Lampu kota, hiruk pikuk kota Jogjakarta dan seisinya menjadi saksi bisu untuk yang sedang berada di kota ini. Anggap saja ini kota pelajar dengan segala kebucinan mereka.Setelah setahun lebih, merantau dikota orang. Tanpa orang tua, tanpa pengawasan. Tentu saja masih dengan pasokan duit orang tua.
Jan 5 pagi Reza sudah berada diruang tamu, menyeduh teh dan bersantai sembari memikirkan beban hidup yang tidak letihnya menyerbu manusia.
Capek? Sama semua orang capek pasti pernah, jika ini terlalu ringan dan mudah untuk diatasi semua orang pun gak akan mengenal kata ngeluh bukan?.
Ruang tengah sedang dijajah oleh musik bertaut, milik Nadin amizah. Seasik itu pagi ditemani oleh kabut ke melow-an Dari playlist lagu milik Reza. Penikmat keindahan pagi hari dan senja.
“menjadi dewasa itu Bukan berarti pertumbuhan kian sempurna dan pesat, justru sebaliknya. Pertumbuhan akan merasa menyakitkan. lawan mu dalam kedewasaan ialah ego mu dan musuh besar mu adalah dirimu sendiri.”
“Dan dewasa itu menyadarkan kita bahwa yang baik belum tentu sepenuhnya baik. Dan buruk bukan selamanya buruk. Kita ini adalah sebuah gradasi. Hanya perlu tahu hidup itu tak se-menyakin itu" sahut Sophia yang menghampiri Reza dari kesendirian.
“tumben bangun?” ucap Reza membenarkan ia cara duduknya.
“iya,gue laper” Sophia duduk diantara pembatas.
“Makan sana, gue habis ini mau pergi ke kantor” lanjut Reza yang mematikan lagu yang ia setel sedari tadi.
“eh, udah magang?” tanya Sophia keheranan.
“gak, kantor cabang bokap gue, minta jajan”
Sophia menatap Reza dengan enggan. Untung saja panci berisi air ini gak kena siram ke Reza. “jangan bikin gue emosi”
-Berbalik arah, ada Sekar dan Julia yang sedang berada di kantin anak sastra Inggris, Sekar caper. Julia hanya menemani dan menunggu pergantian waktu saja.
“uts kapan sih?” tanya Sekar sambil menghitung uang dari dagang risol.
“bulan depan, kalo gak depannya lagi”
Sekar hanya membulatkan mulutnya “lo tahu gak sih”
“enggak”
Sekar menjitak kepala Julia “gue belum selesai anjing”
“santai dong, mantan gue gak usah disebut”
Sekar menarik nafas dengan sabar “ Mia, sama Aslan tuh kek punya hubungan gak sih?”
“siapa? Aslan, Mia?”
Sekar mengangguk tanda setuju “iya njing”
“menurut gue sih iya, dari pawakan mereka. Tapi sih gak heran Mia kan gampang berbaur” ujar Julia yang sudah tahu watak luar dalam Mia.
“bener, cantik loh dia tapi sayang gilanya kebanyakan”
Disisi lain Mia sedari tadi merasakan kuping ia panas sebelah kiri sampai ia mendinginkan dengan es batu hasil nyolong pedagang es kelapa muda.
“gue cabut gue mau dagang seblak” kata Sekar yang tiba-tiba sudah pergi.
Julia kebingungan dengan tingkah Sekar. “la tadi ngajak gosip sekarang pergi dagang seblak,aneh.”
Kondisi Anya dan tegar sekarang. Sedang mencari Boba dan antek-anteknya. Di mall ambarukmo jauh sih tapi yang lengkap ya hanya disana.
“jadi Lo mau cari Boba apa sugar mommy?” tanya Anya yang sudah keheranan.
“cari Boba , terus siapa tau ada sugar mommy yang kecantol sama visual gue. Hanya Tuhan yang tahu”
“setress” Anya sudah tak kuasa menahan ketololan tegar.
“turun gak Lo? Apa mau gue jadiin anjing penjaga disini?” tanya tegar.
Selama di mall, mereka kaya sepasang suami-istri yang ribut gara-gara istrinya minta dibeliin tas tapi suaminya belum gajian.
“eh tumben Mia gak ikut?” tanya tegar.
“mia ada ujian tadi jadi gak ikut” terang Anya.
“biasanya juga bolos tuh bocah”
“biasa udah ada pawang jadi nurut” ucap Anya sambil mengunyah waffel.
“siapa? Aslan?”
Anya mengangguk.
“ASLAN?" tegar tak percaya.
“AWNJING IYA TOLOL”
“gila dikasih pelet apa tuh Aslan"
“katanya Mia dia pasang susuk 20" ucap Anya yang bercanda.
“ngeri juga”
Disamping itu, sedang ada yang kalut mengendarai mobil dengan kencang tanpa memikirkan sebelahnya yang sudah pucat pasi, memikirkan apakah ia masih akan tetap hidup di dunia serba ilusi ini.
“pelan-pelan"
“diem”
Anya dan tegar sedang bermain Timezone, beradu balapan mobil. Katanya yang kalah harus traktir hanimas. Tegar tak mau kalah sebab ia adalah lelaki tidak mau modal jika makan. Kecuali hal tertentu.
“YES GUE MENANG, HAHAHA” ucap Anya yang berjoget didepan tegar merayakan kemenangan kali ini.
“iye hanimas, gue ntar makan daunya aja" kata tegar dengan pasrah, uang bernominal 500 ribu harus berpisah di mall ini. Selamat tinggal semoga pemilik uang tegar akan terus menjaganya.
Suara dering mengiringi ponsel Anya. Ia sedikit heran untuk apa Aslan menelfon dirinya.
“halo?——— APAA??”
— konflik here we go.
— aku update sekarang yaaa.
— but the way kalian ramain juga cerita yang baru aku publis ya nanti kalo yang lihat udah 100 aku bakalan publis cerita kelanjutan.
— babayy