Hari ujian Kompetensi Internal

37 6 5
                                    

Kisah ini bermula saat perjuangan ku menjadi seorang asisten perawat, dan kamu yang selalu menemani ku. Aku tak akan pernah berpikir, bawa hubungan kita hanya akan berakhir saat masa PKL berakhir. Kmu dan tempat PKL selalu aku rindukan. Bahkan pasien-pasien yang selalu aku ceritakan, nyanyian indah mu, janji kita semuanya aku rindu. Tapi ibarat kata, semua itu hanya sebuah kenangan yg akan selamanya seperti itu.

Keisya gadis ceria, selalu tertawa, membawa dampak positif bagi sekelilingnya, ternyata hidupnya tak seindah yang kita lihat. Goresan luka pada tangannya, serta maag akut yang diderita gadis itu adalah ulah dirinya sendiri.

Matahari terbit di ufuk timur, cahayanya menembus celah-celah jendela. Tembusan cahaya membuat mata silau, diiringi dering ponsel yang nyaring. Ia terbangun, segera mengangkat telfonnya.

"Halo," sapa Keisya dengan suara khas orang bangun tidur.

"Anak ngga tau sopan santun!" seketika mata Keisya melotot sempurna. Ia melihat nama kontak panggilan, dan benar ibunya yang menelfon. Ia menepuk jidat, sambil merutuki kebodohannya.

"Maaf ibu. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam. Kamu ada di mana?"

"Di kosan, kebetulan hari ini kebagian shift malam," Keisya tersenyum. Ia merindukan kedua orang tuanya, masakan ibu, omelan, kritikan ayah. Rasanya Keisya ingin cepat pulang, merindukan keluarga.

"Bagus. Kenapa kamu nggak menjadi perwakilan tim PKL mu? Dasar anak bodoh!!"

Tidak ada pertanyaan 'apa kabar anakku?' untuk berkata lembut saja rasanya tidak mungkin. Keisya mendengarkan ucapan sang ibu, meski telinganya terasa muak.

"Harusnya kamu belajar. Liat Zia, mengikuti olimpiade, juara kelas, pinter, selalu membantu ibunya memask, bangun jam 3 pagi buat mencuci baju. Lah kamu bisanya main hp terus!!"

Ingin sekali rasanya membanting benda di sekitar. Berteriak keras kepada ibu. Dan mengungkapkan isi hatinya. Akan tetapi semuanya sulit dilakukan oleh Keisya.

"Anak bodoh seperti kamu seharusnya ga usah sekolah lagi, awas aja kalau mau minta buat lanjut kuliah. Ga bakal ibu izinin. Kita ga mau mengeluarkan uang demi kuliah mu itu."

"Ibu...," cicit Keisya, dengan segala kemarahan yang terpendam.

"Apa! Sudah lanjutkan PKL mu. Jangan sampai nilai PKL mu juga di bawah KKM."

"Iya ibu."

Tuttt... Sambungan terputus, gadis sok kuat ini terduduk sambil tersenyum manis.

"Bisa ngga jangan bandingkan aku dengan orang lain. Aku dan dia itu berbeda. Apa medali perunggu, juara olimpiade kedokteran itu kurang ya. Aku sebenarnya anak kalian bukan sih. Rasanya cape hidup di dunia yang penuh dengan lika liku ini."

Sebuah pisu lipat ia goresan pada tangan kirinya. Darah seger keluar. Luka-luka bermunculan, pisau mulai menggores pada  lengan kanan.

"Zia lagi Zia lagi. Aku benci, kamu. Tuhan bawa aku pulang!"

Teman, sahabat, keluarga bahan tidak ada artinya. Rasa kecewa dan sakit hati selalu mendominasi. Merasa paling hebat demi menjatuhkan orang lain.

Dering ponsel kembali bersuara. Keisya mengangkatnya. Ia terisak mendengar kalimat itu, ia merindukan ayahnya.

"Ngga usah di masukin ke hati ucapan ibu tadi. Inget kamu hebat, tetap semangat belajarnya. Ayah cuma berpesan, jangan pernah merasa iri dengan orang lain, nanti akan ada saatnya kamu bisa seperti mereka. Anak ayah, ngga boleh cengeng. Jangan deket-deket sama cowo disana. Inget larangan ayah, kamu ngga boleh pacaran."

"Ibu kenapa selalu bandingkan aku sama Zia. Kenapa bukan Zia aja yang menjadi anak ibu. A-aku ga mau di bandingin terus."

"Sya, kamu kan tau ibumu ingin kamu menjadi calon istri yang baik."

Keisya meremas jemarinya. Air mata kembali menetes. "Tapi nggak gini caranya, yah."

"Kamu berbeda dari yang lain. Kamu bisa melakukan suatu hal yang orang lain ga bisa. Keisya jodohmu nanti pasti bangga dan beruntung bisa mendapatkan kamu. Jadilah wanita yang mahal, dan kuat nak. Sudah dulu ya, ayah mau lanjut kerja. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam"

Lagi, sambungan terputus. Air mata kini hanya meninggalkan bekas. Keisya terduduk, mengambil buku laporan PKL nya. Membaca ulang. Mempersiapkan persentasi, jawaban, dan merangkai kata demi kata untuk persiapan sidang PKL.

Sebuah notifikasi muncul pada layar handphone nya. Diliriknya sekilas.

Fauzi♡♡
Online

Ayanggg
Aku ada salah Maafin ayang
Yaelah online doang bales ngga
Ayanggg

Ayo putus

Kita ketemuan dulu
Bicarain hubungan kita
Secepatnya aku kesana

Keisya melempar asal ponsel nya. Ia tersenyum menyeringai. Zia dan Fauzi akan bertemu kembali. Mereka berdua tak bisa mengelak lagi. Gadis hanya menghela napas lelah.



🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ruangan bercat putih, dengan alat keperawatan yang menghiasi. Bed berjejer rapi. Alat praktek tersedia di atas meja. Pasien berbaring di sebelah. Zia menarik napasnya sebelum hafalan praktek ia mulai.

"Bismillah," ucapnya sangat pelan.

Zia memulai dengan perkenalan, menyebutkan nama alat yang ia bawa, serta step by step perasat pertama dalam uji kompetensinya. Selesai.

Otaknya seketika kosong, hafalan yang singgah kini tak ada yang tersisa di otaknya. Ia menarik napas, memejamkan mata dan dengan sangat pelan memulai perasat ke dua. Tunggu, ia melupakan APD yang seharusnya digunakan, kini tertinggal di meja. Buliran air mata menggenang di pelupuk mata. Tubuh terasa lemas seketika, dengan gemetar bibir ini berkata.

"Mba, boleh di ulang lagi. Soalnya ada yang kelupaan hehehe," ucapnya diiringi tawa kecil untuk menutupi kecanggungan.

"Boleh," kata penguji dengan anggukan kepala dan senyum manisnya.

Zia mengulang dengan sangat pelan dan hati-hati. Debaran jantung sudah tak terkendali dengan pikiran yang berkecamuk, hati yang gelisah, serta keringat bercucuran membasahi wajahnya.

Akhirnya dengan waktu yang tersisa, zia selesai. Gadis itu kemudian duduk di depan pengujian. Menjawab pertanyaan dengan sangat lancar karena dibagian ini gadis itu sudah menghafalkan secara tepat dan cepat. Kemudian ia memeluk penguji sambil menangis sesenggukan sebelum keluar laboratorium.



🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀


hai para pembaca cerita anyelir

gimana part kali ini?

semoga kalian suka

see you thr next chapter

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang