekecil itu mental dia?

Jawabannya adalah tidak. Dia hanya ingin memperjuangkan mimpinya, menggapai dan mengumumkan bahwa dirinya telah berhasil. Lalu kenapa anak SMA selalu mendapat dukungan tidak dengan anak SMK.

Kenapa tidak ada pertanyaan, "loh, kok anak SMA kerja di pabrik bukannya kuliah?" Kenapa tidak adil?

Karena anak SMK adalah sepesial. Kita bisa melakukan apapun dengan sertifikat praktek kerja lapangan kita. Kita adalah orang yang kuat mental.

Akan tetapi....

Niren....

Kenapa dengan dia? Bukankah ucapan itu seharusnya dijadikan motivasi. Semangat, kita harus memperjuangkan mimpi kita. Bukan malah menyerah seperti ini.

Iya. Niren berbeda dari siswa SMK lainnya. Dirinya gagal, itu poin penting yang selalu gadis itu ingat.

Mental Niren terombang-ambing, melihat pasien Anyelir yang begitu istimewa dengan karakter mereka masing-masing. Belum lagi beban pikiran, kalimat itu terus terdengar meski ia berada di kota yang berbeda dari tempat asalnya.

Apa yang sedang ada dipikiran gadis itu, hingga raganya sangat terlihat keputus asaan. Apakah hanya kata-kata dari orang yang merendahkan anak SMK perihal PTN, atau ada beban lain lagi yang mengusik pikiran Niren.

Terdengar dari bawah, suara keramaian orang-orang. Mereka memanggil nama almamater Niren, tempat PKL nya. Suara itu terus terdengar, teriakan mereka begitu nyaring di telinga. Namun Niren seolah tuli.

Ia terpaksa mengambil hal yang seharusnya tidak di ambil oleh orang-orang. Niren sedang berdiri di atap gedung mall. Dari bawah terlihat jelas kerumunan orang.  Mereka memandang Niren dengan rasa kasihan.

"Turun nak"

"Bunuh diri bukan pilihan terbaik"

"Kasian orang tua kamu, mereka akan sedih."

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang