Kecewa

52 3 0
                                    

Malam hari yang begitu indah kini tergantikan dengan rintikan hujan. Hawa dingin mulai menusuk tulang. Rafly masih setia memeluk Jenika sambil mengelus kepalanya. Gadis itu sangat rapuh, sampai tak ada celah untuk berkeluh-kesah.

"B-baju k-amu basah, k-karena aku m-aaf," ucap Jenika sambil sesekali senggukan dan melepas pelukannya dengan Rafly.

"Ngga apa-apa, udahan nangisnya cantik"

Jenika menggeleng kepala "m-malu," sambil menutup wajah.

"Kenapa malu hm?"

"Wajah a-ku p-pasti jelek," kata Jenika lirih sambil mengintip dibalik jelah jemari nya.

"Cantik Jenika. Ngapain malu, dari kecil kamu sering nangis dihadapan aku," Jenika secepat kilat menyingkirkan tangan di wajah nya. Senyuman manis segera terbit di wajah Jenika selepas mendengar ucapan Rafly.

Sebuah notifikasi terdengar, mata kedua remaja tertuju pada tas Jenika. Sang gadis segera mengambil benda persegi panjang dari tasnya.

"Dari Bu tari."

Ibu Tari
Online

Jenika kasih tau teman-teman kamu. Ibu mau minta maaf kalau tiket yang akan ibu kasih bukan untuk liburan kalian, namun untuk mengikuti ujian praktek disekolah. Tadi ibu baru selesai rapat dengan kepala sekolah, kepulangan kalian akan ditentukan berdasarkan nilai yang didapat dari perwakilan antar tim PKL. Mohon dipersiapkan.

Hanya satu orang Bu, yang mengikuti ujian praktek?

Iya Jenika, nanti ujiannya sekitar satu Minggu lagi. Jadi kalian bisa mempersiapkan diri.

Kalau boleh tau materi nya tentang apa Bu?

Untuk materi nya TPRS dan perawatan jenazah. Ujian jatuh pada tanggal 29 April 2020.
Untuk penguji nanti ibu kasih tau lagi setelah rapat dengan guru produktif. Nanti kabarin ibu siapa yang akan mewakili ujian dari tim kalian, ya Jenika.

Baik bu, terimakasih atas informasinya.

Sama-sama

"Ada apa?" tanya Rafly.

"Ayo masuk, kita kumpul dulu," ajak Jenika yang tak menjawab pertanyaan dari sahabatnya.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Sejenak kedua gadis terdiam, menatap ke arah Jenika dengan kekecewaan. Ketua tim sangat frustrasi, otaknya berdebat, hatinya ragu. Namun, apa yang gadis itu bisa lakukan sekarang?

Jenika menundukkan kepalanya. Meski ragu dan banyak pertanyaan di benak sang pria, ia tetap mengelus lembut kepala Jenika.

"Maaf, keisya. Aku ngga ada maksud untuk menghancurkan harapan kamu. Ibu Tari sendiri yang bilang, tiket kereta diberikan kepada perwakilan siswa yang mengikuti ujian praktek," ucap Jenika dengan lesu.

"Mau bagaimana lagi, aku cuma bisa bilang ya udah lah."

Rafly melihat ketiga gadis dihadapan dengan rasa penasaran. Meski dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, namun sebagai seorang laki-laki, Rafly memberikan solusi yang terbaik menurutnya.

"Lu aja sya, yang jadi perwakilan uprak," tegas Rafly.

"Ogah ya Raf, mending kamu aja sana."

Sebagai ketua tim, Jenika tentu memberikan opsi yang terbaik, meski pikiran gadis itu sedang berantakan.

"Gimana kalau kita pilih ajak pake kertas. Siapapun yang nama yang akan terpilih, harus siap, setuju?" usul Jenika

"Setuju," jawab ketiga remaja.

Jenika mulai menulis nama, dan mengambil asal kertas itu, "Kezia."

"Loh aku?" tanya Zia masih tidak percaya.

"Udah terpilih secara acak zi. Ayo kita susun materi nya sekarang. Biar Zia bisa menghafal dan latihan praktek," jelas Jenika.

Keempat remaja mulai menyusun materi. Dari mulai tahap kerja, komunitas, serta materi yang akan di tanyakan oleh penguji pada saat ujian praktek. Malam ini, Keiza mulai menghafal dari jam 23.30 tepat dimana materi telah selesai disusun hingga pukul 02.07 pagi.

Baris demi baris telah terekam diotak. jam berputar sangat cepat. Zia tertidur pulas dengan buku yang masih ada dalam genggaman tangannya.

Pukul 05.00 alarm berbunyi nyaring, Zia yang mendengar langsung berlari ke arah toilet, mengambil wudhu serta melaksanakan sholat subuh. Selepas sholat, Zia dengan panik mengambil buku catatan dan mulai menghafal. Membuat Keisya terheran-heran melihat perjuangan sahabatnya.

"Aku berharap, usaha mu membuahkan hasil yang memuaskan, bestie," ucap keisya pelan.

"Melipat kaki di atas perut jenazah," ceplos Zia.

"Masa kaki bisa dilipat ke perut, zi aneh anjir," ucap Jenika

Buru-buru Zia kembali membuka buku catatan, benar dia salah mengucapkan tadi. Ia tepuk kepalanya, hingga rasa sakit muncul sesaat akibat pukulan yang Zia buat sendiri.

"Udah zi, tidur lagi aja. Kamu shift siang biar bisa fokus ke pasien nanti. Aku sama Jenika pergi berangkat dulu ya, bestie," pamit Keisya yang diangguki Zia

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Hari ini rasanya sangat melelahkan, Zia merasa sedikit pusing. Pasien yang berlari kesana-kemari tak terkendalikan, buku catatan yang terjatuh. Hingga dirinya jatuh terduduk di lantai.

"Ibu, sakit. Aaw," ucap Alfa yang terduduk sambil memegang lututnya.

Belaian lembut di kepala Zia tiba-tiba terasa begitu saja. Tangan mungil Alfa memegang kepala Zia.

"ibu, sakit. Hitam ini"

Alfa menarik rambut Zia, sang gadis meringis kesakitan. Ia mencoba menahan tangan mungil Alfa, namun tenaga Zia seolah hilang sesaat.

"Alfa, sayang. Lepasin rambut kakak ya. Nanti kakak kasih lollipop." Zia segera merogoh kantong celananya, mengambil lollipop kesukaan untuk diberi kepada si kecil Alfa.

Mata pria kecil berbinar-binar melihat lollipop ditangan Zia. Tangan Alfa terulur hendak merebut lollipop.

"Eits, jangan sentuh rambut kakak lagi. Mengerti!" tangan Zia menunjuk rambutnya. Dan setelahnya memberikan lollipop kepada Alfa.

Seorang gadis lain menghampiri Zia. Menarik-narik baju untuk meminta sesuatu. "Saya sudah tidak memiliki lollipop." Meskipun gadis itu tidak memahami perkataan Zia. Namun sorot matanya begitu sendu, ia tak berhenti menarik-narik baju.

Zia menarik tangan gadis itu. Ia ambil pena dan buku yang terjatuh, lalu mulai melukis bunga yang cantik. "Ini lukisan bunga untuk kamu."

Zia memberikan pena dan selembar kertas pada sang gadis. "Saya berikan ini semua khusus untuk kamu," kata Zia tulus.

Gadis itu merobek kertas dan lukisan bunga dari Zia. Akan tetapi pena yang Zia berikan telah tergores kan pada tangan dan baju yang dikenakan sang gadis.

"Kamu cantik, siapa yang membuat kamu jadi seperti ini."

🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Apa kabar teman-teman pembaca Anyelir?
Semoga sehat selalu, amiin

How are you today my friend?

Mohon dimaafkan jika banyak typo dalam penulisan kata.

Terimakasih sudah membaca dan menunggu ANYELIR



ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang