36

1.2K 173 14
                                    

"A Xian...''

Jiang YanLi meraih tangan pemuda yang dia yakini adalah Wei WuXian. Jelas itu adalah Wei WuXian, adik yang dia sayangi, meski keadaannya sekarang terlihat berbeda, tapi Jiang YanLi tidak akan salah mengenali adiknya sendiri, yang sudah bersamanya sejak kecil. Yang selalu manja dengannya dan akan tertawa lebar sepanjang hari.

"Kenapa kau bisa seperti ini?''

Jiang YanLi menggunakan tangannya yang terluka untuk menggenggam pergelangan Wei WuXian, darahnya mengotori tangan pemuda itu, mengalir pelan diantara jemari Jiang YanLi.

"Jiejie... '' gumaman pelan dari bibir Wei WuXian membuat Jiang YanLi tersenyum lega.

Tentu saja, siapa lagi yang akan memanggilnya 'Jiejie' jika bukan A Xian nya. Jiang YanLi hampir menangis mendengarnya.

"Tenang saja Jiejie, aku akan membereskan ini dulu''

Senyum di wajah Jiang YanLi lenyap perlahan. Seiring dengan warna mata Wei WuXian yang kembali menjadi merah. Tatapan lembut Wei WuXian menghilang, berganti dengan senyuman sinis saat pemuda itu menarik tangannya dari genggaman Jiang YanLi, membuat gadis itu tersentak dan pegangannya terlepas dari Wei WuXian.

Tercekat. Jiang YanLi merasa tenggorokkannya kering seketika. Hanya untuk memanggil nama adiknya pun terasa susah. Perasaan takut dan bingung yang sejak tadi mendekam dalam dirinya berubah menjadi khawatir begitu melihat sosok Wei WuXian yang dengan santai berjalan mendekati pria bernama SuShe yang tadi berhasil melepaskan diri dari cekikannya dan sekarang berdiri tegak, berusaha melindungi Nyonya Jin yang ketakutan.

"Bagaimana ini?'' Seru Nyonya Jin sambil memegangi ujung pakaian yang dikenakan SuShe.

Pria itu sesekali masih terbatuk, efek cekikan Xuan Yu masih terasa menyesakkan.

"Tidak baik. Harus cepat dilakukan, kalau tidak, mungkin tidak ada orang yang akan selamat''

SuShe sendiri sudah kehabisan ide. Meski di masa lalu leluhurnya memiliki kemampuan yang orang - orang sekarang mungkin akan menyebutnya supranatural, tapi jaman sekarang orang tidak lagi memikirkan hal semacam itu, termasuk dirinya, jadi meski dia bisa mempelajari berbagai mantera dan teknik yang dulu dimiliki leluhurnya, nyatanya dia hanya belajar dari catatan saja, jika harus bertarung sungguhan dengan iblis, kemungkinan besar dia tidak akan menang.

"Waktunya hampir habis huh?''

XuanYu melambaikan tangannya. Gelombang tak kasat mata menghantam SuShe hingga pria itu terpental dengan punggung menghantam dinding. Nyonya Jin menjerit keras. Rasa takut membuat tubuhnya gemetaran. Nyonya Jin bergeser, berjalan menyamping dengan perlahan, mendekati Jin ZiXuan yang masih diam layaknya patung.

Mata merah XuanYu masih terus mengawasi wanita itu. Mengikuti setiap pergerakan Nyonya Jin layaknya predator yang sedang berburu. Mempermainkan buruannya terlebih dulu sebelum memakannya. Melihat Nyonya Jin ketakutan, sungguh membuat XuanYu begitu senang. Sangat senang hingga tidak mampu menyembunyikan senyum lebarnya.

"Sepertinya akan lebih menarik jika kau melihat putramu ini mati''

Nyonya Jin menggeleng cepat sambil terus bergumam 'tidak'. Tubuhnya bergerak cepat. Berdiri di depan Jin ZiXuan, menjadikan dirinya sebagai tameng untuk anaknya. Sekali lagi XuanYu mengibaskan tangannya, dan Nyonya Jin terlempar ke samping. Kabut hitam ikut melesat maju, menahan pergerakan Nyonya Jin agar wanita itu tidak bisa bergerak.

Mata merah XuanYu terpaku pada pisau yang tergeletak di lantai. Pisau yang digunakan SuShe untuk melukai Jiang YanLi. XuanYu menggerakkan telunjuknya. Pisau itu melayang dan jatuh di telapak tangan XuanYu.

A Soul that Wanders in Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang